Di bawah cahaya lampu sorot dan dentuman mesin berat, pemerintah kota Hanoi akhirnya memulai pembongkaran gedung ikonik “Shark Jaw” pada Kamis malam (13/6). Terletak di 1-3-5 Dinh Tien Hoang, mal beton berlantai enam yang menjorok ke tepi Danau Hoan Kiem itu telah berdiri selama lebih dari tiga dekade dan menjadi salah satu bangunan paling kontroversial di jantung ibu kota Vietnam.
Tepat setelah pukul 11 malam, alat berat mulai diangkat ke atap gedung untuk membongkar struktur betonnya yang besar. Proses pembongkaran dilakukan dengan sangat hati-hati mengingat letaknya yang sangat sensitif: bangunan ini berbatasan langsung dengan Danau Hoan Kiem dan Kawasan Kota Tua Hanoi, keduanya tercatat sebagai kawasan warisan nasional yang dilindungi. Pagar pengaman setinggi 8 meter telah dipasang mengelilingi lokasi untuk mencegah kerusakan terhadap bangunan di sekitarnya dan menjamin keselamatan pejalan kaki.
Pemerintah kota sebelumnya telah mengosongkan seluruh penyewa komersial pada bulan Mei dan menutup gedung sebagai persiapan pembongkaran. Namun hingga kini, belum ada jadwal resmi yang diumumkan terkait berapa lama proses pembongkaran akan berlangsung, maupun kapan lokasi tersebut akan dibuka kembali untuk pembangunan baru.
Menurut rencana resmi, area bekas Mal Shark Jaw akan diubah menjadi kompleks bawah tanah modern sebagai bagian dari perluasan Alun-Alun Dong Kinh Nghia Thuc. Proyek ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Hanoi untuk mengintegrasikan pembangunan infrastruktur perkotaan dengan pelestarian kawasan bersejarah dan meningkatkan daya tarik pariwisata budaya.
Namun, pembongkaran ini memicu perdebatan panas antara dua kubu: mereka yang mendukung peremajaan tata kota, dan mereka yang ingin mempertahankan elemen arsitektur sebagai bagian dari warisan sejarah sosial Vietnam modern.
Bagi sebagian arsitek dan perencana kota, bangunan Shark Jaw selama ini dianggap sebagai “gangguan visual” yang mengganggu harmonisasi arsitektur kolonial Prancis dan gaya tradisional Vietnam di sekitar Danau Hoan Kiem. Mereka menyambut baik pembongkaran ini sebagai langkah penting menuju revitalisasi ruang publik yang lebih manusiawi dan estetik.
Namun, di sisi lain, sejumlah arsitek muda, aktivis pelestarian warisan, dan sebagian warga lokal melihat Shark Jaw sebagai simbol penting era transisi Hanoi menuju modernitas pasca-perang. Dibangun antara tahun 1991 dan 1993 dan dioperasikan oleh Hanoi Transport Corporation, bangunan ini merepresentasikan semangat pembangunan Vietnam pada era pembukaan ekonomi. Meskipun bentuknya dianggap tidak selaras dengan lanskap sekitar, bangunan ini menyimpan nilai historis sebagai representasi arsitektur pasca-sosialis awal 1990-an.
“Shark Jaw adalah bagian dari narasi kolektif kota ini,” ujar seorang sejarawan arsitektur lokal dalam sebuah wawancara. “Menghapusnya begitu saja tanpa upaya dokumentasi atau konservasi adalah kehilangan yang tak tergantikan.”
Protes dan diskusi publik juga ramai berlangsung di media sosial dan forum komunitas warga Hanoi, menyoroti bagaimana Vietnam — seperti banyak kota Asia lainnya — kini berada di persimpangan antara pembangunan modern dan pelestarian warisan urban yang tak kasatmata.
Pembongkaran Shark Jaw bukan sekadar soal gedung, tetapi soal bagaimana suatu kota memilih untuk mengingat — atau melupakan — babak sejarahnya sendiri. Dengan rencana besar di tangan dan ekskavator di lapangan, Hanoi kini melangkah ke depan, namun meninggalkan banyak pertanyaan di belakangnya: warisan macam apa yang patut dijaga, dan pembangunan seperti apa yang seharusnya diwujudkan?(vnexpress)