sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Konglomerat terkaya RI tunda emisi obligasi Rp2 triliun

Perusahaan milik konglomerat terkaya ke-5 di Indonesia Anthoni Salim menunda penerbitan obligasi senilai Rp2 triliun.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Kamis, 30 Mei 2019 03:21 WIB
Konglomerat terkaya RI tunda emisi obligasi Rp2 triliun

Perusahaan milik konglomerat terkaya ke-5 di Indonesia Anthoni Salim menunda penerbitan obligasi senilai Rp2 triliun.

Induk usaha Grup Salim PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) rencana awalnya akan merilis emisi obligasi Rp2 triliun untuk refinancing. Penerbitan surat utang itu bakal dilakukan pada Juni 2019.

Aksi korporasi itu dilakukan oleh emiten bersandi saham INDF tersebut untuk melunasi obligasi VII yang bakal jatuh tempo pada 13 Juni 2019. Manajemen telah melaporkan kesanggupan pelunasan pokok obligasi yang diterbitkan pada 2014 senilai Rp2 triliun.

Direktur Utama sekaligus pemilik Indofood Anthoni Salim menegaskan untuk menunda emisi obligasi bagi refinancing. Sebab, kondisi pasar surat utang saat ini masih kurang kondusif.

"Setelah kami pelajari market-nya, menurut kami market masih kurang baik. Sehingga, kami menunda menerbitkan obligasinya sampai market lebih kondusif," ujarnya dalam paparan publik usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan di Indofood Tower, Jakarta Selatan, Rabu (29/5).

Anthoni memastikan, pelunasan obligasi berbunga 10,12% yang jatuh tempo itu akan dipenuhi dari pinjaman perbankan. Sejumlah bank telah memberikan komitmen pinjaman untuk refinancing itu.

"Pendanaan untuk obligasi sudah dapat dari beberapa bank. Tapi kita belum bisa sebutkan bank-bank tersebut terlebih dahulu," kata dia.

Dalam laporan keuangan Indofood per 31 Maret 2019, utang bank yang akan jatuh tempo dalam setahun mencapai Rp1,86 triliun. Sedangkan, utang obligasi yang bakal jatuh tempo dalam waktu setahun mencapai Rp1,99 triliun.

Sponsored

Adapun, utang jangka panjang perseroan dari perbankan mencapai Rp5,25 triliun. Sedangkan, utang obligasi jangka panjang mencapai Rp1,99 triliun. 

Anthoni Salim merupakan orang terkaya ke-5 di Indonesia versi majalah Forbes 2018. Kekayaan Salim dan keluarga mencapai US$5,3 miliar setara Rp75 triliun pada akhir Desember 2018.

Indofood Tower. / Youtube

Rencana aksi 2019

Sementara itu, induk usaha Grup Salim Indofood, mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini senilai Rp7 triliun. Capex tersebut nilainya lebih kecil daripada tahun sebelumnya sebesar Rp9,1 triliun.

Direktur INDF Thomas Tjhie mengatakan anggaran belanja modal tersebut akan digunakan untuk menggenjot kinerja empat bisnis perseroan yaitu anak usaha PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), Bogasari, Agribisnis, dan distributor.

"Capex grup ICBP Rp3,9 triliun, bogasari Rp1,4 triliun, untuk agribisnis Rp1,9 triliun, dan distribusi Rp200 miliar," ujar Thomas pada kesempatan yang sama.

Terkait dengan sumber pendanaan, dana capex tersebut akan berasal dari pinjaman bank dan kas internal perusahaan.

Dengan capex yang lebih kecil tersebut, Thomas mengatakan Indofood akan menargetkan pertumbuhan di kisaran paling tinggi single digit untuk tahun ini.

Indofood juga masih akan memfokuskan perhatiannya ke lini usaha agribisnisnya. Seperti diketahui, Indofood memiliki beberapa anak usaha di bidang agribisnis seperti PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) yang telah listing di Bursa Efek Indonesia serta Indofood Agri Resources Ltd. (IFAR) yang tercatat di Singapura.

Sebelumnya, Indofood berencana membeli seluruh saham IFAR. Anthoni Salim mengatakan pembelian masih dalam proses dan penawaran tersebut diperpanjang lagi sampai tanggal 25 Juni 2019.

"Masih dalam proses dan kami tak bisa memberi banyak komentar karena akan melanggar aturan," kata Anthoni.

Dalam kesempatan tersebut, Anthoni menjelaskan walaupun lini usaha agribisnisnya merugi dan mengalami penurunan laba, hal tersebut tak bisa hanya dilihat sesaat.

"Kalau kita melihat agribisnis, itu mestinya karakternya investasi medium dan long term. Karena sekali tanam itu untuk 25 tahun sampai 30 tahun, jadi tak bisa melihat sesaat," kata Anthoni.

Karena karakter medium dan long term tersebut, lanjut Anthoni, INDF memilih menanam bibit unggul dari komoditas agribisnisnya. Dengan cara itu, diharapkan kapasitas produksi meningkat.

Untuk diketahui, laba bersih kuartal I-2019 LSIP turun hingga 66,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sementara di akhir 2018 LSIP juga mencatatkan penurunan laba bersih 54,81% menjadi Rp311,36 miliar.

Kemudian SIMP juga mengalami penurunan kinerja pada kuartal I-2019. SIMP mencatatkan rugi sebesar Rp31,26 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp111,19 miliar. 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Majalah bisnis dan finansial asal Amerika Serikat, Forbes, kembali merilis daftar terbaru orang-orang terkaya di seluruh dunia atau "Forbes World's Billionaires 2019". . Ada 21 taipan asal Indonesia masuk dalam daftar yang dipublikasikan pada Selasa (5/3) tersebut. Kekayaan 21 konglomerat yang masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes 2019 mencapai US$78,5 miliar setara Rp1.099 triliun (kurs Rp14.000 per dollar Amerika Serikat). . Robert Budi Hartono dan saudara lelakinya, Michael Hartono, dinobatkan sebagai dua orang terkaya di Indonesia. Keduanya adalah pemilik Grup Djarum dengan kekayaan total US$37 miliar setara Rp518 triliun. . Lebih dari satu dekade, Keluarga Hartono menempati posisi kasta tertinggi jajaran konglomerat terkaya di Indonesia dengan kekayaan Rp518 triliun. • • #alineadotid #konglomerat #forbes #hartono #djarum #kayaraya #crazyrichasians #holkay #sobatmisqueen #cantrelate #infografis #ptdjarum #orangkaya

A post shared by Alinea (@alineadotid) on

Berita Lainnya
×
tekid