sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Masih nonpartai, terjal jalan Gibran masuk Golkar?

PDIP memecat Gibran lantaran melanggar instruksi partai karena jsutru berhadapan dengan Ganjar-Mahfud pada Pilpres 2024.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Senin, 20 Nov 2023 20:51 WIB
Masih nonpartai, terjal jalan Gibran masuk Golkar?

Calon wakil presiden (cawapres) Koalisi Indonesia Maju (KIM), Gibran Rakabuming Raka, resmi "menjomlo" atau tidak memiliki partai selepas dipecat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pangkalnya, melanggar instruksi partai lantaran justru berhadapan dengan pasangan calon (paslon) yang diusung PDIP, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Kabar ini dibenarkan Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto. Ia bahkan mendapatkan kabar putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu telah "dikuningkan" alih menjadi kader Golkar.

"Kami sudah menerima telepon dari Ketua Umum  Partai Golkar, Airlangga Hartarto, bahwa Mas Gibran ini 'dikuningkan'," ujar Hasto, beberapa waktu lalu.

Pemecatan juga dilakukan PDIP terhadap mantu Jokowi sekaligus Wali Kota Medan, Bobby Nasution. Pangkalnya, ia justru mendukung Gibran daripada Ganjar-Mahfud.

Namun, Gibran membantah telah menjadi kader Golkar. "Enggak ada! Enggak ada pembicaraan seperti itu."

Golkar merupakan salah satu partai politik (parpol) pengusung pasangan Prabowo Subianto-Gibran pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. KIM turut beranggotakan Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Gelora, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Garuda, dan Partai Solidaritas Indonesia (PBB).

Kaderisasi di Golkar

Terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Erwin Aksa, membenarkan bahwa Gibran hingga kini bukan kader partai berlogo beringin. Katanya, pengaderan di partainya bukan hal mudah, termasuk bagi Gibran.

Sponsored

Jika ingin menjadi kader Golkar, ia menerangkan, Gibran harus melalui sejumlah tahapan administratif dan teknis. Menurutnya, proses tersebut menunjukkan kematangan Golkar dalam menumbuhkan "bibit muda".

"Kalau di Golkar, panjang proses kaderisasinya," katanya kepada Alinea.id, Senin (20/11).

Lebih jauh, Erwin menilai, posisi Gibran kini seperti Sandiaga Uno kala mengikuti Pilpres 2019. Pangkalnya, sama-sama tidak berpartai.

"Saat ini, Mas Gibran, kan, independen, milik bersama, milik bangsa Indonesia seperti Bang Sandi waktu itu, kan, independen," jelasnya.

Sandi hengkang dari Partai Gerindra saat akan maju sebagai cawapres Prabowo pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Lantaran kalah, ia lantas kembali bergabung dan keluar untuk kali kedua pada April 2023, lalu masuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Risiko Gibran nonpartai

Sementara itu, pengamat politik Emrus Sihombing mengatakan, tidak terikatnya Gibran dengan salah satu partai akan berpengaruh terhadap mesin pemenangan pilpres. Apalagi, jika partai tersebut memiliki akar rumput yang solid.

Jika tokoh yang diusung merupakan kader partai, maka mesin partai bakal bergerak untuk mendulang suara. Dengan demikian, pengurus pusat partai harus berupaya ekstra untuk memaksimalkan kerja-kerja pemenanngan ketika mengusung figur nonpartai.

"Mereka membutuhkan suatu energi luar biasa. Jadi, TKN (tim kampanye nasional) harus lebih kerja keras, jangan gantungkan diri terhadap mesin partai," ujarnya kepada Alinea.id. Pergerakan lebih keras itu bisa ditunjukkan dengan peningkatan ongkos politik, seperti biaya iklan dan promosi lainnya.

Meski begitu, Emrus masih mempertanyakan keseriusan para partai di KIM untuk meminang Gibran. Apalagi, kongsi pengusung Prabowo-Gibran lebih banyak daripada pendukung Ganjar-Mahfud dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan masuknya Gibran mengalahkan figur-figur lain yang memiliki elektabilitas tinggi dan kapasitas, seperti Menteri BUMN, Erick Thohir.

"Saya mempertanyakan keseriusan mereka mengusung Gibran. Semua tokoh itu tereliminasi karena Gibran [menjadi cawapres Prabowo]," katanya.

Berita Lainnya
×
tekid