sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Bencana alam dari longsor hingga tsunami

BNPB mencatat terjadi 2.308 bencana yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2018.

Soraya Novika
Soraya Novika Kamis, 27 Des 2018 20:38 WIB
Bencana alam dari longsor hingga tsunami

Sebagai negara kepulauan, Indonesia tak dapat terhindar dari bencana yang beragam. Tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam lalu menjadi salah satunya.

Libasan air laut Samudera Hindia itu konon terhempas ke pesisir Banten dan Lampung, bukan disebabkan oleh patahan lempeng di dasar laut seperti yang umumnya menjadi penyebab tsunami. Lembaga berpengalaman seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun sempat dibuat bingung oleh peristiwa ini.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga akhir November 2018, Indonesia telah melalui setidaknya 2.308 bencana. Bencana yang terjadi, telah menyebabkan sebanyak 4.201 orang meninggal dunia dan hilang, 9.863.780 lainnya terdampak dan mengungsi, serta 371.625 rumah mengalami kerusakan. 

Data BNPB tersebut menjadi pijakan penting bagi kita untuk senantiasa mau mawas diri, melihat ke belakang, atas apa saja yang telah dilalui Negeri Khatulistiwa ini. Meski pada dasarnya bencana alam tak bisa kita hindari, wawas diri di seluruh lapisan masyarakat diyakini mampu memperkecil dampaknya baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

Untuk itu, berikut kami sajikan sejumlah bencana alam yang menjadi sorotan di Indonesia sepanjang 2018:

1. Erupsi Gunung Agung dan gempa Lebak

Memasuki awal tahun, tepatnya 11 Januari 2018 pukul 17.54 WITA, Bali digegerkan dengan erupsi Gunung Agung yang mengeluarkan asap kelabu kehitaman hingga setinggi 2.500 meter dari puncak kawah. Erupsi ini menyebabkan gempa selama kurang lebih 130 detik. Meski tak memakan korban jiwa, peristiwa ini menyebabkan sebanyak 53.207 jiwa terpaksa mengungsi ke 233 titik pengungsian selama hujan abu vulkanik dari erupsi Gunung Agung tersebut terus terjadi.

Di akhir Januari 2018, Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta diguncang gempa berkekuatan 6,1 Skala Richter. Gempa yang berpusat di barat daya Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, itu terjadi sekitar pukul 13.34 WIB pada 23 Januari 2018. Hingga 26 Januari 2018, masyarakat dari ketiga provinsi tersebut mengaku masih merasakan gempa susulan. Menurut data BMKG, gempa susulan terjadi sekitar 53 kali meski dengan skala tremor yang lebih kecil.

Gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan hingga 8.467 unit rumah di 73 kecamatan. Total lokasi terdampak tersebar di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Adapun daerah yang mengalami kerusakan paling parah akibat gempa tersebut adalah Kabupaten Lebak dan Kabupaten Sukabumi.

BNPB mencatat, jumlah kejadian bencana sepanjang Januari 2018 mencapai 204. Bencana menyebabkan 19 orang meninggal dan 111.644 jiwa terdampak luka-luka dan mengungsi.

2. Banjir Jakarta dan Longsor Brebes

Musim hujan sepanjang Februari 2018 menyebabkan permukaan air di Bendungan Katulampa, Kabupaten Bogor, pada Senin (5/2) mencapai 240 cm atau berada pada level Siaga I. Hal ini lah yang kemudian mendorong banjir menyebar di sejumlah wilayah DKI Jakarta hingga lebih kurang sepekan lamanya.

Berdasarkan laporan BPBD DKI Jakarta, banjir menyebabkan 7.228 KK atau 11.450 jiwa terdampak. Ribuan rumah di 141 RT dan 49 RW di 20 Kelurahan pada 12 Kecamatan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat terendam banjir.

6.532 jiwa terpaksa mengungsi ke 31 titik pengungsian yang tersebar di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan, selebihnya menolak untuk mengungsi dan memilih bertahan di rumah masing-masing demi menjadi harta benda mereka.

Masih di bulan yang sama, Brebes, Jawa Tengah, mengalami bencana longsor. Mahkota longsor saat itu berasal dari perbukitan Gununglio dengan lebar sekitar 120 meter, panjang sekitar 1 km, tebal longsor antara 5-20 meter, dan volume tanah longsor sekitar 1,5 juta meter kubik. Peristiwa nahas ini terjadi sejak pukul 08.00 WIB, Kamis (22/2).

Meski wilayah mahkota longsor diketahui jauh dari pemukiman warga, longsor menyebabkan 11 orang meningal dunia. Selain itu, tujuh orang hilang, dan empat orang luka-luka.

Selain karena tingginya intensitas curah hujan, faktor kemiringan lereng yang terbilang curam, struktur tanah sarang yang cukup gembur dan remah, dan adanya batuan napal di bawah perbukitan sebagai peluncur, menjadi penyebab peristiwa ini terjadi.

Sepanjang Februari 2018, tercatat 94 kejadian bencana dengan jumlah korban meninggal dunia dan hilang mencapai 53 jiwa.

3. Gas Beracun Gunung Ijen

Pada 22 Maret sekitar pukul 20.30 WIB, warga Dusun Margahayu, Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso, mendadak mengalami gejala keracunan seperti sesak nafas dan muntah-muntah. Setelah diperiksa petugas kesehatan setempat, mereka didapati keracunan gas belerang.

Gas belerang tersebut pun kemudian diketahui berasal dari letusan freatik Gunung Ijen, Jawa Timur yang letusannya mulai terdengar sejak pukul 19.15 di hari yang sama.

Atas bencana ini, 30 warga dilarikan ke rumah sakit akibat terpapar gas beracun. 178 jiwa dievakuasi dari empat dusun yang terpapar gas tersebut, selebihnya menolak dievakuasi.

Sepanjang Maret 2018, terjadi sedikitnya 292 kejadian bencana dengan jumlah korban meninggal dunia dan hilang mencapai 17 jiwa.

4. Gempa Banjarnegara

Pada 18 April 2018 pukul 13.28 WIB, gempa berkekuatan 4,4 Skala Richter mengguncang Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Pusat gempa berasal dari darat pada kedalaman 4 km pada jarak 52 km dari utara Kebumen.

Gempa ini menewaskan dua korban jiwa, melukai 27 warga, dan memaksa 2.125 lainnya beranjak mengungsi. Tak hanya itu, gempa juga menyebabkan 144 unit rumah mengalami rusak berat, 125 rumah rusak sedang, dan 196 rusak ringan. Selain itu, empat masjid, dua mushola, satu bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan tiga bangunan Sekolah Dasar (SD) juga rusak berat.

Selain Gempa Banjarnegara, selama April 2018, bencana di Indonesia mencapai hingga 191 kasus dengan jumlah korban meninggal dan hilang tercatat 18 jiwa.

5. Peningkatan aktivitas Gunung Merapi

Jumat, 11 Mei 2018, Gunung Merapi mengeluarkan letusan freatik yang cukup besar berupa hembusan asap material yang dipicu oleh tekanan gas yang berada di bawah permukaan tanah. Pagi itu, letusan Merapi berlangsung sekitar lima menit dan mengakibatkan wilayah sekitar tertutup hujan abu. Peristiwa ini mendorong pemerintah daerah setempat mengosongkan pemukiman dan aktivitas warga sepanjang radius 5 km dari Gunung Merapi, termasuk menutup Bandara Adi Sutjipto. Hari itu, status Gunung Merapi masih dinyatakan normal dan belum mengalami kenaikan level.

Sepuluh hari kemudian, 21 Mei 2018, tepatnya pukul 01.25 WIB, kembali terjadi letusan freatik yang berlangsung cukup lama yaitu hingga 19 menit lamanya. Sepanjang hari itu, tercatat satu kali gempa vulkanik, satu kali gempa tremor, dua kali gempa guguran, tiga kali gempa letusan, dan tiga kali gempa tektonik. Suhu pusat kawah pun meningkat dari kondisi normal, yaitu menjadi sekitar 85 derajat celcius. Akibat aktivitas vulkanik tersebut, status Gunung Merapi dinaikkan dari Level I (normal) ke Level II (Waspada).

Dampak dari bencana ini membuat sebanyak 1.900 warga terpaksa mengungsi ke berbagai desa di sekitar Merapi.

Terjadi 134 kejadian bencana yang tersebar di seluruh Indonesia pada Mei 2018, dengan total korban meninggal dan hilang tiga orang.

6. Gempa Sumenep dan Gempa Mentawai

Pada 13 Juni 2018 pukul 20.06 WIB gempabumi berkekuatan 4,8 Skala Richter mengguncang Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, selama sekitar lima detik. 

