sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sengit di gelanggang pertarungan dapil Jakarta I

Dapil Jakarta I, yang meliputi wilayah Jakarta Timur, menjadi tempat pertarungan sengit pada Pemilu 2024.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Rabu, 06 Sep 2023 16:39 WIB
Sengit di gelanggang pertarungan dapil Jakarta I

Kesibukan Dedek Prayudi bertambah sejak turun ke masyarakat, memperkenalkan diri sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPR dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di daerah pemilihan (dapil) Jakarta I, yang meliputi wilayah Jakarta Timur. Sebisa mungkin, ia mendengarkan keluh kesah warga yang barangkali bisa diadvokasi, agar dapat menggaet calon pemilih.

Pria yang pernah gagal lolos ke Senayan lewat dapil Jawa Barat IX pada Pemilu 2019 itu, mencoba peruntungan baru di Jakarta. Dedek menganggap, bertarung di dapil Jakarta I lebih memungkinkan menang lantaran penduduknya lebih melek media sosial.

“Saat saya di dapil Jabar IX, saya merasa strategi saya yang terbangun di media nasional, YouTube, atau media sosial bakal mengena ke masyarakat di sana,” ujar Dedek kepada Alinea.id, Senin (4/9).

“Ternyata, penduduk di sana memang nonton TV. Tapi sebagian besar yang ditonton sinetron. Jadi, enggak kenal saya.”

Strategi caleg

Dedek optimis dapat bersaing dengan figur caleg jagoan partai politik lainnya di dapil Jakarta I, yang kerap disebut dapil neraka. Sebab, katanya, PSI sudah punya modal politik hasil Pemilu 2019.

Saat itu, partai berlambang tangan menggenggam bunga mampu meraup sekitar 100.000 suara di Jakarta Timur. Sedangkan untuk bisa mendapatkan kursi di Jakarta I harus meraih minimal 120.000 suara.

“Saat itu (Pemilu 2019) suara dominan PSI dari Rian Ernest,” kata Dedek.

Sponsored

PSI pun sudah punya anggota DPRD DKI Jakarta yang berhasil lolos dari Jakarta Timur. Dengan segala pencapaian itu, ia merasa bukan mustahil lolos ke Senayan.

“Selain itu, ternyata di beberapa tempat, PSI itu nomor tiga setelah PDI-P dan Gerindra. Kami cukup dominan kok di DKI Jakarta,” ucap Dedek.

Dedek meyakini, suara PSI bakal bertambah di dapil Jakarta I pada Pemilu 2024. Terlebih lagi, partai yang identik dengan warna merah ini sudah merancang beragam strategi terkait pemetaan sumber daya caleg, agar tidak terjadi “kanibal” antarsesama caleg PSI.

 Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha (kanan atas) dan anggota PSI menemui warga di Cakung, Jakarta Timur, Sabtu (12/8/2023)./Foto Instagram Joedea Aris Theofilus/@joetheofilus

“Dulu caleg PSI seperti bergerak sendiri, yang lainnya tidak menyumbang secara signifikan. Sementara ini, kita betul-betul kolaborasi,” ujarnya.

“Jadi, antara caleg DPR RI itu tidak boleh berkompetisi. Kami berupaya memenangkan PSI supaya lolos ambang batas parlemen 4%.”

Dedek mengaku sudah melancarkan strategi tatap muka untuk mendekati pemilih dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah dan mempromosikan pencalegannya lewat media sosial untuk menyasar pemilih menengah ke atas. Ia mengusung isu advokasi jaminan kesejahteraan sosial dan pendidikan untuk warga Jakarta Timur, yang luput dari program bantalan sosial negara.

“Terutama warga kelas menengah ke bawah dan pekerja rentan, yang seharusnya mereka menjadi penerima BPJS yang PBI (penerima bantuan iuran). Saya mendapati, ada banyak yang luput. Sementara tetangga mereka yang lebih mampu dan sejahtera malah menerima,” kata pria lulusan Universitas Stockholm, Swedia itu.

Di samping Dedek, terdapat nama-nama politikus papan atas dan selebritas yang masuk dalam daftar calon sementara (DCS) DPR untuk dapil Jakarta I, yang sudah diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dari PDI-P ada nama petahana Putra Nababan dan Harry Basuki Tjahaja Purnama (adik Ahok).

Ada pula nama petahana sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman. Dari Partai Golkar, ada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Ario Bimo Nandito alias Dito Ariotedjo dan selebritas Wanda Hamidah. Petahana sekaligus Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali juga bertarung di dapil ini.

Lalu, dari PAN ada nama aktris Ayu Azhari dan komedian Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio. Politikus PKS dan petahana Mardani Ali Sera maju lagi di dapil ini. Presenter Gilang Dirgahari juga ikut maju dari PPP.

Kemudian ada pendakwah Jam’am Nurchotib Mansur alias Yusuf Mansur dan pembawa berita televisi Aiman Witjaksono dari Perindo. Lantas ada menantu Amien Rais, yakni Ridho Rahmadi dan Buni Yani dari Partai Ummat.

Palagan sengit di dapil Jakarta I juga diakui politikus kawakan PKS, Mardani Ali Sera. Mardani berhasil lolos ke Senayan pada Pemilu 2019, dengan 155.258 suara. Kemenangannya itu, ia akui, karena membawa narasi #2019GantiPresiden yang laku di pemilih oposan Joko Widodo.

"Sekarang branding lebih ingin mendekati warga saja karena saya nomor urut 1 pada Pemilu 2024," ucap Mardani, Senin (4/9).

Mardani optimis dapat kembali lolos ke DPR lantaran ia sudah punya basis pendukung loyal, yang terbangun sejak ia diisukan menjadi pendamping Sandiaga Uno pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Sebelum akhirnya Sandi menjadi pendamping Anies Baswedan. Saat itu, Mardani ditunjuk menjadi Ketua Tim Pemenangan Anies-Sandi.

"Pada momen itu, (saya) berjumpa banyak pihak dari seluruh wilayah DKI Jakarta. Termasuk Jakarta Timur," ucap Mardani.

Saat ini, pekerjaan rumah yang ia harus bereskan ialah menjaga suara agar tak terambil caleg partai politik lain, juga mempertahankan perolehan dua kursi PKS di Jakarta Timur. Ia mulai menjaga kesolidan dan struktur PKS untuk menjalankan strategi.

“Sederhananya, ada tiga strategi. Satu serangan darat. Wajib ketemu dan tatap muka. Kedua, serangan udara. Berita dan media sosial. Ketiga, kolaborasi dengan kader, struktur, dan caleg provinsi,” ujar Mardani.

Sementara politikus PDI-P Putra Nababan menanggapi santai pertarungan yang bakal sengit di dapil Jakarta I mendatang. Ia merasa tak ada stimulus khusus untuk memenangi pertarungan di dapil neraka tersebut.

"Selain turun langsung ke masyarakat," kata Putra, Senin (4/9).

Anggota DPR yang lolos ke Senayan pada Pemilu 2019, dengan perolehan 101.769 suara dari dapil Jakarta I itu menyebut, ia sudah merawat konstituen selama menjadi legislator.

"Setiap (DPR) reses, saya turun ke masyarakat. Hal itu yang paling penting," ucap Putra.

Ia percaya bisa mempertahankan dua kursi di DPR karena PDI-P cukup kuat di Jakarta Timur. "Suara kami cukup besar pada (Pemilu) 2019. Walaupun Presiden Jokowi kalah di Jakarta Timur, tapi kami cukup mendominasi," ucap Putra.

Perhitungan kekuatan

Anggota DPR dan politikus PDI-P Putra Nababan tatap muka dengan warga Jakarta Timur./Foto Instagram Putra Nababan/@putranababan74

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak memandang, dapil di seluruh Jakarta merupakan dapil neraka, yang menjadi gelanggang pertarungan caleg kuat dari partai politik langganan penghuni parlemen. Menurutnya, Jakarta memiliki nilai strategis politik yang dikuasai tiga partai politik besar, yakni PDI-P, PKS, dan Partai Gerindra.

“Dapil (Jakarta I) ini memang lumayan berat. Parpol (partai politik) lain susah nembus. Incumbent dari PDI-P dan PKS masih maju lagi dari dapil tersebut,” ujar Zaki, Selasa (5/9).

