sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

7 kematian di Inggris akibat trombosis usai divaksin AstraZeneca

Belum jelas apakah kasus trombosis tersebut hanya kebetulan atau efek samping asli dari vaksin AstraZeneca.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 06 Apr 2021 12:57 WIB
7 kematian di Inggris akibat trombosis usai divaksin AstraZeneca

Tujuh orang dilaporkan meninggal dunia akibat trombosis atau pembekuan darah setelah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 milik AstraZeneca. Total ada 30 orang dari 18 juta orang yang divaksinasi pada 24 Maret mengalami kasus pembekuan darah tersebut.

Hingga kini, masih belum jelas apakah kasus tersebut hanya kebetulan atau efek samping asli dari vaksin. Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency Inggris (MHRA) mengatakan bahwa manfaat vaksin milik AstraZeneca melebihi risiko apapun.

Selain MHRA, sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Obat Eropa (EMA) telah menggemakan kesimpulan tersebut. Namun, kekhawatiran telah menyebabkan negara lain termasuk Jerman, Prancis, Belanda, dan Kanada membatasi penggunaan vaksin milik AstraZeneca hanya bagi lansia.

Data yang dirilis MHRA pekan lalu menunjukkan adanya 22 kasus trombosis sinus vena serebral (CVST) yang merupakan salah satu jenis pembekuan darah di otak. Hal itu disertai dengan rendahnya tingkat trombosit, yang membantu pembentukan gumpalan darah, di dalam tubuh.

MHRA pun menemukan masalah pembekuan lainnya di samping tingkat trombosit yang rendah pada delapan penerima vaksin. Kini, MHRA telah mengkonfirmasi bahwa tujuh orang telah meninggal dunia.

"Manfaat dalam mencegah infeksi Covid-19 dan komplikasinya masih lebih besar daripada risiko. Masyarakat harus terus mendapatkan suntikan vaksin mereka," jelas Kepala Eksekutif MHRA June Raine.

Investigasi sedang dilakukan untuk menentukan apakah vaksin AstraZeneca menyebabkan pembekuan darah bagi para penerimanya. Awal pekan ini, EMA mengatakan bahwa kesimpulan tersebut tidak terbukti, tetapi mungkin saja terjadi.

Ada dua masalah yang menimbulkan kecurigaan. Pertama adalah sifat pembekuan darah yang tidak biasa, termasuk rendahnya tingkat trombosit dan antibodi dalam darah yang telah dikaitkan dengan gangguan pembekuan lainnya.

Sponsored

"Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa vaksin dapat menjadi faktor penyebab dalam kasus CVST yang jarang dan tidak biasa terjadi ini, meskipun kami belum mengetahui hal ini, jadi diperlukan lebih banyak penelitian," ujar pakar kesehatan dari UCL Institute of Neurologi, David Werring.

Masalah kedua adalah perbedaan antara vaksin Covid-19 milik Oxford-AstraZeneca dan vaksin Pfizer-BioNTech. Pasalnya, terdapat dua kasus CVST setelah orang menerima suntikan Pfizer di Inggris, dari lebih dari 10 juta yang divaksinasi. Namun, mereka yang mengalami trombosis tidak memiliki tingkat trombosit yang rendah.

Jerman telah melaporkan 31 kasus CVST dan sembilan kematian dari 2,7 juta orang yang divaksinasi di sana, dengan sebagian besar kasus terjadi pada wanita muda atau paruh baya.

Sumber : BBC

Berita Lainnya
×
tekid