Masyarakat yang saat itu sedang khusyu melaksanakan ibadah sholat tarawih, berhamburan keluar rumah dan masjid untuk berlindung dari kemungkinan robohan bangunan akibat gempa.

Meski tidak berpotensi tsunami, gempa tersebut menyebabkan enam warga luka ringan, dua unit masjid rusak berat, satu unit masjid rusak ringan, satu unit madrasah rusah berat, dan satu unit pondok pesantren rusak ringan.

Di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, gempa beruntun sebanyak 12 kali mengguncang pada hari yang sama hingga 14 Juni 2018. Gempa pertama yang terjadi pada pukul 06.08, tercatat mencapai kekuatan hingga 5,8 Skala Richter.

Selain Gempa Sumenep dan Mentawai, selama Juni 2018, telah terjadi setidaknya 109 kejadian bencana yang menewaskan serta menghilangkan 16 jiwa.

7. Gempa Lombok

Gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter mengguncang Lombok pada penghujung Juli 2018. Gempa mulai terjadi pada 29 Juli 2018 pukul 05.47 WIB hingga 31 Juli 2018 pukul 10.00 WIB. Selama rentang waktu itu, tercatat gempa susulan terjadi sebanyak 346 kali. Akibat gempa ini, 20 orang meninggal dunia, dengan lima orang di antaranya berasal dari Lombok Utara dan 15 lainnya dari Lombok Timur. Wilayah yang paling terdampak atas gempa tersebut adalah Lombok Timur, membuat 22.000 warga dengan 10.000 unit rumah terdampak kerusakan. Gempa ini juga dirasakan hingga ke pulau Bali dan Sumbawa.

Sepekan kemudian tepatnya pada 5 Agustus 2018 sekitar pukul 18.46 WIB, gempa kembali terjadi dengan kekuatan yang lebih besar yaitu hingga mencapai 7.0 Skala Richter. Gempa itu sempat diprediksi dapat menimbulkan tsunami. Gempa susulan juga terjadi pada 19 Agustus 2018, di mana dua di antaranya berkekuatan lebih dari 6 Skala Richter yang terjadi sekitar pukul 11.10 WIB dan pukul 21.56 WIB berkekuatan 6,9 Skala Richter.

Dampak dari gempa tersebut dilaporkan sebanyak 560 orang meninggal dunia, 400.000 ribu warga mengungsi, dan lebih dari 140.000 unit rumah dan fasilitas umum mengalami kerusakan.

Selain gempa bumi Lombok, sepanjang Juli hingga Agustus 2018 telah terjadi sebanyak 394 kejadian bencana dengan korban jiwa mencapai hingga 588 orang. 

8. Gempa dan Tsunami Palu

Jumat, 28 September 2018, pukul 13.59 WIB, gempa berkekuatan 6 Skala Richter mengguncang Palu dan sekitarnya. Selanjutnya, gempa-gempa berkekuatan kecil terus terjadi hingga pukul 17.02 WIB. Namun kemudian, gempa besar dengan kekuatan 7,7 Skala Richter pun hadir disusul bencana tsunami dan likuifaksi.

Tsunami terjadi di beberapa wilayah Pantai Donggala dan Pantai Talise Palu, sedangkan likuifasi terjadi di beberapa wilayah Palu, tepatnya wilayah Petobo dan Perumahan Balarow, serta di Sigi, tepatnya di Mpano, Sidera, Jono Oge, dan Lolu.

Musibah ini menyebabkan lebih dari 2.073 nyawa meninggal dunia dan hilang, lebih dari 10.679 orang luka-luka dan dirawat, dan sekitar 87.725 orang mengungsi.

Bencana ini juga mengakibatkan listrik padam dan akses komunikasi terputus. Selain itu, bencana juga memutus akses transportasi, mengakibatkan Bandara Mutiara Sis Al Jufri dan Pelabuhan Pantoloan tak berfungsi dan mengalami kerusakan parah. Jembatan Ponulele, ikon wisata Palu pun roboh diterjang tsunami.

Selain Gempa dan Tsunami Palu, Indonesia mengalami sedikitnya 156 kejadian bencana sepanjang September 2018. Bencana menyebabkan 2.191 jiwa tewas dan hilang.

9. Gempabumi 3 Provinsi

Sejak 11 Oktober 2018, gempa beruntun dirasakan oleh tiga provinsi sekaligus meliputi Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). BMKG menyebut bahwa gempa berkekuatan 6,3 Skala Richter itu berpusat di laut, sekitar 55 km arah timur laut Situbondo, Jawa Timur. Dari 27 kabupaten/kota di ketiga provinsi tersebut, yang paling parah mengalami kerusahan adalah Kepulauan Sapudi.

