Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Maharani, mendorong Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan analisis data guna memperkuat pengawasan terhadap peredaran obat, makanan, dan kosmetik secara daring.
Legislator Fraksi Partai Golkar itu menyebut penggunaan AI dan analisis data bisa menjadi solusi untuk mendeteksi potensi pelanggaran sebelum produk ilegal menyebar luas.
“Saya mendorong penggunaan teknologi seperti AI dan analisis data bisa diterapkan agar pelanggaran bisa dicegah sejak dini,” katanya dalam keterangan, Jumat (20/6).
Menurut Maharani, pengawasan BPOM selama ini masih bersifat reaktif, yaitu baru bertindak setelah ada kasus viral atau laporan publik. Padahal, peredaran produk ilegal seperti obat bahan alam (OBA) yang mengandung bahan kimia obat (BKO) masih marak di berbagai lapak online.
“Saya mengapresiasi BPOM sering melakukan razia dan berhasil menyita produk ilegal bernilai miliaran rupiah, namun pola pengawasannya masih berbentuk reaktif, baru bertindak setelah ada kasus viral,” ujarnya.
Ia juga menyerukan kerja sama lintas lembaga antara BPOM, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), platform marketplace, serta aparat penegak hukum.
“Tidak cukup hanya blokir link. Harus ada audit jalur distribusi online, penelusuran produsen, dan integrasi data antarinstansi,” tegasnya.