1,1% dari sampel takjil mengandung bahan berbahaya
Temuan pada 2023 menurun 7,3% dibandingkan tahun lalu.

Sebanyak 1,1% dari total 8.600 sampel takjil di berbagai daerah yang diuji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan. Temuan ini lebih rendah daripada tahun 2022.
"Kami memperluas cakupan pengawasan makanan dan minuman takjil. Hasilnya, temuan takjil turun 7,3% dari periode yang sama pada tahun lalu," kata Kepala BPOM, Penny K. Lukito, dalam telekonferensi pers di Jakarta, Senin (17/4).
Salah satu kandungan berbahaya di dalam takjil tersebut adalah formalin. BPOM pun menyia pangan tersebut untuk selanjutnya dimusnahkan.
Penny berpendapat, turunnya temuan kasus takjil dengan bahan berbahaya karena masyarakat mulai selektif. Dia pun mendorong seluruh pihak melakukan diseminasi tentang masalah ini.
"Karena itu, intensitas komunikasi dan edukasi terus dikembangkan bersama pihak pemda (pemerintah daerah), tokoh masyarakat, dan edukasi kepada masyarakat bagaimana memilih produk yang baik," tuturnya.
BPOM juga mengajak publik agar mewaspadai kandungan bahan baku garam, gula, dan lemak berlebih lantaran berisiko memicu penyakit serius. "Aspek gula dan lemak tidak bisa dirasakan langsung."
Adapun konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih berpotensi memicu diabetes, jantung, kanker, hingga ginjal pada kemudian hari.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Fenomena ‘remaja jompo’: Saat sakit tak hanya dialami lansia
Rabu, 27 Sep 2023 12:51 WIB
Ketika relawan capres saling beralih dukungan
Selasa, 26 Sep 2023 06:36 WIB