close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi foto wajah./Foto The Deseronto Achives/Unsplash.com
icon caption
Ilustrasi foto wajah./Foto The Deseronto Achives/Unsplash.com
Sosial dan Gaya Hidup
Sabtu, 28 Juni 2025 06:05

Dari wajah, seseorang bisa terlihat kaya atau miskin

Bagaimana membedakannya? Penelitian menjawab hal itu.
swipe

Hanya dari penampilan, misalnya pakaian, wajah, bahkan warna kulit, seseorang bisa memberikan penilaian subjektif tentang status sosial dan ekonomi mereka. Celakanya, hal itu dipercaya sebagai sebuah kebenaran. Beberapa temuan mengungkap kecenderungan tersebut.

Misalnya, sebuah studi berjudul “The visibility of social class from facial cues” yang terbit di Journal of Personality and Social Psychology pada 2017 lalu. Penelitian yang dikerjakan dua peneliti dari Universitas Toronto, R. Thora Bjornsdottir dan Nicholas O. Rule.

Mereka mengidentifikasi status sosial hanya dari isyarat wajah. Mereka merekrut 81 mahasiswa untuk melihat foto 160 pria dan perempuan kulit putih berusia 18 hingga 35 tahun.

Para peneliti sengaja memilih foto tanpa tanda-tanda mencolok, seperti tato, tindikan, atau jenggot dan kumis, sehingga peserta tak bisa membuat asumsi berdasarkan faktor-faktor tadi. Foto-foto itu juga dipotong agar peserta tak bisa melihat tinggi badan, dan semuanya diubah menjadi skala abu-abu.

Separuh dari orang di foto-foto itu melaporkan pendapatan tahunan di atas 150.000 dolar AS, separuh lainnya di bawah 35.000 dolar AS. Ketika peserta diminta menebak wajah yang kaya dan yang miskin, mereka benar lebih dari separuh.

Para peneliti percaya, mulut kita mungkin menjadi penanda utama. Dalam eksperimen terpisah, peserta diminta menilai status sosial ekonomi berdasarkan foto yang hanya memperlihatkan mata atau mulut. Hasilnya, peserta yang hanya melihat mulut lebih akurat dibandingkan mereka yang hanya melihat mata.

“Begitu kami menyadari bahwa ekspresi emosional yang halus adalah kuncinya, masuk akal bahwa mulut yang menunjukkan sebagian besar ekspresi itu, karena mulut adalah bagian yang paling banyak digunakan, terutama untuk emosi positif seperti tersenyum,” ujar penulis utama studi, Nicholas O. Rule, kepada CNN.

Hal ini masuk akal. Uang dapat menjadi perbedaan antara wajah yang bahagia dengan mata yang cerah dan wajah yang stres dengan garis-garis kekhawatiran di sekitar mulut. Seiring waktu, perasaan ini menjadi terukir permanen di wajah.

Penelitian lainnya yang diterbitkan di Journal of Experimental Psychology tahun 2024 bertajuk “Social class perception is driven by stereotype-related facial features” menggunakan metode berbasis data dan persepsi untuk mengidentifikasi fitur wajah 3D tertentu, yang mendorong persepsi status kelas sosial dan menunjukkan bagaimana hal ini terkait dengan stereotip tertentu.

Penelitian tersebut difokuskan pada pertanyaan soal apa yang membuat seseorang tampak kaya atau miskin, dan bagaimana penampilan ini dikaitkan dengan persepsi kompetensi, kehangatan, dominasi, dan kepercayaan.

Hasilnya, wajah yang dianggap miskin memperlihatkan karakteristik tertentu, seperti lebih lebar, lebih pendek, dan lebih datar, dengan mulut yang menurun dan warna kulit yang lebih gelap. Fitur wajah ini dinilai tidak kompeten dan tidak dapat dipercaya.

Sebaliknya, wajah yang dianggap kaya lebih sempit dan lebih panjang, dengan mulut yang melengkung ke atas, dan kulit yang lebih cerah. Fitur wajah ini dinilai kompeten dan dapat dipercaya.

“Meski tidak disebutkan dalam penelitian tersebut, CEO Facebook Mark Zuckerberg dan CEO Amazon Jeff Bezos, yang keduanya miliarder, memiliki beberapa ciri yang disebut dalam studi itu. Zuckerberg punya wajah yang sempit dan Bezos punya kulit yang putih dan kemerahan,” tulis New York Post.

Pada akhirnya, asumsi itu menimbulkan konsekuensi. Salah satu peneliti, Thora Bjornsdottir mengakui, orang-orang yang dianggap punya status sosial tinggi atau rendah, sering dinilai pula memiliki sifat yang menguntungkan dan tidak. Penilaian semacam itu terbentuk hanya dari penampilan wajah.

“Hal ini bisa merugikan mereka yang dianggap punya status sosial rendah,” kata Bjornsdottir dalam situs University of Glasgow.

Profesor psikologi dari Universitas Toronto, Nicholas O. Rule, yang meneliti soal fitur wajah dalam foto-foto di Journal of Personality and Social Psychology juga mengingatkan, persepsi kelas sosial berdasarkan wajah mungkin memiliki konsekuensi penting di masa depan.

“Orang-orang membicarakan tentang siklus kemiskinan. Dan, ini berpotensi menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap hal tersebut,” ujar Rule, dikutip dari CNBC.

img
Muhamad Raihan Fattah
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan