sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Curug Cikuluwung the little Green Canyon di Bogor

Destinasi wisata curug alias air terjun di Bogor yang memukau seperti tak ada habisnya untuk dijelajahi oleh traveler.

Sukirno
Sukirno Minggu, 03 Jun 2018 10:37 WIB
Curug Cikuluwung the little Green Canyon di Bogor

Destinasi wisata curug alias air terjun di Bogor yang memukau seperti tak ada habisnya untuk dijelajahi oleh traveler.

Sebutlah Curug Cikuluwung di Bogor Barat. Nama curug ini masih belum sesohor Curug Nangka, Curug Cilember, atau Curug Seribu.

Lokasi wisata baru ini terletak di Kampung Sukaasih, Desa Cibitung Wetan, Kecamatan Pamjiahan, Kabupaten Bogor. Lokasinya, tak jauh dari Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga.

Jarak yang cukup dekat dari Ibukota Jakarta, membuat destinasi wisata ini dapat mengobati kepenatan pekerjaan sehari-hari. Seolah keindahan curug ini memberikan relaksasi alami pada akhir pekan.

Pesona curug yang perawan ini mengundang decak kagum lantaran berbeda dengan air terjun lain di kawasan Bogor. Perjuangan untuk mencapai air terjun, tebayar oleh keindahan yang begitu mengagumkan.

Curug bawah yang ada di Curug Cikuluwung (Foto: Sukirno/Alinea.id)

Dua curug tersembunyi sekaligus dapat dinikmati keindahannya dengan keistimewaan yang berbeda. Curug bawah, menjadi pilihan pertama untuk dieksplorasi.

Sponsored

Pemandangan menakjubkan terpampang di depan mata saat tiba di Sungai Cikuluwung, yang merupakan aliran dari hulu Curug Seribu di Taman Nasional Gunung Salak.

Bak sebuah lukisan, curug bawah Cikuluwung menyajikan aliran air terjun seperti dari sebuah lubang besar menganga yang ada di dalam tebing batu. Aliran air jatuh ke sebuah kolam yang biasa disebut leuwi oleh warga setempat.

Leuwi berbentuk lingkaran itu terbentuk oleh tebing dan bebatuan raksasa di dalam aliran sungai. Gemercik air yang jatuh menimpa leuwi, bercampur dengan jernih dan segarnya kolam.

Kejernihan dan kesegaran air leuwi itu memiliki daya magis kuat bagi siapapun untuk menceburkan diri dan berenang. Leuwi itu terbilang cukup dalam, sehingga pengunjung diharuskan tetap waspada.

Aliran air terjun curug bawah keluar dari sebuah lubang raksasa di antara tebing yang berasal dari Curug Cikuluwung atas. (Foto: Sukirno/Alinea.id)

Little Green Canyon

Puas menikmati keindahan curug bawah yang berada di lembah, eksplorasi berikutnya adalah curug atas. Menapaki anak-anak tangga yang dibuat dari bambu, adalah cara untuk menuju ke curug atas.

Setelah menaiki anak tangga dengan kemiringan 80-90 derajat, tangga-tangga bambu berlanjut turun menukik dengan tingkat kemiringan serupa dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Di ujung anak tangga, pengelola telah menyiapkan tali untuk pengunjung menapaki tebing-tebing batu. Seru! serasa rock climbing!

Ketika menginjakkan kaki di batuan tepi sungai, kekaguman bakal dirasakan berlipat ganda. Bagaimana tidak, di sebuah lembah batu terdapat 'secuil' surga yang dilukis khusus oleh Tuhan bagi manusia.

Gemuruh air terjun terdengar seirama dengan kicauan burung hutan. Air terjun setinggi sekitar 8 meter itu jatuh dengan anggun di kolam kecil yang dikelilingi tebing batu tinggi.

Seperti sebuah mangkuk, air terjun itu tertampung di leuwi dengan warna hijau tosca yang menunjukkan begitu jernihnya. Tapi awas, masyarakat setempat melarang siapa saja untuk berenang di leuwi tepat di bawah air terjun lantaran adanya pusaran air yang berbahaya.

Air yang begitu dingin dan jernih itu mengalir berkelok-kelok di sela bebatuan yang telah terukir jutaan tahun menuju curug bawah.

Saat memandang keindahan Curug Cikuluwung ini, ingatan akan pesona Green Canyon di Pangandaran Jawa Barat, atau Sungai Bah Bolon di Siantar, Sumatra Utara, langsung terbayang. Curug ini bisa disebut sebagai "Little Green Canyon" yang sama-sama eksotis.

Curug Cikuluwung mirip dengan Green Canyon di Pangandaran Jawa Barat, atau Sungai Bah Bolon di Siantar, Sumatra Utara. (Foto: Sukirno/Alinea.id)

Aliran air yang tak begitu deras di sela-sela tebing batu itu membentuk anak sungai mungil yang kemudian tertampung kembali di leuwi sebelum jatuh ke curug bawah. 

Jangan lupa, untuk mengabadikan keindahan Cikuluwung dengan bidikan mata kamera. Tetapi, tetap harus berhati-hati karena ingat, safety first, not selfie first!

Bermain air di Cikuluwung seperti tak ingat waktu. Hanya badan yang menggigil akibat kedinginan membuat pengunjung baru mau beranjak dari dalam leuwi. Namun, Curug Cikuluwung terbilang tidak ramah bagi anak-anak jika tidak mendapat pendampingan khusus.

Di sini, wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas yang memacu adrenalin sekaligus membuat takjub. Seperti bersantai, tracking, rock climbing, berendam, berenang, hingga camping, dan tentu saja swafoto.

Dibuka swadaya 

Memang, curug ini baru saja dibuka untuk wisata oleh warga setempat pada Januari 2018. Referensi keberadaan curug di internet, hingga penunjuk jalanpun masih minim.

"Curug Cikuluwung baru kami buka pada 5 Januari 2018. Dulunya tidak ada akses ke air terjun, lalu warga membabat alas dan membuat jalan untuk wisata," kata Jejen, tokoh masyarakat yang menjadi bagian pengelola Curug Cikuluwung secara swadaya saat berbincang dengan Alinea.id pada Sabtu (2/6).

Bulan-bulan pertama dibuka, curug ini masih belum banyak didatangi para pencinta keindahan alam. Namun, kini sembari melakukan pembenahan, terutama pelayanan dan aksestabilitas, pengunjung yang datang bisa mencapai 50-100 orang setiap akhir pekan.

Jejen menuturkan, hingga saat ini, pengelola belum mematok tarif bagi wisatawan. Tarif informal yang masih berlaku adalah Rp10.000 per orang dan Rp3.000 untuk parkir motor, serta Rp10.000 parkir mobil.

Rencananya, masyarakat akan berembuk untuk menentukan tarif karcis masuk Curug Cikuluwung dalam waktu dekat. Anak-anak muda setempat juga akan diberdayakan sebagai pemandu bagi para pelancong yang membawa anak-anak.

Kini, warga secara swadaya telah membuat anak-anak tangga dari kayu, bambu, dan semen untuk mempermudah akses menuju curug. Bahkan, sebuah area sejuk di bibir lembah telah disulap menjadi tempat beristirahat dengan gubuk-gubuk dan warung yang dikelola oleh warga sekitar.

Untuk area parkir, warga menyediakan halaman rumah dan tanah kosong untuk menampung kendaraan wisatawan yang berjarak sekitar 100 meter. Fasilitas pelengkap juga tengah dibangun secara swadaya, seperti toilet, ruang ganti pakaian, dan akses jalan yang lebih kokoh.

Di Curug Cikuluwung, wisatawan dapat bersantai, tracking, rock climbing, berendam, berenang, hingga camping, dan tentu saja swafoto. (Foto: Sukirno/Alinea.id)

Menuju ke Cikuluwung

Untuk menuju Curug Cikuluwung, terbilang tidak mudah. Informasi yang masih minim, membuat mesin peta Waze maupun Google Maps tak banyak membantu. Apalagi, di lokasi terbilang sulit mendapatkan sinyal selular.

Bagi traveler asal Jakarta, dapat menggunakan kendaraan umum berupa bis maupun kereta api, atau menggunakan mobil dan motor pribadi dengan jarak tempuh sekitar 3-4 jam. Rutenya, dari Jakarta dapat menuju Bogor melalui Parung.

Patokan pertama adalah Kampus IPB Dramaga Bogor. Dari kampus IPB, kemudian menuju arah Leuwiliang atau menumpang angkutan kota 05, turun di pertigaan Cemplang.

Selanjutnya, angkot jurusan Parabakti dapat mengantarkan hingga ke simpang Gardu dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Nah, dari simpang Gardu, hanya ada kendaraan ojek pangkalan yang dapat mengantarkan wisatawan.

Bagi pengguna kendaraan pribadi, mobil dan motor dapat melintasi rute Gardu hingga ke pintu masuk Curug Cikuluwung sekitar 15 menit. Aksesnya, jalan selebar 2 meter yang masih berupa batuan dan tanah melintas di area persawahan hijau.

Perjalanan berakhir di Kampung Sukaasih dengan pendada sederhana berupa plang bertuliskan "Selamat Datang di Curug Cikuluwung."

Kenali negerimu, cintai negerimu. Selamat berwisata!

Berita Lainnya
×
tekid