sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menangnya kotak kosong dan meredupnya politik dinasti 

Gelaran Pilkada 2018 melahirkan sejumlah fenomena politik.

Ayu mumpuni Christian D Simbolon
Ayu mumpuni | Christian D Simbolon Rabu, 26 Des 2018 17:02 WIB
Menangnya kotak kosong dan meredupnya politik dinasti 

Sebuah acara syukuran digelar Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto di kediamannya di Jalan Amirullah, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (27/6) petang itu. Para simpatisan diundang. Beragam penganan disajikan. Yel-yel pun diteriakkan.

Di depan para pendukungnya, Danny mengucap syukur. Danny bukannya sedang merayakan kemenangannya di Pilwalkot Makassar. Pasalnya, meskipun berstatus sebagai petahana, pencalonan Danny didiskualifikasi KPU Makassar karena tersangkut kasus hukum.

Alhasil, hanya ada satu calon tunggal di Pikada Makassar, yakni pasangan Munafri Arifuddin-Andi Rahmatika Dewi (Appi-Cicu). Tak tinggal diam, Danny mengampanyekan agar publik Makassar mencoblos kotak kosong. 

Nyatanya, kampanye Danny sukses. Sejumlah lembaga survei mendapuk kotak kosong sebagai pemenang Pilkada Makassar. Sekitar 53% pemegang hak pilih di Makassar mencoblos kotak kosong. Hasil serupa juga diungkapkan KPUD Makassar. "Kota Makassar mencetak sejarah baru di Indonesia. Calon tunggal kalah dari kotak kosong," ujar Danny ketika itu. 

Itu memang kali pertama kotak kosong memenangi kontestasi pilkada. Di Pilkada Serentak 2015, 2016 dan 2017, fenomena pasangan calon 'bertarung' melawan kotak kosong juga terjadi di sejumlah daerah. Namun, kotak kosong tak pernah menang.

Total ada 171 kabupaten kota dan tujuh provinsi yang ikut ambil bagian dalam Pilkada Serentak 2018. Tercatat ada 15 calon tunggal dan 11 petahana yang bertarung melawan kotak kosong. 

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraeni, mengatakan, fenomena kotak kosong di Makassar unik karena pencalonan petahana ditolak KPU. Di sisi lain, kotak kosong mampu mengalahkan koalisi gemuk 10 partai. 

"Kejutan calon tunggal di Kota Makassar mengindikasikan bahwa pemilih mulai mampu mengkonsolidasi diri untuk melawan oligarki elit partai politik. Ini jadi pembelajaran dan evaluasi bagi parpol agar tidak menyepelekan aspirasi dan kehendak politik rakyat," ujar Titi kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini.  

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid