Waketum KAGAMA: Isoman dapat jadi beban mental
Isoman memiliki tata cara dan kiat agar dapat berjalan dengan efektif dan baik.
Wakil Ketua Umum II PP Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Anwar Sanusi menuturkan isolasi mandiri merupakan salah satu upaya penanggulangan dan pencegahan penularan Covid-19 yang dapat dilakukan masyarakat.
Dia menyatakan, isoman pun memiliki tata cara dan kiat agar dapat berjalan dengan efektif dan baik.
"Banyak hal yang harus diperhatikan saat isoman karena hal ini merupakan beban mental sendiri," tuturnya dalam telekonseling KAGAMA bertajuk '1001 Kiat Isolasi Mandiri' pada Sabtu (31/7).
Masyarakat, tambahnya, perlu mendapatkan informasi yang memadai dan terpercaya untuk menjalankan isoman.
"Distorsi informasi dapat membuat kita stres dan salah menentukan sikap saat menjalani isoman," ungkap dia.
Dalam kesempatan yang sama, kepala Puskesmas Purnama, Kota Dumai, Nuke H. Setiati mengatakan sejak Juni, tingkat isoman melonjak terutama di Pulau Jawa dan Bali. Hal ini dipicu oleh rumah sakit yang sudah tidak memiliki kapasitas untuk menampung pasien Covid-19.
Dia menekankan penderita Covid-19 yang dapat isoman hanya mereka yang tanpa gejala dan gejala ringan.
"Kalau gejala sudah berat, penderita wajib akses rumah sakit," tegasnya.
Nuke memaparkan sejumlah tanda-tanda yang menunjukkan jika gejala sudah serius seperti saturasi oksigen kurang dari 95%, kesulitan bernapas, wajah atau bibir kebiruan, kehilangan kesadaran, serta demam di atas 38 derajat Celcius.
Selain itu, gejala lainnya juga meliputi batuk lebih dari tujuh hari dan tidak kunjung sembuh, serta sesak napas dan nyeri dada.