Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Sufmi Dasco Ahmad, menyampaikan Komisi I segera melakukan dialog dengan Presiden Prabowo Subianto untuk membahas dinamika global, khususnya konflik antara Iran dan Israel yang menjadi perhatian dunia.
“Dalam waktu dekat, pimpinan Komisi I akan berdialog langsung dengan presiden,” ujar Dasco di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (26/6).
Menurut Dasco, komunikasi antara DPR dan pemerintah sangat penting untuk menyelaraskan pandangan terkait perkembangan situasi geopolitik di Timur Tengah. Selain itu, DPR juga siap memberikan masukan konstruktif guna memperkuat posisi Indonesia dalam kancah diplomasi global.
Meskipun Presiden Prabowo tengah menjalani agenda kenegaraan yang cukup padat, Dasco memastikan komunikasi tetap terjalin. “Kami juga memonitor bahwa Kementerian Luar Negeri, melalui Menteri Luar Negeri, sudah menyampaikan sikap resmi pemerintah,” ujarnya.
Terpisah, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengingatkan rapuhnya gencatan senjata antara Iran dan Israel bisa memicu eskalasi militer yang berbahaya. “Jika serangan terhadap Teheran benar terjadi, bukan tidak mungkin akan memicu respons langsung dari Iran dan meluas menjadi konflik kawasan. Dampaknya bisa jauh melampaui Timur Tengah,” katanya kepada Alinea.id, Kamis (26/6).
Ia menyoroti risiko keterlibatan kekuatan besar seperti Amerika Serikat (AS), serta potensi tergelincirnya dunia ke dalam skenario perang besar. Bahkan, kemungkinan penggunaan senjata nuklir tidak lagi sekadar wacana. “Pernyataan kontroversial Presiden Trump soal ‘mengebom seperti Hiroshima’ menunjukkan tabu nuklir mulai terkikis,” tegasnya.
Ancaman ekonomi global
Menurut Achmad, perang besar di kawasan strategis seperti Timur Tengah akan memicu krisis multidimensi. Lonjakan harga minyak diprediksi terjadi jika Iran atau negara Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) lain menghentikan ekspor melalui Selat Hormuz. “Seperti krisis minyak 1970-an, inflasi akan naik, pertumbuhan melambat, dan pasar finansial global bisa terpukul,” jelasnya.
Gangguan logistik pun akan sangat terasa. “Kita sudah melihat pada 2023, saat Laut Merah terganggu, biaya angkut kontainer naik 260%. Dalam skenario perang besar, dampaknya bisa lebih parah,” tambahnya.
Skenario ini, kata Achmad, bisa menyeret ekonomi dunia menuju resesi global. Kenaikan suku bunga, turunnya belanja konsumen, dan tertundanya investasi besar akan menekan ekonomi dalam jangka panjang. Bahkan stabilitas sistem keuangan internasional bisa runtuh.