sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Indonesia tidak akan meninggalkan Palestina

Indonesia sejak awal, menentang penjajahan Israel terhadap Palestina

Robi Ardianto
Robi Ardianto Sabtu, 12 Mei 2018 15:17 WIB
Indonesia tidak akan meninggalkan Palestina

Panas menyengat, tak membatasi langkah masa konsisten tetap berkumpul di Tugu Monas, Jumat (11/5). Ratusan bendera Palestina, nampak berkibar sekitar monas dalam aksi bertema Indonesia Bebaskan Baitul Maqdis.

Sejumlah masa sebelumnya telah berkumpul di Istiqlal untuk melakukan salat subuh berjamaah. Sejumlah tokoh turut hadir dalam aksi tersebut. Diantaranya Hidayat Nurwahid, Bachtiar Nasir, Anis Matta dan Anies Rasyid Baswedan. 

Pada aksi tersebut, ratusan ribu orang yang hadir mendesak pemerintah Indonesia untuk melawan kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang akan memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerussalem pada 14 Mei mendatang. Sekaligus meminta, agar pemerintah bisa menekan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk bersama- sama melawan keputusan Donald Trump karen Trump telah menentang 9 resolusi Dewan Keamanan PBB.

Aksi tersebut ternyata menarik perhatian, artis Peggy Melati Sukma. Peggy bahkan sempat berosi dan mengatakan membela Palestina merupakan sebuah kewajiban, terjadap sesama umat Islam. Palestina tidak semata persoalan kejahatan kemanusiaan akan tetapi sebagai salah satu jantung kaum muslimin dan hal tersebut ada dalam kitab suci umat Islam. 

"Saya sampaikan salam dari saudara-saudara kita di sana. Saudara di sana juga berjuang dengan ketapel dan batu,'' kata artis sinetron Gerhana tersebut dengan lantang yang baru saja ke Palestina untuk kegiatan sosial.

Sejak rencana pemindahan kedutaan tersebut di akhir 2017, pemimpin Amerika Serikat Donald Trump, telah mendapat kecaman internasional. Namun, seperti tidak tahu malu, dia tetap memindahkan kedutaan besarnya.

Rakyat Palestina telah melakukan berbagai upaya menyerukan kemerdekaannya, salah satunya lewat "Great March of Return", yaitu satu aksi mereka di perbatasan Gaza untuk merebut kembali haknya pulang ke tanah airnya setelah dijajah Israel selama 70 tahun.

Indonesia sejak awal, menentang penjajahan Israel terhadap Palestina. Indonesia pun mengutuk Amerika atas pemindahan kedutaan besar tersebut.

Sponsored

Indonesia telah berpihak pada Palestina sejak awal kemerdekaan

Seusai Indonesia mendapatkan kedaulatannya dari pemerintah Belanda pada tahun 1949, Israel pun memberikan pengakuan penuh kepada Indonesia. Dengan harapan, Indonesia akan memberikan kembali pengakuan kepada Israel. Namun, Indonesia enggan memberikan pengakuan tersebut karena Israel menjajah Palestina.

Tidak hanya itu, saat membentuk Konferensi Asia Afrika, yang diikuti sejumlah negara baru merdeka, Indonesia bersama Pakistan menolak usulan beberapa negara untuk mengikutsertakan Israel dalam perkumpulan tersebut dan memilih menghadirkan pejuang Palestina Yasser Arafat dalam Koferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung.

Dalam Konferensi Asia-Afrika, presiden pertama Indonesia Sukarno, mempromosikan gerakan antiimperialisme dan mendorong kemerdekaan bagi negara di Asia Afrika, termasuk Palestina. Namun, sayangnya hingga kini Palestina juga belum juga merdeka dari jajahan Israel.

Di dalam kegiatan olahraga, Indonesia menolak bertanding dengan Israel di Jakarta atau Tel Aviv pada kualifikasi Piala Dunia 1957 untuk zona Asia. Indonesia mengusulkan untuk bertanding di tempat yang lebih netral. Namun, usul tersebut tidak diterima oleh FIFA (Federation Internationale de Football Association) atau Federasi Sepak Bola Dunia. Indonesia pun memilih mundur dari laga tersebut.

Indonesia juga tidak mengundang Israel dan Taiwan dalam Asian Games di Jakarta pada 1962 dengan alasan simpati terhadap Palestina dan China. Selanjutnya, Komite Olimpiade Internasional (KOI) memprotes tindakan tersebut, dan akhirnya keanggotaan Indonesia ditangguhkan oleh KOI.

Buntutnya, akhir 1962 Indonesia membuat Pesta Olahragara Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (GANEFO). GANEFO pun dilangsungkan di Jakarta pada tanggal 10 sampai dengan 22 November 1963, dan diikuti 2.700 atlet dari 51 begara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin.

Sikap dukungan kepada Palestina juga ditunjukkan oleh Bung Karno dalam pidatonya pada tahun 1962. Bung Karno mengatakan, selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.

Sejak itu, meski berganti kepemimpinan, dukungan Indonesia terhadap Palestina tidak pudar, bahkan dukungan tersebut juga ditunjukkan dari gerakan sipil masyarakatnya, seperti peringatan Al-Quds Sedunia yang digelar Jumat terakhir pada Ramadan, atau bantuan kemanusiaan, seperti beras ataupun bentuk lainnya untuk Palestina.

Majelis Ulama Indonesia juga mengajak masyarakat Indonesia untuk memberik bantuan kepada Palestina dalam bentuk apa pun.Hal itu dilakukan untuk meringankan beban rakyat Palestina yang menderita akibat blokade oleh otoritas Israel dan kekurangan pasokan kebutuha sehari-hari.

MUI mengajak setiap bangsa untuk menentang segala kezaliman. Tidak hanya yang terjadi di Palestina, tetapi juga seperti Rohingya, Pattani, dan di mana pun tindakan penindasan yang bertentangan dengan kemanusiaan.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Shofwan Al Banna mengatakan, saat ini Israel dalam kondisi "panik diplomatik" karena negara yang dahulu mendukung Israel, kini tidak lagi berpihak.

Dengan makin terbukanya arus informasi dan menguatnya gerakan sipil, negara yang dahulu mendukung saat ini berbalik mengecam Israel.

Indonesia sangat mengecam penjajahan. Hal tersebut tersemat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu 'Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan penjajahan di atas dunia harus dihapuskan' .Oleh sebab itu, Indonesia harus mempertegas dukungan pada Palestina dalam forum multilateral.

Indonesia dapat lebih aktif memanggil rapat Majelis Umum PBB untuk menghentikan kekerasan di Palestina. Melalui PBB, Indonesia dapat menunjukkan komitmen menegakkan kemanusiaan sambil tetap menghormati sistem internasional. Indonesia juga dapat menjadi penggerak untuk kemerdekaan Palestina, dan sebaiknya Indonesia tidak hanya menunggu "bola" dari negara lain.

"PBB memang secara sistem memberi kekuatan besar kepada beberapa negara, seperti Amerika. Namun, Indonesia dapat menjadi motor agar suara kemanusiaan ini lebih didengar," katanya seperti dilansir Antara.

Berita Lainnya
×
tekid