sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Krisis pangan di Maluku Tengah renggut satu nyawa lagi

Pemerintah daerah meminta warga agar bersedia direlokasi ke tempat yang lebih mudah dijangkau.

Gema Trisna Yudha
Gema Trisna Yudha Sabtu, 28 Jul 2018 16:22 WIB
Krisis pangan di Maluku Tengah renggut satu nyawa lagi

Warga suku terasing Mause Ane di pedalaman hutan Seram, Gunung Morkele, Kabupaten Maluku tengah, kembali meninggal akibat krisis pangan. Dengan demikian ada total empat orang warga meninggal akibat krisis pangan yang terjadi sejak awal Juli 2018.

"Warga meninggal bernama Lusirue (50) pada 26 Juli 2018, menyusul balita Asoka berusia dua bulan, Aiyoma (empat bulan) dan Laupia (60)," ujar Kadis Sosial Maluku, Sartono Pinning, Sabtu (28/7).

Dia menjelaskan, tim terpadu dari Kementerian Sosial (Kemensos), Dinas Sosial Maluku, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) Maluku, Dinas kesehatan, Kodam XVI/Pattimura, Polda Maluku dan Pemkab Maluku Tengah, telah dikerahkan ke lokasi sejak 25 Juli lalu. 

Saat ini, mereka menangani ratusan jiwa warga suku terasing yang mengalami krisis pangan dengan merawat warga sakit dan memeriksa kesehatan warga lainnya agar tidak bertambah korban jiwa. Krisis pangan ini disebabkan tanaman mereka diserang hama babi dan tikus.

"Krisis pangan dialami sebanyak 45 Kepala Keluarga (KK) atau 170 jiwa warga di negeri Maneo Rendah, kecamatan Seram Utara Timur Kobi, kabupaten Maluku Tengah itu karena hama babi dan tikus menyerang tanaman mereka," ujarnya.

Sartono mengatakan, penanganan lebih lanjut pada warga suku terasing masih menunggu hasil identifikasi yang dilakukan tim terpadu. Selain itu, juga mempertimbangkan masukan dari Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen TNI Suko Pranoto didampingi Danrem 151/Binaiya, Kolonel Inf Christian K. Tehuteru yang meninjau lokasi pada 26 Juli 2018.

Dia menekankan, Pemprov berkeinginan agar para warga suku terasing bersedia direlokasi ke tempat yang lebih mudah di jangkau. Sartono mengatakan, relokasi warga suku terasing ini sebenarnya telah masuk diprogramkan usai kebakaran besar di hutan Seram pada 2015 dan 2017 lalu.

Gubernur Maluku, Said Assagaff, sebelumnya juga meminta warga agar bersedia direlokasi. Hal ini agar lebih memudahkan penanganan saat terjadi kasus semacam ini. 

Sponsored

Untukk diketahui, lokasi warga suku terasing itu berada di Dusun Maneo, yang jarak tempuhnya tiga jam dengan kendaraan dari Wahai, atau delapan jam dari Masohi, ibu kota Maluku Tengah. Ini masih harus dilanjutkan dengan berjalan kaki delapan jam ke desa terdekat.

"Hidup mereka nomaden atau berpindah-pindah tempat dan memanfaatkan kawasan hutan sebagai sumber bahan pangan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekaligus memelihara dan menjaganya dengan budaya dan kearifan lokal yang dipercayai," kata Said.

Antara

Berita Lainnya
×
tekid