sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ancaman pascapandemi dapat berdampak krisis inflasi

"Negara lain mungkin pulih, tetapi negara kita salah satu negara terancam kesulitan untuk pulih."

 Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Ratih Widihastuti Ayu Hanifah Jumat, 26 Nov 2021 23:14 WIB
Ancaman pascapandemi dapat berdampak krisis inflasi

Pemulihan perekonomian akan memicu permintaan global dan kenaikan harga komoditas global sehingga mendorong neraca perdagangan Indonesia, terutama kenaikan Inflansi dunia yang saat ini terjadi secara signifikan pasca-penurunan Covid-19. Namun, di tengah itu tetap ada ancaman krisis ekonomi kala pandemi. 

Hal itu disampaikan Kepala Ekonomi Pusat Belajar Rakyat, Awalil Rizky. Dia menyatakan, meskipun inflansi dunia mulai menunjukkan kenaikan, masyarakat harus berhati-hati terhadap ancaman krisis pasca-Covid-19.

“Jadi subtansi saya adalah memang kita harus waspada meskipun ada pandemi atau bisa jadi ada pandemi susulan. Negara lain mungkin pulih, tetapi negara kita salah satu negara terancam kesulitan untuk pulih. Oleh karena itu, harus tahu keadaan saat ini," ujarnya dalam webinar di Jakarta, Jumat (26/11).

Dia menjelaskan, pemulihan ekonomi yang kini terjadi dikira masyarakat adalah pertumbuhan ekonomi. Padahal jika dipersempit kembali, itu merupakan pertumbuhan PDIB rill dalam jangka panjang per kapita.

Adapun indikator pemulihan perekonomian, menurutnya, pertama, terjadi pertumbuhan PDB rill. Kedua, kondisi ketenagakerjaan yang memengaruhi pemulihan perekonomian, yang mestinya kondisi ketenagakerjaan nanti dapat diprediksi bukan hanya pertumbuhan ekonomi PDB saja.

Ketiga, masyarakat harus menyadari bagaimana perkembangan kondisi kemiskinan untuk dikatakan mengalami pemulihan. Keempat, pertumbuhan kredit perbankan harus dipertahankan karena salah satu bagian dari aset investasi perekonomian dalam melakukan simpan pinjam.

“Di situ ada 'darah perekonomian'. Itu ada tanda-tanda 'darahnya' makin lancar tidak atau lagi kena 'darah rendah' atau 'darah tinggi', kita harus tahu. Kredit perbankan berpengaruh terhadap perekonomian," jelasnya.

Kelima, penjualan rill, yaitu penjualan yang relevan dalam berbentuk barang seperti kelompok sandang dan papan. Keenam, indeks keyakinan konsumen dan dalam komponennya nanti yang paling penting adalah tentang lapangan.

Sponsored

Ketujuh, kondisi ketahanan eksternal, apakah kondisi masyarakat dapat mencerminkan terjadinya pemulihan. Salah satunya dengan mengikuti proyeksi perekonomian di Indonesia pada 4-5 tahun mendatang. 

“Kita proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai tahun 2025 berupa rentan as usual refrom dalam nota RABPN 2022. Dapat dihitung rill atau harga konstantanya dibandingkan dengan waktu jika andai tidak berpandemi, lintasan ini dapat tubuh 5% per tahun," tuturnya.

Awalil menambahkan, masih banyak pekerja yang menganggur karena pemutusan hubungan pekerja (PHK) dan upahnya rendah atau tidak dibayarkan saat pandemi. Dari jumlah itu, menurutnya, lebih banyak yang tak terbayarkan sehingga tingkat pengangguran setelah krisis dan belum pulih seperti semula karena masih tampak selama 2014-2021, tingkat pengangguran naik 0,55% dan jumlah penganggur bertambah (1,86 juta orang).

"Sampai saat ini membaik, tapi belum terlihat nampak siginifikan," yakinnya.

Di sisi lain, dia berpendapat, ancaman ini tidak akan terjadi jika pandemi Covid-19 meluas. Namun di balik itu, inflansi dunia naik secara signifikan. 

Tercatat dalam Biro Statistik Inggris pada 17 November lalu, inflasi yang dilihat dari consumer price index (CPI) melesat 4,2% pada Oktober dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya 3,1% yoy.

Inflasi Inggris pada Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam dekade terakhir, tepatnya sejak November 2011. Inflasi tersebut melampaui dua kali lipat dari target bank sentral Inggris.

Hal yang sama juga terjadi di zona Eropa, di mana inflasinya tumbuh 4,1% yoy, jauh di atas target European Central Bank sebesar 2%. Kenaikan harga produsen juga terjadi di Eropa meningkat 16.3%, lalu China naik 13,5%, AS sekitar 8.6%. Sementara itu, indeks dolar AS berpotensi menguat lagi karena inflasi di Uni Eropa tinggi.

Pemerintah AS beberapa waktu lalu melaporkan, inflasi CPI pada Oktober tumbuh 6,2%, lebih tinggi daripada pertumbuhan September sebesar 5,4% yoy. Inflasi ini merupakan yang tertinggi dalam 30 tahun terakhir.

Berita Lainnya
×
tekid