sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Survei Algoritma: Tak ditemukan polarisasi jelang pemilu

Penelitian dilakukan dengan mengukur berdasarkan isu sosial, politik, maupun agama.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Senin, 26 Jun 2023 15:15 WIB
Survei Algoritma: Tak ditemukan polarisasi jelang pemilu

Algoritma Research and Consulting memastikan, polarisasi masyarakat yang selama ini menjadi kekhawatiran bersama tidaklah seperti yang dikhawatirkan banyak pihak. Hal ini diketahui dari survei nasional tatap muka yang dilakukan pada Juni 2023 ini.

Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana mengatakan, peneliti menemukan, tidak ada polarisasi di masyarakat. Namun, yang terjadi adalah pembelahan pilihan politik.

"Bahwa yang terjadi di masyarakat saat ini adalah pembelahan pilihan politik, bukan polarisasi masyarakat," katanya di Jakarta Pusat, Senin (26/6).

Aditya menyebut, penelitian dilakukan dengan mengukur berdasarkan isu sosial, politik, maupun agama. Pengukuran ini untuk melihat sejauh mana pandangan masyarakat terhadap situasi terkini.

Hasilnya, banyak isu masyarakat Indonesia dengan berbagai latar belakang pilihan politik baik partai ataupun calon presiden memiliki penyikapan terhadap beberapa isu pada spektrum yang relatif sama.

Maka dari itu, ia menganggap polarisasi tentu akan terus menjadi ancaman yang laten bagi bangsa ini. Namun kalau ada pihak yang menggalakan polarisasi, maka masyarakat harus diperingatkan.

Baginya, perbedaan pilihan politik dalam gelaran politik rutin lima tahunan baik pemilu presiden dan wakil presiden, pemilu legislatif maupun pemilihan kepala daerah adalah hal yang wajar. Bahkan menurutnya, perbedaan politik itu salah satu indikator demokrasi prosedural maupun substansial yang berjalan dengan baik di Indonesia.

"Hasil survei menunjukkan bahwa polarisasi yang dikhawatirkan tersebut tidak tampak," ujarnya.

Sponsored

Bila demikian, maka harapan yang tinggi dari masyarakat untuk keberlanjutan pembangunan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi harus dijawab oleh para politikus. Mereka menjawab dengan program yang nyata baik dari sisi partai politik maupun capres maupun cawapres.

Menurutnya jika ada capres yang menawarkan keberlanjutan program pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, maka perlu dibuat jelas seperti apa narasi besarnya hingga ke level operasional kerangka kebijakannya. Situasi ini menciptakan momentum yang langka ketika masyarakat merasa puas dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dirasakan dan menginginkan agar bisa lebih berakselerasi. 

“Para capres dan partai politik perlu untuk menangkap tren tersebut dengan program-program pertumbuhan ekonomi yang kuat sekaligus memberikan harapan ke masyarakat,” ucap Aditya.

Aditya juga menekankan situasi ini bisa menjadi momentum bagi capres atau cawapres yang memiliki konsep maupun rekam jejak di bidang ekonomi yang kuat untuk menarik hati masyarakat.

Survei Algoritma Research and Consulting dilakukan melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terhadap  2.009 responden di seluruh Indonesia terbagi secara proporsional berdasarkan data pemilih di 34 provinsi di Indonesia. Hasil survei mewakili penduduk usia dewasa (usia pilih) secara nasional. Margin of error diperkirakan +/- 2,1% pada tingkat kepercayaan 95%. Pengumpulan data dilakukan pada 29 Mei sampai 10 Juni 2023, yang dilakukan oleh 109 orang enumerator. 

Berita Lainnya
×
tekid