KBRI gandeng pemerintah Filipina bebaskan 2 sandera Abu Sayyaf
Dua WNI bernama Hariadin dan Heri diculik kelompok Abu Sayyaf di wilayah perairan Sabah, Malaysia, pada 5 Desember 2018.
KRBI Manila menyatakan telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Filipina, West Mindanao Comman (Westmincom), National Inteligence Coordinating Agency (NICA), dan Anti-Kidnapping Group (AKG) bekerja sama dengan KBRI Manila dalam upaya pembebasan dua WNI yang disandera oleh kelompok bersenjata yang berbasis di Filipina selatan, Abu Sayyaf.
"Informasi dari Westmincom menyatakan bahwa kedua WNI yang disandera dalam keadaan sehat. Namun, lokasi mereka selalu berpindah karena menghindari operasi militer tentara Filipina," kata Duta Besar Indonesia untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang dalam keterangan resmi yang diterima oleh Alinea.id pada Senin (25/2).
Selain itu, intelijen militer Westmincom menyatakan masih berusaha memburu Abu Sayyaf.
Kabar penyanderaan tersebut kembali menghangat setelah sebuah rekaman video viral di Facebook pada Kamis (14/2). Dalam video tersebut, tiga sandera yang berlutut diancam dengan parang di leher mereka.
Dua dari tiga yang disandera tersebut adalah WNI yang masing-masing bernama Hariadin dan Heri Ardiansyah, warga asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Mereka diculik bersama dengan satu warga Malaysia bernama Jari Abdulla.
Hariadin dan Heri diculik kelompok Abu Sayyaf di wilayah perairan Sabah, Malaysia, pada 5 Desember 2018.
Dubes Sinyo menuturkan bahwa pada Jumat (22/2), Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah bertemu dengan pimpinan Moro National Liberation Front (MNLF) Nur Misuari.
"Dalam pertemuan tersebut, Presiden Duterte mendesak pimpinan MNFL untuk membantu proses pembebasan sandera warga negara asing. Desakan tersebut dilakukan karena sebagian anggota Abu Sayyaf merupakan eks anggota MNLF, dan Nur Misuari sebelumnya pernah membantu pembebasan sandera Abu Sayyaf," lanjutnya.
Dilaporkan The Straits Times pada Jumat, kelompok Abu Sayyaf menuntut tebusan sebesar Rp7,2 miliar untuk pembebasan ketiga sandera mereka.
Menanggapi hal ini, Juru Bicara Kepresidenen Salvador Panelo menegaskan bahwa pemerintah Filipina tidak akan membayar tebusan untuk membebaskan sandera.
"Ditegaskan bahwa pihak keamanan Filipina akan melakukan upaya terbaik untuk membebaskan sandera tanpa perlu adanya uang tebusan. Panelo menggarisbawahi bahwa pemberian uang tebusan akan memicu berulangnya peristiwa penculikan serta memberikan peluang pihak Abu Sayyaf untuk membeli persenjataan," jelas Dubes Sinyo.