sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menteri PPPA: Industri rokok makin mengkhawatirkan di era digital

Iklan rokok dikemas sedemikian rupa sehingga merokok dianggap hal keren.

Silvia Ng
Silvia Ng Kamis, 12 Agst 2021 13:29 WIB
Menteri PPPA: Industri rokok makin mengkhawatirkan di era digital

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati, prihatin dengan tingginya angka perokok anak Indonesia. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk umur 10 tahun dari 28,8% pada 2013 menjadi 29,3% pada 2018.

Saat ini, rokok tidak hanya menjadi masalah pada orang dewasa, namun juga semakin marak pada kalangan anak dan remaja. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya prevalensi merokok pada populasi usia 10 18 tahun sebesar 1,9% dari 2013 (7,2%) ke tahun 2018 (9,1%) berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar.

Gusti menyebutkan, keberadaan era digital membuat industri rokok semakin mengkhawatirkan karena kemudahan akses bagi anak-anak dan remaja. “Promosi rokok yang dilakukan oleh perusahaan terkait sangat gencar dan dikemas dengan sangat menarik sehingga gampang sekali diakses oleh anak-anak dan remaja. Jadi ini perlu kita antisipasi,” katanya dalam webinar, Kamis (12/8).

Dijelaskan Gusti, iklan rokok sering kali dikemas sedemikian rupa sehingga yang melihat iklan tersebut merasa bahwa merokok adalah hal yang keren dan macho. Karenanya, ia berharap agar kedepan dapat mengembangkan ide-ide yang menarik untuk menghadapi iklan rokok tersebut.

"Waktu itu saya pernah mengikuti satu webinar mengenai rokok juga, ada satu ide yang menarik, bagaimana kita kemudian membuat promosi bahwa tidak merokok itu sebetulnya baik, tidak merokok itu macho. Nah ini yang mesti kita kembangkan,” ungkapnya.

Untuk itu, para pemerintah daerah (Pemda) telah didorong untuk menerapkan kawasan tanpa rokok (KTR) untuk mendukung dan melindungi hak-hak anak melalui kabupaten atau kota layak anak (KLA).

Gusti menjelaskan, untuk mencapai KLA, pemda tidak dapat bergerak sendiri, tetapi perlu komitmen dari semua pihak, seperti masyarakat, dunia usaha, dan juga anak-anak serta keluarga. Terdapat beberapa daerah yang dapat dijadikan acuan penerapan KLA, yaitu dengan level utama: Surakarta, Denpasar, dan Yogyakarta. Kemudian, KLA level nindya: Surabaya dan Sawahlunto.

Dengan level nindya-nya, Walikota Sawahlunto, Deri Asta, bercita-cita agar Sawahlunto dapat menjadi KLA dengan level paripurna melalui berbagai komitmennya, seperti edukasi masyarakat mengenai kota bebas iklan rokok. “Yang pasti dari Sawahlunto, kita memang berniat dan bercita-cita bagaimana Sawahlunto ini menjadi KLA paripurna. Kemudian berkaitan dengan iklan rokok, tentu kita tetap mengedukasi dan menyampaikan kepada masyarakat bahwa Sawahlunto ini bebas dari iklan rokok,” ungkap Deri.

Selain bebas dari iklan rokok, terdapat warung-warung yang telah berkomitmen untuk tidak menjual rokok sehingga diberikan penghargaan oleh Pemda Sawahlunto. “Ini bentuk komitmen kita bahwa rokok itu memang tidak layak untuk anak-anak,” pungkasnya.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid