sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tragedi Kanjuruhan dinilai bukan kesalahan satu pihak

Selain Polri, peristiwa di Stadion Kanjuruhan juga dinilai akibat kesalahan pihak lain.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Selasa, 04 Okt 2022 13:49 WIB
Tragedi Kanjuruhan dinilai bukan kesalahan satu pihak

Direktur Indonesian Publik Institute (IPI), Karyono Wibowo, menilai tragedi Kanjuruan tidak bisa disebut sebagai kesalahan Polri. Pasalnya, tragedi Kanjuruhan merupakan resultan dan mismanajemen, krisis koordinasi, dan lemahnya kolaborasi antarpihak dalam penyelenggaraan urusan publik.

"Ini jelas bukan kesalahan satu pihak. Katakanlah, orang menyalahkan polisi karena menggunakan gas air mata. Itu betul, orang boleh marah. Tapi kan polisi juga tidak menyalahi prosedur karena dalam situasi darurat mereka boleh menggunakan emergency planning," ujar Karyono di Jakarta, Selasa (4/10).

Bagi Karyono, banyak pihak yang mestinya dimintai pertanggungjawaban terkait tragedi sepak bola yang memilukan tersebut. 

"Lalu bagaimana dengan organisasi penyelenggara dan pihak yang diuntungkan dalam bisnis siaran bola? Mereka juga pihak yang ikut bertanggungjawab. Ada kesan, itu pertandingan yang dipaksakan karena dalam suasana tidak kondusif pertandingan tetap dipaksa dilanjutkan. Ini kan aneh," ucapnya.

Oleh karena itu, dia meminta masyarakat untuk tidak melimpahkan kesalahan kepada polisi semata. Dia mengatakan, mendukung Polri untuk mengusut tuntas insiden yang menewaskan ratusan jiwa itu.

"Jadi sekali lagi, semua pihak harus refleksi diri dan menyampaikan permintaan maaf. Tentu penegakan hukum harus jalan. Tapi jangan lagi ada upaya menyudutkan pihak tertentu saja," ucapnya.
 
Diketahui, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berjanji akan mengusut tuntas tragedi Kanjuruan. Untuk itu, Polri menerjunkan enam tim Mabes Polri untuk menginvestigasi tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang terjadi seusai pertandingan Arema FC versus Persebaya.

Keenam itu di antaranya terdiri dari unsur Bareskrim, Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam), dan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis).

Menurut Listyo, tim ini diturunkan untuk menemukan faktor yang menyebabkan massa saling berdesak-desakan hingga terinjak-injak keluar stadion. Kata dia, berdasarkan investigasi tim ini, polisi dapat menentukan siapa yang bertanggung jawab dan harus dihukum.

Sponsored

Listyo pun memastikan tim yang diboyong dari Jakarta tersebut akan mengecek semua data, baik dari panitia pelaksana pertandingan, petugas di lapangan, maupun rekamanCCTV di dalam stadion.

Berita Lainnya
×
tekid