Ada perubahan aktivitas pariwisata pasca-Covid-19
Wisatawan juga akan lebih mempertimbangkan jarak dan cara mencapai sebuah destinasi.

Untuk memperkokoh posisi Indonesia dalam rangka visi Indonesia sebagai sustainable hub di kawasan Asia Pasifik dan untuk menentukan arah baru pembangunan kepariwisataan ke depan. Kemenparekraf bersama Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia (ISTC) membahasnya dalam "Re-enforcing Opportunity & New Direction for Sustainable Tourism Development Program" pada Senin (29/3) malam.
“Kunci keberhasilan pariwisata berkelanjutan, yaitu membutuhkan kearifan lokal, pelibatan stakeholder dan pelestarian lingkungan,” ungkap dosen dari Universitas Sam Ratulangi Winda Mercedes Mingkid.
Indonesia sendiri memiliki banyak peluang pengembangan kepariwisataan, di antaranya banyaknya objek dan daya tarik wisata yang masih belum dikelola, kekayaan sumber daya alam yang berlimpah namun belum dikelola dengan optimal, keunikan seni dan budaya dari setiap destinasi akan menjadi daya tarik tersendiri, serta di era pandemi ini peluang untuk redesain pariwisata semakin besar.
Maka dari itu, strategi perencanaan untuk mengembangkan destinasi pariwisata berkelanjutan bisa berasal dari support pemerintah lokal, nasional, dalam melibatkan stakehlder. Hal itu agar menciptakan rasa sense of belonging.
Sementara CEO Sustainable Management Group David Makes menyampaikan, akan ada perubahan aktivitas pariwisata pasca-Covid-19. Dari mass tourism kepada quality tourism indoor ke outdoor. Selain itu, wisatawan juga akan lebih mempertimbangkan jarak dan cara mencapai sebuah destinasi.
Oleh sebab itu, David mengingatkan perlunya alternatif transportasi dan infrastruktur untuk melayani pasar domestik serta fleksibilitas dalam transaksi kepariwisataan secara berkelanjutan. Dengan begitu, akan semakin banyak wisatawan yang akan datang ke destinasi.
Sedangkan Guru Besar pada Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada M Baiquni menyampaikan, dari sisi ekosistem kepariwisataan berkelanjutan berbasis masyarakat. Di mana SDG’s menjadi titik tolak pembangunan sustainable tourism development.
Indonesia juga harus memerhatikan unsur kearifan lokalnya, seperti prinsip gotong royong dan guyup rukun. Yang menjadi kerangka acuan dalam community based tourism (CBT), yaitu pengembangan berdasar pada sumber daya alam maupun masyarakat setempat, komunitas masyarakat yang menjadi pelaku utama dalam prosesnya, serta tata kelola yang dikembangkan secara mandiri dan profesional.
"Ketiga hal tersebut menjadi akar kebangkitan ekonomi kreatif dalam mewujudkan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan hidup," ucap dia.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Ancaman nyata kala mesin mulai menggantikan manusia
Jumat, 02 Jun 2023 18:48 WIB
Kerawanan Pemilu 2024: Dari politik uang hingga intimidasi
Rabu, 31 Mei 2023 16:44 WIB