sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menkes: Petugas kesehatan di Wamena menolak dipulangkan

65 tenaga medis masih berjaga di sana, terdiri dari 31 dokter umum dan spesialis, beserta 34 perawat.

Soraya Novika Adi Suprayitno
Soraya Novika | Adi Suprayitno Senin, 30 Sep 2019 17:03 WIB
Menkes: Petugas kesehatan di Wamena menolak dipulangkan

Meninggalnya tenaga medis di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, tak membuat relawan kesehatan lain yang bertugas di wilayah konflik tersebut, putus arang.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek meyakinkan, semua petugas kesehatan di sana justru menolak saat ditawarkan untuk kembali ke kota asal masing-masing.

Menurut data terakhir yang dikumpulkan Kemenkes, 65 tenaga medis masih berjaga di sana, terdiri dari 31 dokter umum dan spesialis, beserta 34 perawat.

"Mereka justru menolak untuk pulang, mereka sangat mempedulikan nasib warga yang tinggal di wilayah kerusuhan di sana, mereka sangat memegang teguh prinsip kemanusiaan, untuk itu kami sangat mengapresiasi pengorbanan mereka," ujar Nila dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (30/9).

Sebagaimana diketahui, salah seorang dokter yang bertugas di Wamena bernama dr Soeko Masetiyo (53), menghembuskan nafas terakhirnya setelah mengalami cedera di kepalanya saat terjebak kerumunan massa di wilayah kerusuhan di sana, pada 23 September 2019.

Melihat kondisi tersebut, berbagai pihak mendesak pemerintah, baik pusat maupun daerah, dan aparat keamanan, untuk tanggap memulihkan kondisi di Wamena dengan pendekatan persuasif, agar situasi kembali aman sekaligus meningkatkan keamanan bagi seluruh petugas kesehatan dan sarana prasarana kesehatan di Wamena.

Menjawab tuntutan tersebut, Menteri Nila pun memberikan pengawalan penuh kepada pada tenaga medis yang bertugas di Wamena. Untuk itu, Kemenkes bekerja sama dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Menko Polhukam WirantoTNI serta pihak terkait lainnya.

"Kami juga sudah mengirimkan bantuan berupa obat-obatan dan kebutuhan logistik lainnya diangkut dengan pesawat Hercules langsung ke sana," katanya.

Sponsored

Meski kondisi di Wamena sudah cukup kondusif, namun pemerintah tetap membentuk tim tenaga kesehatan gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, dan sipil pun demi melengkapi kekurangan tenaga medis di sana.

"Kami sudah kirim lagi sekitar 30 orang yang merupakan tim tenaga kesehatan gabungan, itu untuk gelombang pertama," ucapnya. Bila membutuhkan lebih banyak lagi, anggota tim tersebut akan ditambah lagi.

Di samping itu, agar menghindari menjadi sasaran serangan di sana, Menteri Nila pun mengimbau para tenaga kesehatan di wilayah konflik Wamena, untuk selalu mengenakan pakaian dinas.

"Kami mengimbau tenaga kesehatan, kalau mau pergi pakai baju kesehatan, pakai baju dokter, yang warna putih, kalau bisa yang ada tulisan 'kesehatan'", ujarnya.

Ia juga menyarankan agar petugas kesehatan yang merasa tidak aman tinggal di wilayahnya, untuk segera mengungsi ke tempat yang dirasa lebih aman.

"Kami berharap mereka berada di tempat yang aman bilamana merasa terusik di tempat tinggalnya. Memang ada beberapa yang merasa tidak aman, sementara kami harapkan berlindung di rumah sakit saja," ucapnya.

Sementara Pemprov Jawa Timur mengirim tim untuk mendata warga Jatim yang ada di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Tim yang terdiri dari BPBD, Dinas Sosial dan Bakesbangpol Jatim ini, akan berkomunikasi dengan warga Jatim di Papua, apakah bersedia pulang kampung atau tidak.

"Kita ingin mengkomunikasikan dengan mereka (pengungsi)," ujar Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa usai menghadiri pelantikan Pimpinan DPRD Jatim, Senin (30/9). 

Khofifah belum dapat memastikan jumlah warga Jatim yang mengungsi di Papua. Mengingat tim pemprov tengah melakukan pendataan berapa jumlah pengungsi, baik yang masih di Sentani, Jayapura, maupun di Wamena, Jayawijaya. Termasuk mereka yang menjadi korban. 

Khofifah mengaku, sudah ada dua gelombang warga Jawa Timur yang pulang menggunakan Pesawat Hercules dan transit di Semarang, selanjutnya menuju Asrama Transito Margorejo Surabaya menggunakan bus.

Koordinasi terus dilakukan oleh tim pemprov untuk bisa menyiapkan moda transportasi yang bisa membawa penumpang dalam jumlah besar dan cepat pulang ke Jawa Timur. Armada itu salah satunya adalah pesawat terbang. Sementara jika menggunakan kapal harus ke Jayapura. 

Kendati demikian, Khofifah memastikan, semua warga Jawa Timur di Wamena aman. Berdasarkan hasil komunikasi dengan tim di Papua, pengungsi berada di Korem. 

"Saya tadi masih komunikasi tim di Wamena. Mereka sedang bersama Danrem di Makorem Insha Allah posisinya aman. Di Sentani ada di Makodim, juga ada di masjid Al Aqsa. Mereka terkomunikasikan titiknya," pungkasnya.
 

Berita Lainnya
×
tekid