sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Netflix dan peluang film Indonesia di luar negeri

Pelaku industri film Indonesia mulai melirik layanan penyiaran OTT.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Rabu, 01 Jul 2020 14:28 WIB
Netflix dan peluang film Indonesia di luar negeri

Produser, sutradara, sekaligus penulis naskah Andi Bachtiar Yusuf menganggap layanan penyiaran over the top (OTT), seperti Netflix menjadi peluang baru.

“Sebetulnya sih, bisa dibilang sebagai peluang baru bagi industri film Indonesia. Kita bangsa inferior dan film kita juga tidak terkenal-terkenal amat di luar negeri. Sekarang kita punya teknologi yang memungkinkan untuk melakukan itu (memperkenalkan film Indonesia),” ujar Andi dalam diskusi Webinar Alinea Forum, Selasa (30/6).

Menurut Andi, pelaku industri film Indonesia mulai melirik layanan penyiaran OTT. Pasalnya, layanan penyiaran tersebut memungkinkan film-film Indonesia ditonton warga negara Amerika Serikat tanpa perlu mendistribusikan ke sana. 

“Netflix bagi saya memberi peluang film Indonesia untuk ditonton di regional yang lebih besar lagi,” ucapnya.

Ia mengaku memahami situasi di Indonesia bahwa keberadaan layanan penyiaran OTT membuat persaingan industri dengan stasiun televisi menjadi tidak sehat.

Sayangnya, kata Andi, pembahasan layanan penyiaran OTT kerap terjebak pada Netflix yang telah memiliki ratusan ribu pelanggan. Namun, mengabaikan persaingan antar layanan penyiaran OTT.

“Saya heran saja mengapa cuma Netflix ramai diperbincangkan. Katanya karena belum bayar pajak, tetapi (dari tadi) kita tidak ngomongin Inflix atau Hooq yang baru saja bangkrut. Pada dasarnya, kita (pelaku industri film Indonesia) juga bersaing tidak seimbang dengan Holywood,” tutur Andi.

Pelaku industri film Indonesia, kata dia, turut mencari solusi terkait distribusi film di bioskop yang terdampak pandemi Covid-19. Bahkan, Andi memperkirakan dalam satu hingga dua tahun ke depan kemungkinan kapasitas bioskop hanya separuh. 

Sponsored

Masalahnya, sambung dia, produser dan investor film Indonesia bisa goyah dalam menggelontorkan uang pendanaan karena hitungan untung rugi.

“Karena televisi (juga) kan semakin lama, semakin kecil menerima film Indonesia. Enggak seperti dulu lagi, makanya sudah beda lah,” ujar Andi.

Dalam kondisi demikian ia menilai layanan penyiaran OTT bisa memberikan peluang pula untuk melindungi budaya Indonesia.

Misalnya, jelas Andi, Netflix memiliki fitur parental control atau pembatasan orang tua terhdap konten-konten layak ditonton anak-anak. Fitur berupa PIN untuk mengunci profil dan filter konten di lamannya. 

Bahkan, layanan penyiaran OTT juga menyediakan tayangan berdasarkan kategori umur. Sehingga dianggap sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia.

“Jadi, ada proteksi supaya anak tidak menonton tayangan dewasa,” pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid