sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jimly kenang Dawam Rahardjo sosok intelektual muslim andal

"Aku mengecup kedua mata istriku yang terakhir kalinya ketika jenazahnya hendak digotong ke masjid sebelah, hendak disalatkan."

Sukirno
Sukirno Kamis, 31 Mei 2018 02:15 WIB
Jimly kenang Dawam Rahardjo sosok intelektual muslim andal

"Aku mengecup kedua mata istriku yang terakhir kalinya ketika jenazahnya hendak digotong ke masjid sebelah, hendak disalatkan. Bulu matanya terasa di bibirku, seolah ia masih hidup".

Itulah kalimat terakhir dalam cerita pendek (cerpen) berjudul "Wirid" karya Dawam Rahardjo yang selesai ditulisnya pada 10 Oktober 1994, beberapa hari setelah istrinya, Zainun Hawairiah, wafat. 

Lebih dari dua dasawarsa kemudian, Dawam menghembuskan nafas terakhir. Cendekiawan muslim, ekonom syariah Muhammad Dawam Rahardjo meninggal dunia pada usia 77 tahun.

Jenazah Dawam Rahardjo rencananya akan dikebumikan pada Kamis (31/5). Tokoh yang menjadi aktivis sejak berkecimpung di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Universitas Gadjah Mada (UGM) itu dikenal sebagai sosok multidimensi, karena ia adalah seorang ahli ekonomi, pengusaha, budayawan, cendekiawan, juga aktifis LSM, pemikir islam dan juga penafsir.

Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimliy Asshiddiqie, mengatakan Indonesia kehilangan salah satu tokoh intelektual andal seiring wafatnya cendikiawan muslim Dawam Rahardjo, Rabu (30/5) malam.

"Kita kehilangan satu lagi tokoh panutan di dunia intelektual dan aktivis yang handal untuk kemajuan bangsa," kata Jimly dalam pesan singkat, dilansir Antara, Kamis dini hari (31/5).

Jimly mengatakan Dawam merupakan sosok intelektual, aktivis serta pemikir sosial dan ekonomi politik yang selalu up to date atau mengikuti perkembangan terbaru. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengajak seluruh pihak mendoakan kepergian Dawam.

Sementara itu mantan Menko Kemaritiman serta Menko Ekuin Rizal Ramli memandang sosok Dawam sebagai seorang ekonom kerakyatan.

Sponsored

"Ia cendikiawan muslim, tokoh pluralis dan seorang muslim yang berani. Dia tidak gentar saat sebagian umat Islam di Indonesia mencela karena pembelaannya terhadap kaum minoritas di Indonesia," ujar Rizal dihubungi di Jakarta, Kamis dini hari.

Rizal mengatakan pembelaan Dawam terhadap kaum minoritas dan marjinal selalu berada dalam koridor kepantasan dan rasional.

Dawam Rahardjo wafat Rabu (30/5) di RS Islam Jakarta pada usia ke-76 tahun. Pria kelahiran Solo, 20 April 1942 itu ikut memberikan sumbangsih dalam ide pendirian organisasi ICMI, hingga menjadi anggota Dewan Kehormatan ICMI periode 2015-2020.

Semasa hidupnya Dawam banyak menulis buku antara lain berjudul Esai-esai ekonomi politik (1983), Deklarasi Mekah: Esai-esai ekonomi Islam (1987), Etika bisnis dan manajemen (1990), Habibienomics: Telaah pembangunan ekonomi (1995), Paradigma Alquran: Metodologi dan kritik sosial (2005), serta Nalar Politik Ekonomi Indonesia (2011).

Staf Khusus Presiden bidang ekonomi Ahmad Erany Yustika dalam akun Twitternya @ahmarerany menyampaikan duka cita yang sangat mendalam atas wafatnya Dawam Rahardjo.

Menurut Erany, Dawam merupakan seorang pemikir besar yang fasih, aktivis yang gigih, dan pemberdaya yang tak pernah letih.

"Semoga almarhum mulia di sisinya. Salah satu cita-cita terakhir beliau merealisasikan Desa Pancasila," ujar Erany.

Ekonom, budayawan, pengusaha, cendekiawan, aktivis LSM, pemikir Islam, sekaligus penafsir tersebut diketahui beberapa kali menjalani perawatan intensif di rumah sakit lantaran komplikasi penyakit yang dideritanya; diabetes, gangguan jantung, dan stroke.

Berita Lainnya
×
tekid