sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kejagung cari petunjuk untuk naikkan kasus korupsi Krakatau Steel

Sejauh ini, Kejagung baru meminta BPKP melakukan audit investigatif. 

Immanuel Christian
Immanuel Christian Rabu, 16 Mar 2022 16:50 WIB
Kejagung cari petunjuk untuk naikkan kasus korupsi Krakatau Steel

Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung (Jampidsus Kejagung) menganalisis sejumlah petunjuk dalam kasus dugaan korupsi pembangunan pabrik blast furnace (BFC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Petunjuk tersebut bakal menjadi dasar penyidik menaikkan status kasus ke tahap penyidikan. 

Direktur Penyidikkan Jampidsus Kejagung, Supardi, mengatakan, petunjuk diharapkan didapat dari pemeriksaan saksi. Terlepas dari pemeriksaan itu, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) bersama penyidik telah melakukan gelar perkara pada awal Maret 2022. 

"Kita masih pemeriksaan juga, tapi pemeriksaan yang ada mudah-mudahan kita bisa ambil sikap," katanya kepada Alinea.id, Rabu (16/3). 

Direktur Investigasi III BPKP, Gumbira Budi Purnama, sebelumnya mengatakan, ekspose dilakukan sebagai tindak lanjut atas permintaan audit investigatif yang dilayangkan Kejagung, medio Februari 2022. Ekspose berlangsung pada Rabu (2/3). 

"Baru kemarin, tanggal 2 Maret 2022, kita ekspose bersama. Kita diminta melakukan audit investigatif oleh Kejaksaan Agung pada 15 Februari lalu untuk mengungkap adanya penyimpangan dalam proyek pembangunan blast furnace PT Krakatau Steel," tuturnya, Jumat (4/3). 

Gumbira menyampaikan, BPKP belum menghitung kerugian negara dalam kasus ini lantaran tidak ada permintaan dari Kejagung. Sejauh ini, Kejagung baru meminta BPKP melakukan audit investigatif. 

"Itu pun belum dapat dipenuhi karena BPKP masih memerlukan bukti awal yang cukup," jelasnya. 

Sebelumnya, dalam konferensi pers pada 24 Februari 2022, Jaksa Agung, ST Burhanuddin, menyampaikan, pada awalnya proyek pembangunan pabrik BFC dilaksanakan Konsorsium MCC CERI (asal China) dan PT Krakatau Engineering sesuai hasil lelang tanggal 31 Maret 2011. Nilai kontrak setelah mengalami perubahan sebesar Rp6,92 triliun.

Sponsored

Kontrak tersebut telah dibayarkan kepada pemenang lelang senilai Rp5,3 triliun. Namun demikian, pekerjaan dihentikan pada 19 Desember 2019, padahal pekerjaan belum 100%. Setelah dilakukan uji coba operasi, biaya produksi lebih besar daripada harga baja di pasar. Pekerjaan sampai kini belum diserahterimakan dengan kondisi tidak dapat beroperasi lagi. 

PT Karakatau Steel membangun pabrik BFC dengan menggunakan bahan bakar batu bara agar biaya produksi lebih murah. Namun, pembangunan proyek tersebut ternyata menggunakan bahan bakar gas sehingga biayanya lebih mahal.

Berita Lainnya
×
tekid