Hingga 16 Oktober 2018, jumlah korban meninggal yang diaporkan ialah sebanyak empat orang, yaitu tiga di antaranya berasal dari Sumenep dan satu orang lainnya dari Jember. Adapun korban luka-luka dan dirawat mencapai 37 orang yang berasal dari Sumenep dan Situbondo.

Kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa ini cukup banyak, yaitu 552 unit rumah dilaporkan rusak. Wilayah yang terdampak paling parah adalah Sumenep, dengan total kerusakan mencapai 504 unit. Selain itu, sembilan fasilitas peribadatan dan dua fasilitas pendidikan juga dilaporkan mengalami kerusakan.

Selain gempa, sepanjang Oktober 2018 terjadi sedikitnya 171 kejadian bencana yang menewaskan hingga 42 jiwa.

10. Banjir dan Longsor Pariaman

Hujan deras yang melanda Sumatera bagian barat menyebabkan banjir dan longsor di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Lampung. Meningkatnya curah hujan telah menyebabkan meningkatnya bencana hidrometeorologi, meski belum semua wilayah Indonesia memasuki musim hujan.

Tingginya intensitas hujan menyebabkan longsor terjadi di Kota Pariaman, tepatnya di Desa Sintuak Nareh, Pariaman Utara, Sumatera Barat pada 9 November 2018 pukul 05.53 WIB. Akibatnya, satu jiwa meninggal dunia, dan dua orang lainnya luka-luka. Satu unit rumah juga mengalami kerusakan berat.

Sedangkan banjir yang terjadi di Desa Sungai Pandahan, Lubuk Sikaping, Pasaman, Sumbar pada 7 November 2018 pukul 12.00 WIB menyebabkan satu orang hanyut. Di Pasaman Barat, banjir dan longsor melanda Desa Parik, Koto Balingka, pada hari yang sama pukul 20.00 WIB. Peristiwa ini menyebabkan satu orang meninggal dunia, 100 KK mengungsi, dua rumah hanyut, satu mushola dan dua jembatan gantung rusak berat.

Selain banjir dan longsor, jumlah kejadian bencana yang terjadi sepanjang November 2018 tercatat mencapai 231 kasus, dengan korban meninggal 35 orang.

11.Tsunami Selat Sunda

Menjelang perayaan Natal 2018, Indonesia digegerkan dengan bencana tak terduga dari Selat Sunda. Tepatnya pada 22 Desember 2018, hamparan pesisir Selat Sunda diterjang tsunami yang kedatangannya tak terdeteksi. BMKG dan BNPB kompak menyebut bencana kali ini sebagai fenomena tidak biasa dan kompleks. Selain tidak terdeteksi, penyebab terjadinya tsunami Selat Sunda ini bersumber dari Gempa Vulkanik dan terjadi saat Bulan Purnama sedang dalam masa Perigee.

"99% tsunami yang terjadi di Indonesia biasanya diakibatkan oleh gempa tektonik. Biasanya BMKG dapat memberikan peringatan dini tsunami bahkan lima menit setelah gempa jenis ini terjadi. Ini lah alasan mengapa kami sebut fenomena tsunami tersebut sebagai fenomena tidak biasa, karena yang terjadi gempa vulkanik, dan penyebabnya pun beragam serta saling terkait," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers di Aula BMKG, Jakarta Pusat, Senin (24/12).

Hingga 26 Desember 2018, tercatat jumlah korban meninggal dunia atas peristiwa ini mencapai 430 jiwa. 1.495 orang luka-luka, 159 warga dinyatakan hilang dan pengungsi meningkat menjadi 21.991 orang.

Korban meninggal paling banyak tercatat berasal dari Kabupaten Pandeglang, yaitu mencapai 290 korban. Kemudian, 113 jiwa di antaranya berasal dari Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Sementara, 25 lainnya berasal dari Kabupaten Serang, Banten.

Terkait kerusakan infrastruktur, BNPB mengungkapkan terdapat 924 rumah rusak, 73 penginapan rusak, 60 warung rusak, satu dermaga ambruk, dan satu shelter rusak. Sejumlah kendaraan juga ikut terkena imbas tsunami, di antaranya 434 perahu dan kapal, 24 kendaraan roda empat, dan 41 kendaraan roda dua.

Berita Lainnya
×
tekid