Piala Dunia U-17 digelar di Indonesia pada pengujung tahun ini, 10 November-2 Desember mendatang. Dari 24 negara partisipan yang sudah lolos ke putaran final, muncul empat calon bintang muda dunia.
Mereka sudah unjuk gigi dalam fase penyisihan masing-masing zona konfederasi. Label keempat bakat belia tersebut cukup mentereng: pemain terbaik kejuaraan.
Kualifikasi CONMEBOL (Kejuaraan Amerika Selatan U-17) dan penyisihan UEFA (Turnamen Eropa U-17) tidak menampilkan pemain terbaik. Empat zona lain: CONCACAF (Amerika Tengah-Utara), CAF (Afrika), AFC (Asia), dan OFC (Oceania) memiliki kaki-kepala emas yang menjanjikan asa besar masa depan.
1. Gaku Nawata (Jepang)
Kualifikasi AFC bertajuk Piala Asia U-17 menobatkan Gaku Nawata sebagai pemain terbaik. Posisi spesialisnya penyerang tengah dan second striker. Hebatnya, Gaku yang setinggi 1,71 meter juga didaulat sebagai pencetak gol terbanyak kualifikasi zona Asia ini.
Dia menjebol gawang India U-17 dua gol di fase grup, Australia U-17 di perempat final, dan dua kali lagi ke jaring Korea Selatan di final. Totalnya, pemain kelahiran 29 Juli 2006 ini melesakkan lima gol.
Selain pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak, Gaku diberi penghargaan gol terbaik turnamen. Golnya membuka skor 1-0 versus Korsel di final tercipta dari tendangan bebas langsung. Tembakannya bersarang telak ke jala sudut kanan atas secara melengkung dari arah luar kotak penalti.
Jepang sangat mengandalkan pemain yang memperkuat klub Kamigaku HS ini. Lima gol dari lima kali tampil membuatnya layak diperhitungkan lawan.
2. Souleymane Alio (Burkina Faso)
Tendangan chip lambung tinggi melewati jangkauan tangan kiper Kamerun di fase grup Piala Afrika U-17 2023 memantapkan kualitas Souleymane Alio sebagai pemain terbaik turnamen. Gol keduanya lepas dari jebakan offside meluncur kencang bersarang ke gawang yang sama.
Larinya cepat, dribel lengket, tembakannya selalu menempatkan bola tepat ke gawang. Tubuhnya tinggi-langsing sehingga jago duel bola udara. Semua itu mengiringi gaya bermain mirip Kaka, mantan superstar Brasil. Tapi Alio bukan penendang penalti cukup mumpuni.
Burkina Faso U-17 hanya menjadi juara ketiga karena eksekusinya gagal dalam adu penalti di semifinal melawan Senegal. Itu sebabnya dalam perebutan tempat ketiga, sayap kanan Ousmane Camara yang lebih dipercaya untuk mengambil hadiah penalti. Dilayani Camara sebagai tandemnya, Alio bisa menjadi bahaya paling mematikan.
3. Gael Álvarez (Meksiko)
Membuka keran gol Meksiko pada Kejuaraan CONCACAF U-17 2023, Álvarez menginspirasi rekan-rekan setimnya. Pemain CF Pachuca U18 ini sangat kreatif memposisikan diri jadi gelandang serang atau sayap kiri.
Memiliki dua kaki kanan-kiri sama aktifnya, dia mampu berkelit lincah di ruang sempit, lihai dalam kombinasi satu-dua. Nalurinya tajam mencari tempat kosong, memberi banyak celah baginya untuk menyusahkan lawan.
Gael dianugerahi penghargaan Golden Ball sempurna karena sambil membawa Meksiko jadi juara. Tim Sombrero sekaligus memborong hadiah: Stephano Carrillo dengan 8 gol meraih Sepatu Emas, kiper Norberto Bedolla menyabet Sarung Tangan Emas, dan kesebelasan mereka menggapai Fair Play Team.
4. Nolhann Alebate (New Caledonia)
Mengantar timnya menempati runner-up Kejuaraan OFC U-17 2023, Nolhann turut menyumbang tiga gol untuk mereka ke final. Dua kali New Caledonia terantuk batu sandungan Selandia Baru dengan kalah tipis: 2-3 di fase grup dan 0-1 di partai puncak.
Pemain kribo berposisi favorit sayap atau gelandang serang ini melakukan semua untuk kesebelasannya: kapten kesebelasan, nomor punggung 10, pengumpan yang cerdik, dan eksekutor bola-bola mati. Meskipun timnya tampil lagi bukan sebagai unggulan, New Caledonia pernah menahan Jepang 1-1 pada debutnya di Piala Dunia U-17 tahun 2017.