close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Generasi bayi karantina bakal lahir selama dan usai pandemi Covid-19. Ilustrasi Alinea.id/Dwi Setiawan
icon caption
Generasi bayi karantina bakal lahir selama dan usai pandemi Covid-19. Ilustrasi Alinea.id/Dwi Setiawan
Infografis
Sabtu, 06 Juni 2020 06:00

Generasi bayi karantina 

116 juta bayi diprediksi bakal lahir selama dan setelah pandemi Covid-19 berakhir.
swipe

United Nation Children's Fund (Unicef) memprediksi bakal ada sekitar 116 juta bayi yang lahir selama dan setelah pandemi Covid-19 berlalu. Di Indonesia, diperkirakan bakal ada 4 juta bayi yang lahir pada masa itu. 

Psikolog ibu dan anak Anna Surti Ariani mengatakan ada beragam faktor bakal berkontribusi terhadap ledakan jumlah kehamilan di Indonesia selama pandemi. Pertama, pasangan suami-istri kesulitan mendapatkan alat kontrasepsi pada masa pandemi. 

"Saat ini persediaan pil KB dan alat kontrasepsi itu memang agak sulit dicari. Selain itu, mereka enggak boleh keluar untuk mencari. Itu menjadi lebih sulit lagi. Nah, itu salah satu penyebab utama," ujarnya kepada Alinea.id, Jumat (29/5).

Kedua, kebiasaan baru yang muncul karena kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dikeluarkan pemerintah untuk mencegah penularan virus Covid-19. Kebijakan itu secara langsung memaksa para pasangan tinggal dan bekerja dari rumah. Walhasil, intensitas hubungan seksual pun cenderung meningkat. 

Lonjakan kehamilan yang tak direncanakan, menurut Anna, harus segera diantisipasi pemerintah. Jika tidak, ia khawatir, kehamilan yang harusnya jadi kabar gembira malah jadi bencana bagi keluarga. 

Anna memaparkan deretan persoalan yang potensial muncul dari kehamilan yang tidak dikehendaki. "Pertama, menimbulkan keterkejutan. Ketika keterkejutan ini, kadang-kadang yang muncul adalah saling menyalahkan. Sebab, kehamilan tanpa direncanakan membuat keuangan jadi bermasalah," katanya.

Dalam situasi seperti ini, menurut Anna, sang istri atau calon ibu yang kerap menjadi korban. Anna mengatakan, bukan tidak mungkin sang ibu bahkan secara tidak sadar berupaya membunuh janin dalam kandungan karena tekanan psikologis yang dia alami. 

"Semisal menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk mengaborsi si janin. Ketika sampai terjadi gangguan (janinnya cacat karena upaya aborsi), sesungguhnya akan terjadi kerepotan membesarkan anak ini nantinya. Butuh biaya besar bila mengalami gangguan," ucapnya.

Tak hanya itu, menurut Anna, bayi-bayi yang lahir tanpa direncanakan sering kali menerima perlakuan kurang arif dari orangtuanya. Kehadiran mereka kerap hanya dianggap menambah beban hidup, baik secara ekonomi maupun psikologis.

Infografik Alinea.id/Dwi Setiawan

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan