sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Makna di balik sarung Ma'ruf Amin

Sarung identik dengan kaum Nahdliyin sejak dahulu. Ma'ruf Amin menerapkan cara berpakaian seperti itu.

Robi Ardianto Kudus Purnomo Wahidin Nanda Aria Putra
Robi ArdiantoKudus Purnomo Wahidin | Nanda Aria Putra Senin, 21 Jan 2019 20:18 WIB
Makna di balik sarung Ma'ruf Amin

Politik sarung

Citra kalangan NU yang mengenakan sarung, tak bisa dilepaskan dari sosok para ulama di Indonesia dahulu. Sarung adalah identitas.

Tokoh NU Abdul Wahab Chasbullah pernah diundang ke Istana Merdeka oleh Presiden Sukarno. Sebelumnya, menurut aturan protokoler Wahab diminta datang ke istana memakai setelah lengkap jas, kemeja, dan dasi.

Saat tiba di istana, Wahab malah memakai setelan atas jas dan bawahan sarung, bukan celana. Penonjolan identitas sarung ini menunjukkan, dia ingin mengedepankan sarung sebagai identitas diri bangsa Indonesia. Sama halnya seperti Sukarno yang mempopulerkan peci sebagai warisan Indonesia di mata dunia.

Meski membenarkan sarung ulama dan santri tidak bisa dipisahkan, Redaktur NU Online Hamzah Sahal mengatakan, pemilihan sarung sebagai pakaian Ma’ruf tetap ada unsur politis.

“Saya kira jelas sekali, di Indonesia pemilih muslim terbanyak datang dari kalangan NU,” katanya saat dihubungi, Senin (21/1).

Bagi Hamzah, pemilihan sarung ini untuk menjangkau kalangan masyarakat yang lebih luas. Katanya, sarung ini lebih egaliter.

Capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin tiba untuk mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Antara Foto).

Sponsored

Pilihan busana Ma’ruf

Hamzah menyoroti corak sarung yang dikenakan Ma’ruf. Dari segi pemilihan warna, sarung yang dikenakan Ma’ruf cenderung lembut, berbahan yang tipis dan ringan, serta mengikuti motif yang lagi tren sekarang.

“Saya kira juga sarungnya Kiai Ma’ruf itu berbahan dasar tipis, sutra, dan lingkar pinggangnya juga pas,“ ujarnya.

Menurut Hamzah, sarung yang kerap dikenakan Ma’ruf merupakan merek BHS, diproduksi di Kediri, Jawa Timur. “Kisaran harganya Rp400.000 hingga Rp1 juta,” kata dia.

Hanya saja, kata Hamzah, cara berbusana Ma’ruf masih terbilang kaku. Aktivis NU ini mengatakan, seharusnya gaya berbusana Ma’ruf bisa digonta-ganti.

“Misalnya, dengan menggunakan sarung bermotif batik, dan kemeja putih lengan pendek, atau menggunakan kaus, seperti Gus Dur dulu, kayaknya cocok juga,” ujarnya.

Kombinasi berpakaian ini, lanjut Hamzah, bisa menghilangkan kesan kaku Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu di hadapan publik. Dia mengatakan, belum pernah melihat Ma’ruf memakai sarung bermotif batik. Menurutnya, motif batik juga bagus digunakan dalam acara-acara formal, agar tidak monoton.

Sementara itu, pengamat busana Franka Soeria berpendapat, gaya berpakaian Ma’ruf dengan sarungnya merupakan upaya yang jujur. Menurut dia, gaya berbusana Ma’ruf yang sekarang, sama dengan gaya berbusananya sebelum ikut dalam pertarungan memperebutkan kursi wakil presiden.

Franka mengatakan, sarung dan peci adalah identitas yang melekat dalam diri para ulama, seperti Ma’ruf. Dia menambahkan, penggunaan sarung oleh Ma’ruf diharapkan dapat mengangkat pakaian ini setara dengan kimono dari Jepang atau kaftan dari Maroko.

“Sarung sekarang sudah mulai dikembangkan menjadi item fashion yang stylish buat semua, agar Indonesia punya identitas fashion sendiri,” kata Franka saat dihubungi, Senin (21/1).

Pemilihan motif dan warna sarung yang dikenakan Ma’ruf, menurut Franka, juga terbilang bagus.

“Saya kira Pak Kiai (Ma’ruf) cukup pintar memilih. Terkadang kalau jas dan syal putih, sarungnya dipilih yang warna muda, dan sebaliknya. He knows hot to mix and match,” ujarnya.

Hanya saja, Franka memiliki sedikit catatan dari gaya berpakaian Ma’ruf. Menurutnya, sebagai calon wakil presiden, dia tetap harus mengikuti kaidah formal berpakaian. Terutama soal sandal. Untuk kegiatan kenegaraan, menurut Franka, jika terpilih menjadi wakil presiden nanti, Ma’ruf harus tetap menggunakan sepatu.

“Karena dalam hubungan internasional, sandal masih identik dengan gaya santai,” kata Franka.

Berita Lainnya
×
tekid