sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kesehatan mental adalah obat Covid-19 paling bagus

Kondisi mental pasien Covid-19 berpengaruh pada kesehatan fisiknya.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Sabtu, 03 Okt 2020 12:39 WIB
Kesehatan mental adalah obat Covid-19 paling bagus

Kepala Lab Diagnostik & Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas Andani Eka Putra mengatakan, kecepatan diagnosa virus dalam tubuh pasien sangat penting untuk meminimalisir potensi stress dan depresi, sehingga pasien Covid-19 bisa segera istirahat dan mengkonsumsi obat-obatan.

Menurut Andani, obat Covid-19 yang paling bagus sesungguhnya terkait manajemen kesehatan mental pasien ketika dirawat. Kondisi mental pasien, jelas dia, bisa memperburuk kesehatan fisiknya.

“Kenapa pasien berat, karena pada kondisi tertentu, dia stress, dia depresi, dia punya komorbid, pada waktu orang stress atau depresi, karena tidak terkontrol, jantungnya mulai kambuh, kelainan-kelainannya muncul,” ucapnya dalam diskusi virtual, Sabtu (10/3).

Pasien Covid-19 kerap terpapar depresi atau stress karena kurang komunikasi dengan tenaga kesehatan. Di sisi lain, stigma buruk masyarakat terhadap pasien Covid-19 juga menghantuinya.

“(Saat masuk rumah sakit karena Covid-19) yang muncul (di kepala pasien itu) stigma jelek, keluarganya akan dipojokkan, mereka seolah akan mati. Aib. Ada pasien yang mencabut infus. Ada pasien yang membentur-benturkan kepalanya, teriak-teriak, ketawa-ketawa sendiri di ruangan itu. Yang paling banyak itu, begitu hari pertama langsung menangis,” tutur Andani.

Perbaikan motivasi pasien adalah kunci kesembuhan. Bahkan, kata dia, pasien bergejala ringan tidak perlu dirawat di rumah sakit.

“Saya bukan sepakat dengan isolasi mandiri, tetapi kalau pasien dalam kondisi stabil, di rumahnya memenuhi syarat, maka saya merekomendasikan di rumah saja,” ujar Andani.

Untuk isolasi mandiri di rumah, perlu ada ruangan khusus, hingga tetap dalam pendampingan dari tenaga kesehatan. Jika sekeluarga positif Covid-19, kata dia, sebaiknya dibantu agar bisa menjalankan isolasi mandiri.

Sponsored

Ia pun mengkritik munculnya klaim berlebihan terkait kemujaraban obat untuk penanganan Covid-19.

“Jangan terlalu panik dengan Covid-19. Jangan pula terlalu abai. Kita waspada saja. Hati-hati dengan memakai rasional. Overclaim itu jelek. Karena banyak sekali overclaim yang dipakai masyarakat kita untuk pengobatan,” tutur Andani.

Ia menjelaskan, penggunaan obat untuk penanganan Covid-19 masih menuai perdebatan. Ia meragukan kemujaraban obat antibiotik untuk penyembuhan pasien Covid-19. Makanya, kata dia, penggunaan obat hanya untuk pasien Covid-19 dalam kondisi berat.

Berita Lainnya
×
tekid