sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ada apa dengan Jordi Amat?

Tak ada pula yang keliru dengan MSL. Rangking kompetisi Asian Football Confederation (AFC)-nya di peringkat kesepuluh.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Jumat, 01 Jul 2022 15:19 WIB
Ada apa dengan Jordi Amat?

Pemain yang sedang diproses naturalisasi Indonesia, Jordi Amat, memutuskan pindah klub. Statusnya bebas transfer setelah kontraknya tidak diperpanjang K.A.S. Eupen, Belgia.

Bek tengah itu masih berkewarganegaraan Spanyol. Saat dia menerima pinangan Johor Darul Takzim (JDT). Klub kaya-raya, juara bertahan Liga Super Malaysia (MSL), kontestan papan atas MSL musim ini, dan pelaju 16 Besar Asian Champions League (ACL) 2022.

Kurang apa JDT? Gelanggang peredarannya berada di orbit tertinggi benua Asia. Pada 18 Agustus mendatang, JDT dijadwalkan menghadapi Urawa Reds, klub raksasa Jepang.

Jordi bermaksud baik, hendak lebih dekat ke Indonesia. Sebaliknya, kuasa gelap oknum dari bakal Tanah Air barunya sendiri tampak mulai merecoki kariernya yang tersisa tidak lama lagi.

Mulai ramai tentangan dari berbagai pihak atas keputusan pribadi Jordi. Banyak tudingan negatif diterima pemain 30 tahun. Tentangan dan tudingan itu layak disikapi, namun kepindahan Jordi pantas dihormati siapapun juga.

Tudingan dan tentangan yang datang menyerbu Jordi boleh jadi karena yang menuding dan menentang agak kurang cerdas memahami literatur sepak bola internasional. Akronim JDT, MSL, dan ACL, atau K.A.S. Eupen, barangkali perlu diketahui dulu sebelum ada yang angkat bicara untuk topik pribadi yang perlu dibahas lebih jauh.

Sementara pelatih timnas Shin Tae-yong (STY) dikenal berwawasan luas. Ia meminta naturalisasi Jordi dengan penuh pertimbangan. STY konon memiliki tim pemantau yang bertugas khusus mencari pemain diaspora atau keturunan Indonesia sampai pelosok Eropa. Mustahil dia tidak mengerti atmosfer sepak bola dunia.

Tidak ada yang salah dengan JDT. Menurut versi Transfermarkt, nilai pasar total klub JDT sebesar EUR7,53 juta. Lebih tinggi dari juara bertahan Liga 1 sekaligus klub terkaya Indonesia, Bali United, yang barusan dipermalukan tim antah-berantah asal Kamboja di ajang kasta kedua antarklub Asia, AFC Cup 2022.

Sponsored

Tak ada pula yang keliru dengan MSL. Rangking kompetisi Asian Football Confederation (AFC)-nya di peringkat kesepuluh, sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara. MSL bahkan mengungguli Australia yang menggelar dua kompetisi, A-League Men dan Australia Cup. Liga Benua Kanguru hanya berposisi di urutan ke-24 pada tabel AFC Competition Rank 2022.

Bila melihat kiprah pemain nasional lain, Saddil Ramdani, di MSL tentu akan lebih membuka wawasan sepak bola bagi siapa pun gerangan yang picik atau pihak berpikiran sempit dan tertutup.

Saddil menunjukkan perkembangan pesat dalam kariernya sejak memperkuat Sabah FC. Diatur oleh wasit yang netral, sayap kanan berkaki kidal itu terbukti mampu mengalahkan Yazn Al Arab, pekan lalu.

Saddil melawan Yazn bertarung dalam laga Indonesia versus Yordania di Grup A putaran ketiga kualifikasi Piala Asia, medio bulan ini juga. Yazn, bek Yordania, hanya nyaman dilindungi pengadil yang berat sebelah di Kuwait City ketika timnas kalah tipis 0-1. Kepiawaian Saddil terasa makin lihai dan timnas Garuda pun niscaya makin beroleh manfaat besar.

Sebelum Saddil dan kini menyusul Jordi, Indonesia sudah lama mengekspor bakat-bakat terpilih ke Negeri Jiran. Seluruhnya, 13 pemain dalam catatan Alinea.

Diawali oleh Ristomoyo, asal klub Caprina Bali, yang lantas membela tiga klub Malaysia dalam empat musim. Bek sayap andalan PSSI era 1990-an itu akhirnya memutuskan ganti paspor menjadi warga negara Malaysia.

Dilanjutkan Rahmad Darmawan, kemudian berturut angkatan berikutnya, Kurniawan Dwi Julianto, Bambang Pamungkas, Elie Aiboy, dan Ponaryo Astaman.

Generasi belakangan meliputi Andik Vermansyah, Evan Dimas, Ilham Udin, David Laly, dan Ryuji Utomo. Terkini, masih tercatat Nathaniel Siringoringo. Syahrian Abimanyu malah pernah dipinjamkan Persija Jakarta ke JDT juga.

Harus diakui MSL lebih berkualitas dari Liga 1 Indonesia. Bukankah AFC telah membuat perhitungan terukur tahunan untuk semua kompetisi di lingkup negara-negara anggotanya? Rangking itu tak bisa dibantah lagi.

Mengapa Jordi diserang pihak tertentu? Sebagai bek tangguh yang kenyang makan asam-garam di blantika Eropa, pasti dia tahan menghadapi berbagai serangan. Tapi, sikap nyinyir kepada JDT dan MSL seperti omongan tak berbobot dari orang-orang yang hanya kurang kerjaan dan tak paham sepak bola.

Berita Lainnya
×
tekid