sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Surya Paloh sebut politik identitas selalu negatif

Menurut Paloh, menjelang Pemilu 2024, Bangsa Indonesia menghadapi dua persoalan, salah satunya polarisasi.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Senin, 25 Jul 2022 16:07 WIB
Surya Paloh sebut politik identitas selalu negatif

Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh menyebut, politik identitas tidak selalu negatif. Meksi demikian, Paloh mengakui politik identitaslah yang merusak keharmonisan Bangsa Indonesia belakangan ini.

Hal itu disampaikan Paloh dalam pidato politik promosinya sebagai doktor honoris causa (doktor kehormatan) dari Fisip Universitas Brawijaya, Malang, Senin (25/7).

Menurut Paloh, menjelang Pemilu 2024, Bangsa Indonesia menghadapi dua persoalan yang bukan saja belum selesai, tetapi juga berlanjut dan memberi dampak lebih buruk dalam kehidupan bersama. Pertama, persoalan polarisasi sosial dan kebencian yang merupakan dampak dari kontestasi politik yang menggunakan eksploitasi politik identitas di berbagai lapisannya. Kedua, situasi pascapandemi Covid-19 yang tidak hanya mendistrupsi beberapa sendi kehidupan sosial dan juga kesehatan individu, namun juga menghadirkan krisis, yakni krisis keamanan, pangan, dan energi dunia.

Menurutnya, pemilu ini merupakan wujud dari praktik elektoral. Semua pihak sepakat bahwa pemilu adalah satu-satunya instrumen peralihan kekuasaan yang sah dalam sistem demokrasi.

Persoalannya, kata Paloh, satu dasawarsa ini kita melihat hadirnya satu proses politik yang rawan, menimbulkan kerusakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta adanya kebablasan dalam pratik politik kekuasan kita.

"Semua pihak merasa sah-sah saja untuk melakukan segala cara untuk dapat memenanggkan kontestasi itu. Padahal, kontestasi semstinya bersandar penuh pada kesetaraan untuk meningkatkan kualitas kehidupan republik dimana kontistusi sebagai panduan dan pegangannya," tutur Paloh.

Bagi Paloh, eksploitasi politik identitas hanya akan menciptakan fragmentasi sosial yang mengancam dan bahkan merongrong eksistensi bangsa ini. Dia menyebut, praktik ini sangat nyata dan bahkan sangat ekspresif.

"Ini adalah sebuah situasi zaman yang berkembang, sebagai lawan tanding globalisasi utk mereproduksi simbol-simbol paling primitif dalam relasi sosial politik peradaban manusia yaitu relasi keluarga, suku, atau agama," katanya.

Sponsored

Dia menambahkan, pengalaman dua pilpres terakhir cukup menjadi pengalaman bagi semua pihak bahwa kompetisi bukanlah segalanya.
Paloh mengatakan, kompetisi adalah upaya untuk terus menerus mencari yang terbaik dan menjadi lebih baik. 

"Tentu terlalu mahal jika pertarungan yang dilakukan hanya untuk berkuasa, 5-10 tahun kita mengorbankan sesuatu yang lebih besar yaitu bangun bangsa yang telah berdiri hampir satu abad. Politik identitas sesungguhnya tidaklah selalu negatif dalam sejarahnya. Politik identitas lahir dari perjuangan melawan diskriminasi dan ketidakadilan," ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid