sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Massa AMIN selalu tumpah ruah tetapi hasil survei minim, kenapa?

Beberapa survei yang biasa merilis tingkat elektabilitas pasangan calon presiden menempatkan Anies-Muhaimin (AMIN) di posisi paling bawah.

Hermansah
Hermansah Senin, 30 Okt 2023 10:43 WIB
Massa AMIN selalu tumpah ruah tetapi hasil survei minim, kenapa?

Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum menetapkan jadwal kampanye, bahkan penetapan calon peserta pemilu pun belum dilakukan. Tetapi, semua pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden telah melakukan komunikasi politik dengan konstituennya.

Terbaru dilakukan pasangan bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan dan bakal calon wakil presiden (Bacawapres) Muhaimin Iskandar (AMIN) di kawasan GDC Depok pada Sabtu (28/10). Di mana, ribuan pendukung Anies dan Muhaimin dikabarkan mengikuti kegiatan tersebut.

Partai pengusung pasangan itu pun, berulang kali mengeklaim, kalau aktivitas politik yang dilakukan calonnya pasti selalu ramai.

Pernyataan terbaru berasal dari Sekjen PKS Habib Aboe Bakar Al-Habsyi, usai menghadiri diskusi yang digelar di Jakarta Selatan pada Minggu (29/10).

"Di survei jelek semua. Tetapi di jalanan banyak massanya (Anies-Muhaimin). Itu yang enggak jelas. Yang bener mana, juga saya enggak tahu!" kata Aboe Bakar.

Kegalauan dari Aboe Bakar memang beralasan. Soalnya, beberapa survei yang biasa merilis tingkat elektabilitas pasangan calon presiden menempatkan Anies-Muhaimin di posisi paling bawah.

Misalkan saja Indikator Politik Indonesia yang pada Kamis (26/10) merilis elektabilitas pasangan calon dengan hasil Prabowo-Gibran 36,1%, Ganjar-Mahfud 33,7% dan AMIN 23,7%. Ipsos Public Affair pada 21 Oktober 2023, menyebutkan, elektabilitas Anies Baswedan-Cak Imin memperoleh 28,91%, Prabowo-Gibran 31,32%, sedangkan Ganjar-Mahfud 31,32%. Sementara, riset yang diungkap pada 24 Oktober 2023, Alvara Research Center menemukan, kalau elektabilitas Anes-Muhaimin 19,4%, Prabowo-Gibran 30,1%, dan duet Ganjar-Mahfud 36,5%.

Apa yang sebenarnya terjadi? 

Sponsored

Analis politik Ipsos Public Affair Arif Nurul Imam mengatakan, kerap membludaknya kegiatan yang digelar Anis-Muhaimin bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama, partai pengusung melakukan mobilisasi agar kadernya bisa hadir. Kedua, karena partisipasi dari warga yang mendukung pasangan Anies-Muhaimin. 

"Perpaduan antara keduanya menyebabkan kerap membludaknya aktivitas politik yang dilakukan oleh Anies-Muhaimin," jelas dia saat dihubungi Alinea.id, Senin (30/10). 

Dia pun menyebutkan, elektabilitas pasangan bakal calon presiden/bakal calon wakil presiden masih berpotensi terus berubah. Hal itu seiring dengan meningkatnya aktivitas kegiatan politik yang dilakukan partai pendukung dan pasangan calon. Dia menyebutkan, kalau dari survei yang dilakukannya pihaknya, elektabilitas Anies-Muhaimin telah naik 5% dari sebelumya.

Soal itu, pendiri lembaga survei LSI Denny JA, Denny Januar Ali juga buka komentar. Dia mengatakan, ada baiknya para elite politik, terutama mereka yang baru saja terjun dalam politik praktis, harus belajar lebih rileks dalam membaca hasil survei opini publik. 

Menurutnya, hasil survei selalu disambut dengan senyum manis oleh mereka yang saat itu sedang menang di survei. Namun, hasil survei juga disambut dengan senyum kecut, bahkan kecaman oleh mereka yang saat itu kalah dalam hasil survei.

Dia juga menceritakan, kalau pada awal Oktober 2023, Lembaga survei LSI Denny JA, digugat dan disomasi secara hukum, karena dukungan atas Anies Baswedan di Sumatera Utara, memperoleh elektabilitas sangat kecil.

"Memang tetap ada sisi positif somasi hukum ini," ucap dia.

Menurutnya, survei harus dilihat dalam kerangka waktu. Pasalnya, survei hanyalah potret ketika saat dilakukan. Sehingga pada waktu yang berbeda, dapat menghasil survei yang berbeda.

Hal itu seiring dengan pertanyaan khas dan standar dalam survei: “Jika pilpres/pilkada terjadi hari ini, siapakah capres yang ibu/ bapak pilih? Itu artinya survei memotret sikap responden di hari ini, hari survei dilakukan.

Itulah sebabnya, pesona bacapres bisa naik dan turun. Bacapres yang sangat populer di survei Juni, misalnya, bisa jatuh tiga bulan lagi di September. 

Sebaliknya, bacapres yang buncit di Desember, bisa jauh lebih tinggi di Februari, hingga dua bulan ke depan. Itu karena sosialisasi sang bacapres yang fenomenal.

Contohnya pada Pilkada DKI 2017. Pada Januari 2017, LSI Denny memotret Anies nomor buncit saat itu. Tetapi di April 2017, LSI Denny JA mengumumkan Anies akan menang di pilkada DKI, mengalahkan Ahok.

"Mengapa LSI Denny JA di Pilkada 2017, mengumumkan posisi Anies yang berbeda antara Januari ke April? Itu karena elektabilitas Anies sendiri memang berubah di lapangan. Survei kredibel yang mampu memotret perubahan itu," kata dia.

Dia pun meminta masyarakat memperhatikan beberapa publikasi LSI Denny JA di pilpres kali ini. Walau Anies selalu buncit, juga di survei lembaga lain, selalu ada teks: pelajaran dari pilkada DKI. Yang nomor buncit selalu potensial menyusul.

"Tetapi tentu saja, Indonesia, dari Aceh hingga Papua, jauh lebih luas dan kompleks dibandingkan DKI. Apa yang terjadi di DKI 2017 (pilkada) belum tentu juga terjadi untuk skala Indonesia 2024 (pilpres)," tutur dia.

Berita Lainnya
×
tekid