sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jokowi atau Prabowo, siapa yang akan menang?

Tren keterpilihan sebagai calon presiden, Jokowi disebut lebih stabil ketimbang Prabowo.

Robi Ardianto
Robi Ardianto Selasa, 01 Jan 2019 09:08 WIB
Jokowi atau Prabowo, siapa yang akan menang?

Tren keterpilihan  

Di sisi lain, Pilpres terulang dengan komposisi sama dan rivalitas lama antara Jokowi dan Prabowo diprediksi bakal penuh kejutan pada tahun ini. Sekalipun lembaga survei terus merilis angka kalau di atas 30% Jokowi bakal dipilh lagi ketimbang Prabowo, namun jika ditelisik trennya berbanding terbalik dengan hasil. 

Pengamat politik Dedi Kurnia Syah Putra Universitas Telkom menyebut kalau tren keterpilihan Jokowi memang stabil ketimbang Prabowo. Sayangnya, sekalipun stabil tidak ada kenaikan signifikan yang bisa mendongkrak elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. 

Penyebabnya kata Dedi, soal pemilihan cawapres sebelumnya mencuat nama Mahfud MD justru pada detik terakhir nama KH Ma'ruf Amin yang dipilih Jokowi. 

Sementara tren Prabowo disebut Dedi, meskipun melambat tetapi tetap ada pergerakan. Sebabnya adalah kehadiran cawapres Sandiaga Uno yang berhasil memikat keterpilihan kaum wanita, hal ini mengingatkan kondisi pemilu tahun 2004 pada sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Membaca komposisi kekuatan masing-masing, Jokowi memang diuntungkan dengan tim koalisi pengusungnya yang terbilang solid dan bagian dari partai gerbong besar. Mesin politik Jokowi juga diperkuat dengan jaringan media nasional dari berbagai platform seperti: media afiliasi Surya Paloh dan taipan media sekaligus pendiri dan Ketua Umum Partai Perindro. 

Di atas kertas, Jokowi sulit dikalahkan baik dari popularitas dan elektabilitasnya. Tapi hal tersebut tidak menjamin Jokowi menang, sebab Prabowo juga punya kekuatan besar mengingat dukungan dari SBY yang punya pengalaman memenangkan pilpres. 

"Ini kesempatan terakhir Prabowo untuk mewujudkan Indonesia sesuai harapannya. Makanya, timnya akan sepenuh hati menggalang kekuatan," kata Dedi. 

Sponsored

Sementara Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin memprediksi siapa capres yang akan unggul tergantung yang dapat memaksimalkan kampanye selama empat bulan terakhir ini. 

"Siapa yang mampu memikat dan meraih simpati rakyat dan tidak membuat blunder politik, merekalah yang akan unggul," tukas Ujang. 

Perbedaan pilihan masyarakat akan calon pemimpin idealnya, para pengamat politik berharap agar mampu menciptakan iklim demokrasi yang sehat.

Berita Lainnya
×
tekid