Saksi lihat Laskar FPI dianiaya sebelum dimasukkan ke mobil

Empat Laskar Front Pembela Islam (FPI) yang tewas di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek sempat mendapat kekerasan sebelum meregang nyawa. Hal itu disampaikan para saksi yang melihat di rest area tempat peristiwa terjadi.

Koordinator Bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM, Endang Sri Melani menjelaskan keterangan saksi tersebut dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel).

"Mendapatkan perlakuan kekerasan dengan cara dipukul dan di tendang," ucap Endang dalam persidangan, Selasa (30/11).

Saksi yang berada di rest area KM 50, kata Endang, diperiksa ponsel genggamnya oleh polisi. Lalu, kata Endang, seorang pedagang diminta menghapus foto dan video yang merekam aksi polisi menangkap para Laskar FPI. 

"Sejumlah saksi mengaku dilarang mengambil foto," ucapnya singkat. 

Menurut Endang, orang-orang yang berada di KM 50 juga diminta menjauh oleh polisi dengan alasan tengah dilakukan penangkapan teroris dan pengear narkotika. 

"Saksi mendengar polisi meminta pengunjung dan pedagang di rest area km 50 untuk mundur dan tidak mendekat ke tkp dengan alasan ada penangkapan teroris dan alasan penangkapan narkoba," ujar Endang.

Endang juga menyatakan, saksi melihat polisi menurunkan senjata tajam dan telepon genggam dari mobil lalu ditaruh di salah satu warung. Selain itu, saksi juga menyaksikan korban yang telah tewas dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Sedangkan, empat anggota Laskar FPI yang masih hidup dimasukkan ke dalam sebuah mobil.

Sebelumnya, enam anggota Laskar FPI meninggal dunia akibat selisih dengan polisi. Alhasil dua Briptu Fikri dan Ipda Yusmin ditetapkan sebagai terdakwa. Mereka didakwa melakukan tindakan penganiayaan yang mengakibatkan kematian secara bersama-sama.