sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kekuatan media sosial dan perdagangan anak di India

Twit tepat waktu seorang penumpang kereta api berhasil menyelamatkan 26 gadis dari perdagangan anak di India.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 09 Jul 2018 19:59 WIB
Kekuatan media sosial dan perdagangan anak di India

Dua puluh enam gadis India berhasil diselamatkan dari cengkeraman pedagang manusia berkat twit tepat waktu dari seorang penumpang kereta api.

Adarsh Shrivastava tengah menumpangi kereta api di negara bagian Uttar Pradesh di India utara pada Kamis (5/7) ketika dia melihat sesuatu yang mencurigakan, di kabinnya terdapat sekelompok remaja perempuan, di mana banyak dari mereka tampak dalam kondisi sangat tertekan. Demikian seperti dikutip dari Global News, Senin (9/7).

Mencurigai sesuatu yang buruk telah terjadi, Shrivastava mengeluarkan ponsel pintarnya dan melayangkan twit kepada otoritas perkeretaapian untuk mengabarkan situasi yang dilihatnya.

Dalam twit berikutnya ia menyertakan dugaan bahwa para gadis itu korban perdagangan manusia dan ia terang-terangan meminta bantuan.

Kementerian Kereta Api India merespons twit tersebut setengah jam kemudian, meminta pihak keamanan kereta mengambil tindakan.

Sponsored
— Indian Railways Seva (@RailwaySeva) 5 July 2018

Dalam beberapa pemberhentian berikutnya, petugas keamanan yang berpakaian preman langsung naik ke kereta dan melakukan aksi penyelamatan. Seperti dilaporkan the Press Trust of India, ada 26 gadis yang diselamatkan. Sementara, dua pria ditangkap.

Gadis-gadis itu diyakini berusia antara 10 hingga 14 tahun. Segera setelah diselamatkan, mereka dipindahkan ke otoritas kesejahteraan anak, yang mengidentifikasi identitas korban dan menginfokan peristiwa ini pada pihak keluarga.

Penyelamatan 26 gadis itu dipuji sebagai contoh kekuatan media sosial untuk membantu memerangi perdagangan anak. Kini, banyak pengguna Twitter menjuluki Shrivastava sebagai pahlawan atas tindakan proaktifnya.

Ia membalas pujian tersebut dengan mengatakan, "Terima kasih, tapi sebagai seorang warga negara India, itu merupakan tanggung jawab kami untuk membantu sesama."

Insiden ini terjadi kurang dari sebulan setelah Dewan Kereta Api India meluncurkan kampanye untuk mengatasi penderitaan anak-anak yang rentan di jaringan kereta api yang luas di negara itu, dan mendorong penumpang dan staf kereta api untuk membantu polisi dalam upaya melindungi anak-anak dari perdagangan.

"Kampanye ini telah diluncurkan untuk mengatasi masalah perlindungan anak di seluruh sistem kereta api dan untuk meningkatkan kepekaan seluruh pemangku kepentingan, penumpang, vendor, porter," ungkap siaran pers Dewan Kereta Api.

Perdagangan anak merupakan persoalan besar di India. Perdagangan anak di Negeri Hindustan umumnya bertujuan untuk prostitusi, perbudakan, dan kawin paksa. 

Menurut Kementerian Pengembangan Wanita dan Anak, lebih dari 9.000 anak di India menjadi korban perdagangan pada tahun 2016. Banyak di antara mereka yang berasal dari desa, terpikat pindah ke kota dengan janji diberi pekerjaan. Faktanya, mereka dijual sebagai budak.

Namun menurut para aktivis, angka korban perdagangan yang dirilis pemerintah terlalu rendah. Sementara, sejumlah besar kasus tidak dilaporkan.

Pada awal tahun ini, Kementerian Pengembangan Wanita dan Anak India mengumumkan peningkatan upaya untuk mengatasi ancaman perdagangan anak dengan UU baru yang menyerukan hukuman lebih keras bagi pelanggar, memperluas layanan dukungan bagi para korban, dan koordinasi yang lebih baik antara lembaga negara bagian dan federal.

Berita Lainnya
×
tekid