sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Once Upon a Time In Chinatown: Kisahkan makanan dan cerita perjuangan

Dokumenter ini bisa mengangkat kisah makan agar bisa membantu mewariskan budaya kuliner, terutama chinese food.

Clarissa Ethania
Clarissa Ethania Selasa, 28 Sep 2021 08:33 WIB
Once Upon a Time In Chinatown: Kisahkan makanan dan cerita perjuangan

Apa pendapat kamu saat mendengar kata kuliner pertama kali? Kemungkinan besar dari kalian sudah pernah, bahkan sudah sering kuliner, baik bersama teman ataupun keluarga.

Kuliner bukanlah hal yang asing lagi bagi kita semua, terlebih Indonesia yang kaya akan kebudayaan dan makanan khasnya. Salah satu kuliner yang terkenal dan sering kita temui adalah kuliner khas China atau biasa kita sebut Chinese Food seperti Capcay, Dimsum, Kwetiau, fuyunghai, dan masih banyak lagi. Tetapi jika kamu bisa melihat lebih dalam lagi, nyatanya kuliner / makanan memiliki cerita yang luar biasa di baliknya.

Vision+ Original bersama Lifelike Picture Production secara resmi luncurkan Food documentary series. Dokumenter series yang bertajuk Once upon a time in Chinatown bercerita tentang tujuh restoran legendaris di daerah kota. Bukan hanya sekedar memperlihatkan makan-makanan saja, tetapi dokumenter ini juga memperlihatkan kisah mengenai tantangan, kerja keras, kegigihan dari para penjual makanan/pemilik restoran tersebut.

Dalam acara press conference secara luring-daring pada Senin (27/9) Director dari dokumenter Once Upon A Time Zack Lee membagikan alasan dokumenter ini dibuat.

“Kami mau membuat sebuah dokumenter yang menggunakan makanan sebagai medium untuk menceritakan hidup mereka, karena kami enggak mau cuma sekedar makan-makan saja, tetapi punya pesan punya moral yang bisa menginspirasi generasi kita, bisa menceritakan, cerita yang mungkin sudah hilang yang kita tidak tahu itu,” ujar Zack.

Hal yang serupa pun disampaikan oleh Shella Timothy selaku director, sekaligus creator dan produser dokumenter ini. Dia menyebutkan, melalui dokumenter ini bisa belajar banyak hal. Tak hanya itu dokumenter ini juga dibuat dekat dengan masyarakat, dan dapat membuat masyarakat mengenang memori dengan keluarga.

”Jadi bukan lagi tentang makanan itu sendiri tetapi bagaimana makanan tersebut hadir dan perjuangan orang-orang di belakang itu. Cinta terhadap keluarga bagaimana mereka sedemikian bahagianya dengan apa yang mereka miliki,” ucap dia.

“Bukan lagi dokumenter makanan tetapi dokumenter tentang keluarga dan perjuangan manusia Indonesia yang bisa survive,” tambah dia.

Sponsored

Kuliner Indonesia yang beraneka macam, tentunya berpotensi untuk dilirik dan disukai oleh seluruh masyarakat di dunia. Lukman Sardi sebagai Creative Director Once Upon a Time in Chinatown pun menyebutkan jika industri kuliner ini bisa dibuat menjadi sesuatu di dunia, maka Indonesia akan jadi luar biasa dari segi kuliner. Lukman juga menyebutkan melalui dokumenter ini bisa mengangkat kisah makan agar bisa membantu mewariskan budaya kuliner, terutama chinese food yang menjadi sorotan serial ini, ke generasi selanjutnya.

Dokumenter series yang berjumlah tujuh episode ini, juga menunjukkan bagaimana melalui makanan kita bisa melihat adanya akulturasi budaya. Menjadi sebuah melting pot yang kaya akan budaya dan juga mengajarkan akan kebersamaan dan kesatuan, dari berbagai budaya, suku, dan agama yang ada.

Tentu banyak tantangan yang harus dihadapi selama proses pembuatan dokumenter ini. Selain proses pembuatan dokumenter yang cukup sulit karena berdasarkan kejadian yang nyata tanpa adanya script, kondisi pandemi Covid-19 saat ini juga mempengaruhi proses pembuatannya. Kendati demikian hal ini dapat dihadapi dengan baik dan lancar. 

Diharapkan melalui dokumenter ini dapat menginspirasi para pegiat industri kuliner, dan masyarakat untuk lebih mengenal keberagaman dan mewariskan budaya-budaya Indonesia untuk generasi selanjutnya. Once Upon a Time in Chinatown sendiri akan segera tayang eksklusif di Vision+ pada Oktober, tepatnya Senin, 11 Oktober.

Berita Lainnya
×
tekid