Bagaimana trauma besar dapat memberi dampak jangka panjang pada kesehatan
Beberapa kejadian yang bisa menyebabkan PTSD di antaranya adalah menyaksikan kejadian menakutkan, kehilangan pekerjaan.

Post Traumatic Disorder Syndrome (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma adalah kondisi kesehatan jiwa yang dipicu oleh peristiwa yang traumatis, baik bagi yang mengalaminya atau melihatnya.
Misalkan saja pada serangan teror 11 September yang menewaskan hampir 3.000 orang dan melukai ribuan lainnya atau pandemi Covid-19, yang memengaruhi kesehatan jangka panjang banyak orang baik untuk penyintas atau penerima kabar.
"Anda tidak harus terpengaruh secara langsung, seperti kehilangan orang yang dicintai, untuk mengalami efek kesehatan jangka panjang,” kata Psikolog di Cleveland Clinic's Center for Adult Behavioral Health, Kai-Rai M. Prewitt.
Sebaliknya orang-orang yang menjadi saksi tragedi atau terus-menerus terkena paparan terhadap situasi traumatis dapat terpengaruh. Mengutip situs usnews.com, ada sekitar 20% orang dewasa yang langsung menunjukkan gejala PTSD setelah terkena bencana atau terluka, terutama secara mental. PTSD bahkan bisa berlangsung 5-6 tahun setelah peristiwa itu terjadi.
Beberapa kejadian yang bisa menyebabkan PTSD adalah menyaksikan kejadian menakutkan, kehilangan pekerjaan, tidak memiliki dukungan sosial, serta mengenal korban kejadian traumatis.
Prewitt memberi contoh bahkan setelah sepuluh tahun setelah serangan itu, 15% orang yang mengikuti asesmen masih memiliki PTSD.
"PTSD lebih mungkin untuk bertahan atau memburuk pada orang yang tidak memperoleh perawatan kesehatan mental, memiliki paparan terkait peristiwa 11 September yang tinggi, menganggur, atau memiliki sedikit dukungan sosial," imbuhnya.
PTSD, pada gilirannya, dikaitkan dengan kematian dini, penelitian yang diterbitkan pada 2019 di JAMA Network Open menunjukkan bahwa PTSD yang terkait dengan peristiwa 11 September berisiko kematian yang lebih tinggi bagi penyintas ketimbang warga sipil biasa. PTSD dialami oleh orang yang memiliki stres akut.
Ahli Patologi Komunikasi yang Berbasis di Dallas, Caroline Leaf, menyebutkan, trauma parah namun terus-terusan dipelihara menyebabkan reaksi seperti tusanami di otak dan tubuh, mengganggu energi mental dan kesehatan kita. Jika dibiarkan tidak terkendali, trauma seperti ini dapat berkembang ke berbagai tingkat masalah kesehatan dan kognitif yang buruk.
Apa yang harus dilakukan ketika peristiwa traumatis terjadi
Meskipun tidak ada yang bisa dilakukan siapa pun tentang peristiwa traumatis besar, individu dapat mengambil langkah-langkah tertentu untuk melindungi kesehatan dalam jangka pendek dan jangka panjang ketika mengalami trauma langsung atau menyaksikan peristiwa traumatis. Ketika peristiwa traumatis besar terjadi, psikolog merekomendasikan untuk mengambil langkah-langkah berikut.
Akui perasaan yang sedang dialami, jangan pernah meremehkan, apalagi mengabaikannya.
Temukan orang yang tepercaya untuk berbagi perasaan. Kamu bisa menemukan orang-orang yang mendukungmu baik sahabat, keluarga, maupun profesional kesehatan. Bercerita juga bisa menjadi sarana daripada mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang.
Jika kamu sedang berada dalam situasi ini, jangan melupakannya dengan menghindar, seperti membenamkan diri di pekerjaan, makan berlebihan, atau berperilaku tidak pantas.
Jangan sampai kamu juga memikirkan bahwa masa depanmu akan buruk karena peristiwa di masa lalu. Sadari pula bahwa kamu tidak bisa mengendalikan situasi maupun orang lain.
Satu-satunya yang bisa kendalikan adalah perilaku diri kita sendiri. Terakhir pastikan kamu cukup tidur, olahraga, dan makan teratur.

Derita jelata, tercekik harga pangan yang naik
Senin, 21 Feb 2022 17:25 WIB
Menutup lubang “tikus-tikus” korupsi infrastruktur kepala daerah
Minggu, 13 Feb 2022 15:06 WIB
Segudang persoalan di balik "ugal-ugalan" RUU IKN
Minggu, 23 Jan 2022 17:07 WIB
Kejahatan anak era kiwari: Dari pencurian hingga penganiayaan
Senin, 27 Mar 2023 06:38 WIB
Turis asing berulah, perlukah wisman mendapat karpet merah?
Minggu, 26 Mar 2023 11:15 WIB