sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Lagu cengeng membuat pendengarnya bahagia

Penelitian membuktikan, lagu sedih justru membuat pendengarnya menjadi bahagia dan terhibur.

Fandy Hutari
Fandy Hutari Rabu, 08 Nov 2023 20:00 WIB
Lagu cengeng membuat pendengarnya bahagia

Tahun 1988, saat perayaan ulang tahun TVRI ke-26, Menteri Penerangan Harmoko pernah memberikan instruksi melarang pemutaran lagu-lagu berlirik cengeng. Larangan itu dikeluarkan Harmoko, ketika meledak lagu “Hati yang Luka” yang dinyanyikan Betharia Sonata. Harmoko menilai, lagu tersebut merusak semangat pembanguann yang tengah digelorakan Orde Baru.

Kini, lagu-lagu sedih malah banyak didengar orang. Lagu milik Ghea Indrawari berjudul “Jiwa yang Bersedih” misalnya. Sejak diunggah di YouTube lima bulan lalu, sudah ditonton lebih dari 60 juta kali dan masuk urutan ke delapan terpopuler soal video musik. Begitu pula lagu “Runtuh” yang dinyanyikan Feby Putri bersama Fiersa Besari, sudah ditonton lebih dari 57 juta orang di YouTube.

Apakah lagu sedih memang bisa merusak semangat, seperti yang dipercaya Harmoko? Atau sebaliknya?

Imran Noorani, seorang psikolog di Child Development Center Sir Ganga Ram Hospital, New Delhi, dalam artikel Anjuri Nayar Singh di Health Shots, justru mengemukakan, lagu-lagu sedih sebenarnya dapat memunculkan perasaan bahagia atau lega pada seseorang yang mendengarkannya. Fenomena ini dikenal sebagai paradoks of the sad song.

Psikolog sekaligus Direktur Center for Progressive Development di Washington, Douglas LaBier dalam tulisannya di Psychology Today, 28 April 2022 mengatakan, mendengarkan lagu sedih bisa membantu seseorang merasa bahagia dan kembali ada harapan dalam hidupnya.

“Lagu sedih dapat merangsang empati dan dorongan untuk terhubung dengan orang lain—kedua hal ini bisa membantu seseorang keluar dari perasaan putus asa,” ujar LaBier.

Dalam tulisannya, LaBier membeberkan beberapa penelitian terkait pengaruh lagu sedih terhadap seseorang. Salah satunya penelitian dari University of Kent yang menemukan bahwa saat seseorang sedang merasakan kesedihan, mendengarkan musik yang indah tetapi sedih dapat meningkatkan suasana hati mereka.

“Hal ini terutama terjadi ketika seseorang secara sadar menerima situasi yang membuat mereka sedih, dan kemudian mendengarkan lagu sedih dengan niat untuk merasa lebih baik,” tulis LaBier.

Sponsored

Di tulisan profesor psikologi dan ilmu saraf di Agnes Scott College di Georgia, Barbara Blatchley dalam Psychology Today, 30 November 2022 mengatakan, lirik lagu sedih kerap menampilkan kehilangan seseorang, hubungan, uang, status, atau bahkan objek yang berharga. Lagu sedih juga punya struktur musik yang mirip.

“Musik yang memprovokasi kesedihan, biasanya bernada rendah, menggunakan jangkauan nada yang terbatas, sering kali ditulis dalam kunci minor, dan memiliki tempo yang lambat,” tulis Blatchley.

Karenanya, saat seseorang mendengarkannya, lagu sedih cenderung memprovokasi reaksi fisik yang khas dari emosi sedih, seperti penurunan energi, perubahan dalam aktivitas sistem saraf otonom (tekanan darah atau denyut jantung), dan air mata.

Meski demikian, Blatchley menyebut, kesedihan dalam sebuah seni berbeda dari kesedihan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga seni yang sedih sebenarnya menghasilkan keadaan emosional positif.

“Kesedihan dalam seni membuat kita merasa lebih terhubung dengan orang lain,” kata Blatchley.

Di sisi lain, hormon prolaktin yang biasanya dilepaskan sebagai respons terhadap air mata, duka, dan kesedihan, bertindak untuk mendorong kita membuat ikatan dengan orang lain.

“Prolaktin juga dikeluarkan saat kita mendengarkan lagu sedih. Hal ini mungkin membuat kita merasa nyaman dan dihibur, terutama ketika menyadari kita sebenarnya tak mengalami rasa sakit mental yang sebenarnya,” tulis Blatchley.

Menarik pula bila membaca hasil riset soal lagu sedih. Misalnya penelitian dosen musikologi dan psikologi musik di Durham University Liila Taruffi dengan psikolog dan neurosains Stefan Koelsch berjudul “The Paradox of Music-Evoked Sadness: An Online Survey” yang terbit di Journals Plos pada Oktober 2014.

“Riset ini menunjukkan, bagi banyak individu mendengarkan lagu sedih sebenarnya dapat menghasilkan efek emosional yang bermanfaat,” tulis Taruffi dan Koelsch.

Temuan Taruffi dan Koelsch, pertama, lagu sedih berpotensi mengatur suasana hati dan emosi negatif, serta memberikan hiburan. Kedua, terdapat faktor-faktor situasional karakteristik kepribadian yang berkontribusi pada penghargaan keindahan lagu sedih.

“Secara khusus, penghargaan terhadap lagu sedih meningkat ketika pendengar sedang mengalami distres emosional, serta di antara individu dengan tingkat empati yang tinggi dan stabilitas emosi yang rendah,” kata Taruffi dan Koelsch.

Ketiga, mekanisme psikologis yang mendasari kemunculan kesedihan oleh lagu menunjukkan, proses terkait ingatan adalah hal yang sentral dalam kesedihan yang dipicu oleh lagu itu.

Penelitian terbaru yang dikerjakan asisten profesor bidang filsafat di Loyola University Mario-Attie-Picker, pakar kognitif dan penyanyi opera Tara Venkatesan, psikolog dan pakar kognitif George E. Newman, serta profesor ilmu kognitif dan filsafat di Yale University Joshua Knobe berjudul “On the Value of Sad Music”, terbit di Journal of Aesthetic Education mengungkapkan kemampuan lagu sedih untuk memberi rasa koneksi menjadi dua bagian.

Pertama, mereka ingin menunjukkan ekspresi emosi adalah nilai karakteristik dari apa yang dimaksud lagu itu sendiri. Hasilnya, mereka menemukan, seseorang lebih menghargai ekspresi emosional daripada keahlian teknis saat menilai pilihan lagu mereka.

Kedua, mereka meminta peserta eksperimen untuk menilai seberapa terhubung saat mendengarkan lagu atau berpartisipasi dalam percakapan yang mengungkapkan emosi, seperti cinta, kesedihan, dan cemburu. Hasilnya, emosi yang membuat orang merasa terkoneksi dalam percakapan juga merupakan emosi yang diekspresikan dalam lagu.

“Dengan kata lain, terlepas dari apakah kita menikmati lagu sedih, kita menghargai lagu sedih karena itu menciptakan rasa koneksi,” ujar Venkatesen kepada Alyssa Hui dari Health, 20 Juni 2023.

Sementara itu, direktur klinis di New York Presbyterian’s Center for Youth Mental Health, Shannon Bennett mengungkapkan, lagu sedih tak selalu mengindikasikan emosi sedih bagi pendengarnya. Sebaliknya, lagu sedih bisa memengaruhi kesehatan mental pendengarnya.

“Sangat membantu secara emosional,” kata Bennett kepada Health. “Kami menyebutnya sebagai paparan emosi yang sebenarnya digunakan dalam beberapa protokol terapi, yang sangat baik untuk membantu kita dengan emosi yang kadang-kadang tidak ingin kita rasakan.”

Berita Lainnya
×
tekid