Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyoroti fenomena penggunaan mata uang asing di wilayah perbatasan Indonesia, khususnya yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia. Hal ini terungkap dalam kunjungan kerja Komisi I ke Kodam XII/Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat.
Anggota Komisi I DPR, Sarifah Ainun Jariyah, mengungkapkan keterbatasan akses terhadap kebutuhan pokok di sejumlah wilayah perbatasan membuat masyarakat setempat lebih memilih berbelanja ke wilayah negara tetangga dan menggunakan mata uang asing dalam transaksi.
“Biasanya di daerah perbatasan itu terlihat seperti ‘rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri’. Masyarakat terkadang lebih memilih menggunakan mata uang asing karena mungkin di sana nilainya lebih stabil atau lebih menguntungkan,” ujar Sarifah dikutip Jumat (30/5).
Ia mencontohkan kondisi di perbatasan Indonesia-Malaysia, di mana ringgit Malaysia lebih sering digunakan oleh warga karena ketersediaan barang kebutuhan pokok yang lebih lengkap di wilayah seberang.
Sarifah menekankan pentingnya perhatian serius terhadap kedaulatan ekonomi nasional di wilayah perbatasan. Menurutnya, perlu ada intervensi dari pemerintah dalam bentuk peningkatan infrastruktur, distribusi kebutuhan pokok, serta penguatan ekonomi lokal agar masyarakat tidak bergantung pada negara tetangga.
Ia juga menyoroti peran penting TNI, bukan hanya sebagai penjaga wilayah, tetapi juga sebagai penggerak pembangunan dan pemersatu bangsa di kawasan terpencil.
“TNI bisa menjadi katalisator pembangunan di wilayah perbatasan, agar masyarakat merasa lebih diperhatikan dan bangga menjadi bagian dari Indonesia,” tambahnya.