sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kinerja Industri Keuangan Non Bank lambat di tahun politik

 OJK melihat para pelaku usaha saat ini bersikap wait and see terhadap hasil pemilihan umum (pemilu) pada April mendatang.

Soraya Novika
Soraya Novika Selasa, 12 Mar 2019 13:58 WIB
Kinerja Industri Keuangan Non Bank lambat di tahun politik

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan kinerja Industri Keuangan Non Bank (IKNB) melambat sepanjang tahun politik.  OJK melihat para pelaku usaha saat ini bersikap wait and see terhadap hasil pemilihan umum (pemilu) pada April mendatang.

"Memang masih ada kekhawatiran menanti Pilpres dan Pileg 17 April nanti dan pasti akan terjadi perlambatan sejenak," ujar Deputi Komisioner Pengawas IKNB OJK Mochammad Ihsanuddin di Jakarta, Selasa, (12/3).

OJK mencatat, pada Januari 2018, aset total IKNB mencapai Rp2.232 triliun. Sementara pada Januari 2019 menjadi Rp2.384 triliun. Asuransi jiwa mencatat pelambatan dengan total premi pada Januari 2018 sebesar Rp17,6 triliun, turun menjadi Rp15,3 triliun pada Januari 2019.

Sementara, perusahaan pembiayaan menyalurkan kredit sebesar Rp416 triliun pada Januari 2018, dan tumbuh tipis menjadi Rp438 triliun pada Januari 2019. Untuk dana pensiun, total dana kelolaan mencapai Rp258,4 triliun pada Januari 2018, menjadi Rp263,4 triliun pada Januari 2019.

Sepanjang 2019, OJK memperkirakan pertumbuhan aset asuransi jiwa tumbuh 10%-13% dan asuransi umum tumbuh 14%-17%. Sementara, aset perusahaan pembiayaan tumbuh 8%-11%.

Sementara itu, OJK memprediksi aset dana pensiun diperkirakan tumbuh moderat. Untuk Dana Pensiun Pemberi Kerja asetnya diprediksi tumbuh antara 7%-9% dan untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan sebesar 13%-16%.

Ihsanudin juga mengatakan kinerja IKNB terdampak defisit transaksi berjalan (CAD) yang masih terjadi di Indonesia. OJK berharap dengan koordinasi antar kementerian dan lembaga, industri jasa keuangan, termasuk IKNB, bisa ikut terlibat untuk membantu mengurangi CAD.

"Jadi industri jasa keuangan juga didorong untuk melakukan pembiayaan ke sektor-sektor prioritas, yaitu sektor yang mendukung ekspor, pariwisata, dan perumahan," tuturnya.

Sponsored

Sementara, lanjut Ihsandunih, faktor lain yang turut mempengaruhi kelesuan IKNB tahun ini berasal dari perlambatan ekonomi global. 

"Hal ini membawa dampak turunnya beberapa harga komoditas. Kalau dikaitkan dengan IKNB yang membiayai, khususnya 'multifinance', alat-alat berat itu menurun karena (industri) tambang-tambang juga lesu, otomotif juga menurun, properti juga menurun," katanya.

Meski dihadang berbagai tantangan, Kepala Departemen Pengawasan IKNB 2A OJK Ahmad Nasrullah justru menunjukkan optimistisnya bahwa IKNB akan mengalami pertumbuhan di tahun ini.

Dia mengungkapkan ada beberapa hal yang menjadi indikator optimisme tersebut di antaranya kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, kondisi emiten yang baik hingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, BI dan OJK dinilai positif untuk industri keuangan.

"Peluang dan tantangan IKNB adalah rendahnya tingkat penetrasi asuransi di Indonesia, SDM di IKNB, rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk IKNB, pendanaan industri dana pensiun dan inovasi industri keuangan dalam menghadapi revolusi industri 4.0," ujar Ahmad.

Berita Lainnya
×
tekid