sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Meraba visi-misi pertahanan Prabowo, Ganjar, dan Anies

Ketiga pasang kandidat cenderung punya program-program memperkuat sistem pertahanan nasional yang sama.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Minggu, 07 Jan 2024 11:52 WIB
Meraba visi-misi pertahanan Prabowo, Ganjar, dan Anies

Pertahanan akan jadi salah satu topik adu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024. Digelar di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1), debat kali ini mempertemukan para kandidat presiden, yakni calon nomor urut 1 Anies Baswedan, calon nomor urut 2 Prabowo Subianto dan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo. 

Bersama pasangannya, masing-masing kandidat sudah punya visi-misi di bidang pertahanan. Umumnya para kandidat sama-sama punya rencana untuk memodernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista) dan memperkuat postur pertahanan. Perbedaan visi-misi ketiga pasang kandidat tidak terlalu mencolok. 

Di kubu Ganjar-Mahfud, strategi modernisasi alutsista dan penguatan sistem pertahanan diringkus dalam program SAKTI. Sebagaimana tertulis dalam dokumen visi-misi mereka, SAKTI merupakan kependekan dari Perkasa dengan Keunggulan Teknologi 5.0. 

Deputi Inklusi Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (Ganjar-Mahfud) Jaleswari Pramodhawardhani mengatakan SAKTI merupakan bukti keseriusan pasangan jagoannya dalam menghadapi ancaman masa depan yang kian beragam dengan solusi inovatif. 

"Langkah-langkah memodernisasi pertahanan SAKTI, termasuk di antaranya pengembangan infrastruktur teknologi 5.0, investasi riset militer, dan pelatihan personel, menjadi kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif," kata Dani, sapaan akrab Jaleswari, kepada Alinea.id di Jakarta, Sabtu (6/1). 

Strategi khusus lainnya yang jadi salah satu pilar penting dalam visi-misi pertahanan Ganjar-Mahfud, kata Dani, ialah Perisai Siber Nusantara. Program itu dirancang untuk meningkatkan kemampuan siber Indonesia pada era komputer kuantum dan perkembangan kecerdasan buatan.

"Oleh sebab itu, pemilihan teknologi 5.0 menegaskan fokus pada inovasi dan konektivitas tinggi sebagai upaya untuk bersaing dalam bidang pertahanan," ucap perempuan yang juga menjabat sebagai Deputi V Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, Keamanan, dan HAM Kepala Staf Presiden (KSP) itu. 

Untuk merealisasikan Perisai Siber Nusantara, Ganjar-Mahfud bakal memperkuat kelembagaan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta mendorong terbentuknya angkatan siber TNI. Ganjar-Mahfud juga berencana mendorong kemandirian industri lokal memenuhi kebutuhan pertahanan dan keamanan 

Sponsored

Menurut Dani, diperlukan peningkatan anggaran pertahanan hingga kisaran 1-2% dari APBN untuk mewujudkan program-program Ganjar-Mahfud di bidang pertahanan. Ia optimistis alokasi angaran sebesar itu tidak  akan sulit jika pertumbuhan ekonomi naik hingga sekitar 7%. 

"Ganjar-Mahfud meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi nasional akan mendukung pembiayaan untuk menjaga keamanan dan teknologi canggih dalam pertahanan SAKTI," kata Dani. 

Prabowo-Gibran juga punya strategi yang mirip-mirip. Tertuang dalam dokumen visi-misi, pasangan yang diisukan direstui Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu bakal membangun sistem pertahanan dan keamanan negara lewat sejumlah upaya. 

Pertama, meningkatkan jumlah anggaran pertahanan secara bertahap untuk memenuhi kekuatan optimal dan melakukan modernisasi alutsista. Kedua, mempercepat peningkatan kemampuan industri strategis nasional dalam memenuhi kebutuhan alutsista bagi TNI dan Polri. Ketiga, memperkuat konsep dan praktik wawasan Nusantara bagi seluruh rakyat Indonesia dan memperkuat komponen cadangan.

Pada bidang keamanan, Prabowo-Gibran juga merilis sejumlah strategi, semisal melakukan sinergi pendekatan sejarah, budaya, kearifan lokal, dan sosial ekonomi di daerah-daerah yang rawan konflik serta rentan isu separatisme, mencegah aksi terorisme dan radikalisme dengan reformasi sektor keamanan, pembenahan regulasi keamanan, reorientasi pendidikan aparat penegak hukum, dan melakukan kampanye sosial-kultural secara menyeluruh.

Di kubu "oposisi", Anies-Muhaimin (AMIN) juga memunculkan konsep yang tak jauh berbeda. Terkait modernisasi, sebagaiman tertulis pada dokumen visi-misi, AMIN 'mendorong ketersediaan alutsista kontemporer dan adaptif terhadap kapabilitas lawan melalui penuntasan program minimum essential force, peningkatan dan pelaksanaan program essential force pasca-2024, dan pengadaan alutsista network-centric.'

Penguatan sistem pertahanan nasional juga bakal dilakukan AMIN dengan meningkatkan inovasi, produksi, dan teknologi pertahanan melalui transfer teknologi, akuisisi alutsista berteknologi tinggi, serta memperkuat industri pertahanan dalam negeri. 

Selain itu, AMIN berniat mengembangkan teknologi pertahanan antariksa bekerja sama dengan institusi nasional dan kementerian dan embaga terkait lainnya, melalui pengembangan satelit komunikasi, navigasi, pengindraan jarak jauh, serta intelijen pengamatan dan pengawasan. 

Visi-misi yang cukup mencolok berbeda dengan kandidat lainnya ialah niatan AMIN untuk endorong jumlah personel TNI dari kalangan perempuan untuk mengisi jabatan perwira tinggi. Jika memenangi Piplres 2024, AMIN juga berencana menaikkan persentase minimal perempuan dalam setiap rekrutmen TNI.

Juru bicara Timnas Amin, Sukamta mengatakan pasangan jagoannya bakal mengubah program MEF menjadi new essential force (NEF). MEF ialah kekuatan pokok minimum tetap yang dipunyai negara dalam bidang pertahanan untuk mencegah ancaman dari luar. 

Inti dari konsep NEF yang ditawarkan pasangan AMIN, kata Sukamta, pengadaan alat utama berbasis pada fungsi dan adaptasi teknologi. "Tidak harus yang besar-besar, tetapi perlu melihat efektivitas, kecanggihan dan efisiensi alutsista itu sendiri," kata Sukamta dalam wawancara di sebuah stasiun televisi swasta, Rabu (3/1). 

Selain modernisasi alutsista, menurut Sukamta, pasangan jagoannya juga akan berencana menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi yang ramah, aman, dan damai. Indonesia bakal berperan lebih aktif mendorong penuntasan-penuntasan konflik yang membelenggu kawasan tersebut. 

"Sehingga kita berharap ancaman dari ASEAN itu sudah tidak ada. Karena ASEAN kita harapkan menjadi kawasan yang lebih damai, kebutuhan alutsista yang kita proyeksikan bisa kita tata dengan tidak lebih tergesa-gesa," imbuh Sukamta. 

Personel TNI Angkatan Udara berdiri di depan pintu masuk pesawat NC 212i buatan PT. Dirgantara Indonesia, Desember 2023. /Foto Instagram @prabowo

Kosmetik dan politis

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi melihat tak ada perbedaan yang benar-benar mencolok dalam visi-misi para kandidat di bidang pertahanan. Menurut dia, para kandidat bahkan luput memasukan sejumlah isu penting. Ia mencontohkan agenda reformasi peradilan militer yang sama sekali tidak disinggung oleh Prabowo dan kawan-kawan. 

"Lalu, komitmen transparansi dan akuntabilitas yang kurang jelas dan kedudukan kelembagaan TNI yang berbeda dengan Polri dan BIN yang langsung di bawah presiden. Kemudian  bagaimana nasib visi poros maritim. Apakah lanjut apa tidak?" kata Khairul kepada Alinea.id, Sabtu (6/1).

Khairul punya sejumlah kritik kepada para paslon. Pada pasangan AMIN, ia menyoroti gagasan meningkatkan kiprah perempuan di TNI. Menurut dia, gagasan itu cenderung politis dengan tujuan mendapatkan simpati dan dukungan dari keluarga para prajurit. "Ini hanya kegenitan politik," ucap Khairul.

Khairul juga mengkritik konsep NEF yang diusung pasangan AMIN menggantikan. Menurut Khairul, konsep itu sekadar kosmetik yang seolah-oleh menunjukkan ada kebaruan. "Konsep new essential force sebenarnya tidak menggambarkan perubahan signifikan dari konsep MEF," ujar Khairul.

Adapun pasangan Ganjar-Mahfud, menurut Khairul, tergolong sangat visioner dengan gagasan inovatif dan futuristik melalui gagasan modernisasi pertahanan SAKTI yang ditopang keunggulan teknologi 5.0. Namun, ia melihat visi- misi ini sulit direalisasikan dalam satu periode masa jabatan presiden. 

"Gagasan itu membutuhkan transformasi pola pikir dan budaya dengan merujuk pada konsep 5.0 yang sebenarnya membutuhkan prasyarat modernisasi sistem politik negara dan masyarakat 5.0 sebelum diturunkan menjadi sistem pertahanan 5.0 itu," kata Khairul. 

Lantas bagaimana dengan Prabowo-Gibran. Menurut Khairul, pasangan itu hanya terlihat melanjutkan program-program pembangunan sistem pertahanan era Jokowi. Namun, ia mengapresiasi rencana realistis pasangan tersebut dalam meningkatkan anggaran pertahanan secara perlahan. 

"Kebetulan, hanya paslon nomor 2 yang mencantumkan komitmen peningkatan anggaran pertahanan secara bertahap sebagai salah satu prioritas. Karena keterbatasan anggaran pertahanan. Padahal, ada kebutuhan yang sebenarnya mendesak untuk dilakukan, misalnya, dalam hal peremajaan kekuatan udara dan laut," kata Khairul. 

Khairul berharap visi-misi para kandidat dielaborasi lebih tuntas dalam debat ketiga. "Bisa saja paparan, penjelasan, tanggapan dan adu argumentasi para capres dalam debat nanti justru mampu mengubah persepsi," imbuhnya. 

 

Berita Lainnya
×
tekid