sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Siapa inisiatif pasang pohon palsu di Jakarta?

"Di Jakarta pohon palsu ditanam, pohon asli ditebang," celoteh warganet di media sosial.

Akbar Persada
Akbar Persada Senin, 04 Jun 2018 19:45 WIB
Siapa inisiatif pasang pohon palsu di Jakarta?

Kehadiran pohon imitasi alias palsu di sejumlah trotoar di jalan Thamrin, Jakarta Pusat mengejutkan warga Jakarta sejak Kamis (31/5) pekan lalu. Begitu pun warganet yang langsung bereaksi keras setelah Koalisi Pejalan Kaki mengunggah foto tentang susah payahnya pengguna trotoar, karena terhalang pohon berbahan plastik yang mendominasi lebar trotoar di akun Instagramnya.

"Pohon palsu ditanam, pohon asli ditebang," ungkap akun @NeoSunardie.

"Penistaan bagi desainer eksterior dan pejalan kaki! yang sakit bukan cuma mata, tapi juga hati," komentar akun @bungamanggiasih.

"Kadang suka penasaran sama pejabat atau siapa pun itu yang melakukan desain tata kita Indonesia terutama Jakarta. Dari dulu desain dan konsepnya sama sekali enggak ada 'User Experience-nya' sama sekali," tulis akun @mirfan.

Setelah kabar berita pohon imitasi itu viral, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan segera memerintahkan agar pohon itu dicopot. Meski demikian, ia menyatakan, pemasangan pohon imitasi dilakukan jajaran anak buahnya di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tanpa izin.

"Jadi ini adalah langkah salah tanpa permisi, tanpa ada izin dan begitu ketahuan, kita dengar ya langsung minta cabut," kata Anies, Jumat (1/6).

Sementara itu, Wagub Sandiaga Uno yang baru pulang melaksanakan umrah tampak kikuk saat ditanya mengenai ramainya pemasangan pohon imitasi yang berujung pergunjingan warga.

Setelah mencari informasi dari sejumlah kepala SKPD, dikatakan Sandi, hampir seluruhnya menjawab pohon tersebut telah dicabut. Ia pun menyatakan, pohon-pohon imitasi merupakan aset yang dimiliki Suku Dinas Perindustrian dan Energi (Sudin PE) Jakarta Pusat. Pemasangan lampu-lampu itu juga dilakukan atas inisiatif Sudin PE Jakarta Pusat tanpa sepengetahuan dari kepala dinas serta Gubernur.

Sponsored

Pohon palsu di Jalan Thamrin Jakarta./ Facebook

Akibat kurangnya koordinasi itu lah, kata Sandiaga, niat baik dan inisiatif tersebut justru mendapat respons negatif dari publik. 

"Ya sometimes people make effort untuk mengambil inisiatif ya, tapi kadang-kadang, inisiatif tersebut ada yang tidak terpikirkan dengan baik. Maka kami beri pengertian ke mereka, bahwa kalau mereka ngambil inisiatif itu lebih baik disosialisasi dulu ke kepala dinasnya," ungkap Sandiaga.

Terpisah, Kepala Sudin PE Jakarta Pusat Iswandi mengakui pohon-pohon imitasi yang berfungsi sebagai lampu hias trotoar itu merupakan aset milik instansinya yang diadakan pada tahun anggaran 2017. "Jadi ini untuk event waktu itu, HUT DKI. Sehabis itu dicopot," ujarnya kepada wartawan di Balai Kota.

Dalam dokumen e-budgeting 2017, anggaran lampu hias memang tercantum di pagu kegiatan Sudin Jakarta Pusat. Alokasi anggarannya sebesar Rp1,42 miliar untuk pemasangan 5.652 titik lampu hias.

Nilai pengadaan barang lewat tender tersebut tak terlacak dalam situsweb lpse.dkijakarta.go.id. Pengadaan lampu hias hanya ditemukan untuk tahun anggaran 2018, dengan nilai Rp2,2 miliar. Hingga saat ini pemenang lelang tersebut belum ditentukan dan otomatis anggarannya belum terserap. 

Ketua Forum Warga Kota Jakarta (Fakta), Azas Tigor Nainggolan justru terkekeh saat dikonfirmasi mengenai kisruh pohon imitasi ini. Menurutnya sangat jarang seorang PNS apalagi di DKI bertindak tanpa perintah atas keinginan sendiri.

"Enggak mungkin dan enggak akan berani orang Dinas Perindustrian melakukan itu. Saya enggak yakin juga kalau Gubernur dan Wagub enggak ngerti, jadi jangan buang body lah," kata Tigor kepada Alinea.

Jika memang kebijakan untuk mempercantik kawasan ring-1 dengan pohon imitasi salah, Tigor berpesan agar Gubernur dan Wagub DKI mengakui kesalahan. Sebab, jika simpang siur kabar terus berkelanjutan, maka warga yang akan menjadi korban. Apalagi untuk pengadaan unit pohon imitasi ini cukup mahal.

"Jelaskan saja yang benar seperti apa. Kalau salah akui salah, dari pada nanti melebar kemana-mana lalu memunculkan opini negatif terus-menerus," tutup Tigor.

Berita Lainnya
×
tekid