Zaki menilai wajar semua partai politik memasang nama-nama beken di dapil Jakarta I, seperti PDI-P mengusung Putra Nababan, PKS memasang Mardani Ali Sera, dan Partai Gerindra mengusung Habiburokhman. Nama-nama beken itu merupakan sinyal partai politik ingin menguasai Jakarta, yang menjadi episentrum kepentingan politik.

“(Partai) Golkar aja tidak dapat kursi pada Pileg 2019. Nama baru yang saat ini populer dan orang kuat Ahmad Ali (Partai NasDem). Tapi berat juga, NasDem di dapil itu kecil suaranya, peringkat 10, hanya dapat 52.000-an,” ujar Zaki.

“Dugaan saya, incumbent akan dominan. Bisa jadi, terbagi suaranya ke PDI-P, PKS, Gerindra, masing-masing dapat dua kursi.”

Ia melihat, persaingan di Jakarta I yang seru akan terjadi di partai politik papan tengah, seperti PAN, Partai NasDem, PKS, dan PKB. Sebab, masing-masing partai politik itu bakal memperebutkan satu kursi parlemen di Jakarta I. Padahal, dapil ini memiliki total enam kursi yang diperebutkan. Di sisi lain, ada Partai Gerindra dan PDI-P yang sudah mendominasi.

“PAN yang elektoralnya merosot, masih potensial dapat kursi. Ada nama Eko Patrio yang sangat populer. Ada kemungkinan PKS kehilangan satu kursi, jika elektabilitasnya stagnan,” kata dia.

“Golkar (di Pileg 2019 hanya peringkat delapan di dapil itu) dan NasDem perlu bekerja keras untuk bisa bicara banyak di dapil Jakarta I.”

Zaki tak membantah, untuk bisa menang dalam pertarungan legislatif di Jakarta perlu modal finansial yang besar, sehingga naif bila seorang caleg berkata hanya modal kerja. “Populer saja tidak cukup. Incumbent di dapil Jakarta I terkenal aktif merawat konstituennya,” ucap Zaki.

Bagi Zaki, kombinasi antara modal finansial yang kuat dan popularitas yang tinggi merupakan formula memenangkan pertarungan legislatif di Jakarta. “Sebagai contoh, dipasangnya Dito (Ariotedjo) dari Golkar, belum jaminan dia berhasil maju (menang). Meski finansial sangat kuat, tapi masih kurang populer,” tuturnya.

“Pun dengan Yusuf Mansur, nomor urut satu Perindo, peluangnya berat. Memang populer, tapi belakangan reputasinya rusak akibat beberapa skandal.”

Sementara itu, peneliti senior Populi Center Usep Saepul Ahyar melihat, Jakarta memiliki bobot politis yang terlampau tinggi. Sebab, Jakarta merupakan pusat pergerakan dan sumber berita yang menjadi perhatian.

“Karena itu, partai-partai menempatkan jagoannya atau paling tidak orang yang diunggulkan di partai,” kata Usep, Senin (4/9).

Infografik Alinea.id/Firgie Saputra

Jakarta, kata Usep, sangat strategis bila berhasil “dikuasai” secara politik karena dapat menjadi investasi politik jaringan dan kapital untuk memenangkan pertarungan di level eksekutif.

“Kita juga tahu, Jakarta ini walaupun kecil wilayahnya, tapi karakternya itu kan dapilnya banyak. Karena warganya juga banyak. Populasinya juga tidak satu, tapi berbagai macam. Jadi, memang merupakan kesulitan tersendiri, tapi harus dimenangkan,” ucap Usep.

Menurutnya, penguatan basis di Jakarta sangat terkait erat dengan pemenangan pertarungan Gubernur DKI Jakarta. Maka, perlu penguasan yang kokoh di sejumlah basis suara.

“Pertarungan di eksekutif basis-basis ini akan berguna nanti. Eksekutif itu dalam konteks Jakarta, gubernur,” ucapnya.

Senada dengan Zaki, Usep memandang kekuatan politik di Jakarta Timur masih akan didominasi kekuatan tiga partai politik, yakni PDI-P, Partai Gerindra, dan PKS. Tiga partai politik penghuni parlemen itu, ujar Usep, paling kokoh membangun basis di Jakarta Timur.

“Saya kira di (Pemilu) 2024 pergeserannya tidak akan jauh,” ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid