Tol Jakarta-Cikampek, momok menakutkan tiap mudik lebaran
Harapan akan mudik lancar belum bisa terwujud tahun ini. Tol Jakarta-Cikampek masih seperti yang dulu..
Strategi tumpul dan tidak merata
Menanggapi kondisi demikian, Ketua Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Tranportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai arus kendaraan dan kepadatan jalan untuk mudik tahun ini tidak merata.
Djoko mengungkapkan arus mudik yang cukup lancar terjadi lantaran beberapa ruas jalan tol yang tadinya masih fungsional, sudah beroperasi penuh sebelum lebaran tahun ini.
"Secara khusus, untuk mudik jarak jauh itu lancar, bahkan sejak tahun lalu. Tapi ini belum merata," kata Djoko.
Djoko juga mengapresiasi langkah pemerintah karena sudah menyelesaikan proyek infrastruktur tersebut. Terutama untuk jaringan Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera yang dirasa sangat membantu masyarakat.
"Pemudik paling banyak itu memang ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari infratruktur dan strategi manajemen rekayasa lalu lintas yang diterapkan itu juga bagus," kata Djoko.
Meski demikian, Djoko mengatakan, kemacetan masih ditemukan di sejumlah ruas jalan tol dan jalan nasional. Banyak pemudik yang mengeluh terjebak belasan jam di titik kemacetan menuju kampung halaman.
“Artinya strategi belum diterapkan secara merata. Masih banyak yang harus dievaluasi,” kata dia.
Menurut Djoko, salah satu penyebab kemacetan yakni masih banyaknya gerbang tol (GT) di ruas-ruas jalan tol. Oleh karena itu, ia mendorong Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) untuk menghapus GT yang tidak diperlukan.
“Misal Cikarang Utama sudah pindah ke Cikampek utama sama Kaliurip Utama. Kalau seandainya tahun berikutnya gerbang tol lainnya hilang kan bisa lancar," ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga harus melakukan pengawasan pada setiap rest area yang disediakan. Djoko menilai, rest area juga menjadi faktor penyebab kemacetan atau kepadetan di jalan tol bagi pemudik.
Ia memberikan contoh yang terjadi hari ini di Cikampek. Berdasarkan pemantauannya, masih terjadi kepadatan kendaraan karena banyak kendaraan keluar masuk rest area.
"Orang keluar masuk, keluar masuk jadi menggangu yang lain. Padahal mereka hanya meeting point saja di sana, janjian mau ketemu saudara ketemu bukan belanja," sambung Djoko.
Lebih lanjut Djoko mengungkapkan, pemerintah sebaiknya tidak hanya fokus membenahi infrastruktur untuk mudik jarak jauh, namun juga untuk mudik jarak dekat. Selain itu, bukan hanya jalur darat, namun udara, laut juga harus menjadi perhatian.
Menurut Djoko, lalu lintas yang dilalui pemudik jarak dekat masih banyak yang tesendat. Contohnya yang terjadi di Jawa Barat. Djoko menilai hal ini disebabkan minimnya angkutan umum di daerah tersebut.
"Nah, mereka mau silaturahmi, mau berwisata tidak ada angkutan umum. Sehingga menggunakan kendaraan pribadi, sementara prasarana juga belum memadai," kata Djoko.
Optimalisasi jalur mudik
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sunadi menyatakan kelancaran arus mudik tidak lepas dari pembangunan infrastruktur yang menghubungkan kota ke kota, baik di Jawa maupun Sumatera.
Selain itu, ia juga menjelaskan hal tersebut didukung dengan strategi-strategi yang ada untuk mengurangi kemacetan.
"Tahun 2019 adalah pembuktian bahwa pembangunan infrastruktur sangat berguna bagi masyarakat dari kota ke kota," ucapnya.
Keberhasilan infratruktur ini, kata Budi, dapat dibuktikan dari waktu tempuh perjalanan mudik lebih singkat dari sebelumnya. Dia mencontohkan, waktu tempuh Jakarta ke Semarang hanya 6 jam, Jakarta ke Solo 8 jam, dan Jakarta ke Surabaya 10 jam.
Pemerintah memang telah membuka sepanjang 1.468 kilometer (km) ruas jalan tol di guna mendukung kelancaran arus mudik 2019. Seluruhnya berada pada jaringan Jalan Tol Trans Jawa dan Jalan Tol Trans Sumatera, baik yang berstatus operasional maupun fungsional.
Pada Jalan Tol Trans Jawa, diketahui panjang jalan yang dibuka mencapai 965 km dan 31 km sesi ruas Pandaan-Malang. Kemudian, pada Jalan Tol Trans Sumatera panjang jalan dibuka sepanjang 503 km yang mencangkup 278 km jalur operasioanl dan 225 km jalur fungsional.
Adapun ruas operasional yang dibuka seperti Bakauheni-Terbanggi Besar (140,9 km), Palemban-Indralaya (21,93 km), Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (62,11km), dan Belawan-Medan-Tanjung Morawa (42,7km).
Sementara ruas fungsional yang dibuka meliputi Terbanggi Besar-Pematang Panggang (189 km), Kayuagung-Palembang-Betung (33 km), dan Medan Bijani Seksi (12,8 km).