sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Meski dapat dukungan, peluang Gatot jadi capres masih tipis

Gatot hanya dinilai layak memimpin dari caranya menjaga Pancasila dan keutuhan NKRI. Namun namanya masih kalah tenar dari calon lain.

Robi Ardianto
Robi Ardianto Jumat, 06 Apr 2018 17:48 WIB
Meski dapat dukungan, peluang Gatot jadi capres masih tipis

Nama Gatot Nurmantyo rupanya makin populer menjadi salah satu calon presiden penantang Joko Widodo pada tahun 2019. Gatot hari ini resmi didukung salah satu kelompok masyarakat yang mengatasnamakan Gatot Nurmantyo untuk Rakyat (GNR). 

Presidium Nasional GNR, Dondi Rivaldi mengatakan nama mantan Panglima TNI ini bisa menjadi pilihan alternatif diluar nama-nama Joko Widodo dan Prabowo Subianto. GNR mengklaim pihaknya mewakili dari lintas pihak seperti: nelayan, petani, pedagang, mahasiswa, relawan aktivis, buruh pekerja dan lainnya.

Dukungan kepada Gatot disebut Dondi sebagai Iangkah awal untuk memberikan semangat dan spirit bagi Gatot untuk bisa ikut dalam pertarungan Pilpres 2019 nanti. Selain juga dapat memberikan suntikan energi bagi para pendukungnya yang ingin Gatot segera memantapkan langkahnya menuju pilpres 2019 mendatang. 

Dondi menilai figur Gatot dinilainya juga mampu masuk dalam kategori pemimpin nasional. Ia juga dinilai layak dan mampu membangun bangsa dan negara yang Iebih maju dan demokratis.

"Ia adalah sosok pemimpin yang handaI dalam menjaga Pancasila dan keutuhan NKRI," kata Dondi pada Jumat (6/4). 

Nilai plus yang dimiliki mantan jendral ini disebut Dondi karena diyakini mampu menjaga NKRI. Hal ini terlihat dari komitmen dan loyalitasnya kepada bangsa dan negara yang sudah teruji terutama saat menjabat sebagai Panglima TNI. 

Apalagi Gatot juga dinilai dekat dengan ulama dan sejumlah aktivis. Inilah yang menjadi magnet bagi masyarakat. Belum lagi lembaga survey menempatkan Gatot pada posisi yang layak diperhitungkan.

Meski begitu, Dondi menyatakan keputusan Gatot menjadi calon pemimpin 2019 sebagai sebagai cawapres atau capres itu bukan dalam kewenangan GNR. GNR juga mempersilahkan Gatot untuk berlabuh ke partai mana saja jika ingin mendapatkan tiket presiden. 

Sponsored

 

 

Punya kelemahan

Meski nama Gatot populer, namun belum tentu jalannya menjadi calon presiden atau wakil presiden mulus. Ada sejumlah ganjalan bagi pria yang dikabarkan dekat dengan pengusaha Tomy Winata.  

Pengamat politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah Putra mengingatkan ada ambang batas minimum kursi untuk bisa mengajukan kontestan pemilu. Inilah yang menjadi problem bagi Gatot. 

"Meskipun peluang selalu ada dalam politik, kita juga harus rasional, partai mana yang secara idealis hendak mengusungnya. Terlebih, dalam hitungan elektabilitas nasional ia (Gatot)  sama sekali tidak signifikan. Bahkan namanya jika disandingkan dengan Hary Tanoe jauh lebih unggul dari Gatot," tukas Dedi. 

Apalagi peluang Gatot juga dinilai kecil karena loyalis kader Gerindra tetap mengusung Prabowo. Gatot dinilai hanya menguntungkan dengan gerakan massa Islam. 

Situasi saat ini kata Dedi persaingan untuk mendapatkan posisi capres dan cawapres makin sengit. Paling terang adalah PKB yang gencar mencalonkan Muhaimin Iskandar. 

Tidak ketinggalan PKS dan Golkar. Walhasil, posisi Gatot makin sulit karena tidak memiliki mesin partai. "Hari ini Gatot bukan siapa-siapa dalam struktur politik maupun pemerintah. Sehingga ia memerlukan kerja yang tidak ringan jika benar maju sebagai newcomers," tukas Dedi.

Senada, Pengamat Politik Pangi Sarwi Chaniago menilai Gatot belum memiliki kapal. Seandainya Gerindra dan PKS punya calon sendiri dan juga dikunci poros ketiga, maka peluangnya Gatot akan di ambil Jokowi sebagai cawapres.

Pasangan sipil dan militer masih menjadi pasangan ideal bagi pemerintah saat ini. Meskipun peluangnya juga kecil karena PDI Perjuangan menginginkan pasangan yang mendampingi Jokowi yang mati karir politiknya. Seperti saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpasangan dengan Budiono.

Berita Lainnya
×
tekid