sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tantangan Anies pascatetapkan 13 RSUD khusus tangani Covid-19

Dokter apresiasi Anies Baswedan tetapkan belasan RSUD khusus layani Covid-19.

Ardiansyah Fadli
Ardiansyah Fadli Rabu, 09 Sep 2020 17:47 WIB
Tantangan Anies pascatetapkan 13 RSUD khusus tangani Covid-19

Dokter spesialis penyakit dalam Andi Khomeini Takdir mengapresiasi langkah Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan menetapkan 13 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) menjadi RS khusus Covid-19. Plus menambah 1000-an tenaga kesehatan baru di Jakarta, menurut Takdir, merupakan langkah yang tepat.

"Saya mengapresiasi setiap kebijakan yang coba dirumuskan agar pelayanan kesehatan tetap berjalan," kata Andi saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, Rabu (9/9). 

Andi menjelaskan, dalam menangani kasus Covid-19 di Jakarta, yang trennya terus melonjak memang membutuhkan strategi dan formula baru. Menurut dia, penetapan 13 RSUD khusus Covid-19 merupakan langkah yang sudah semestinya dilakukan. 

"Itu yang bisa dilakukan sekarang, karena pasien Covid akan terus bertambah. Tentu kita harus berhitung berapa kemampuan RS kita, tenaga kesehatan dan yang lainnya. Jadi, ya itu langkah yang memang tidak bisa dielakkan," katanya. 

"Kan sudah diprediksi bahwa pada September dan bulan-bulan selanjutnya kasus Covid-19 bakal melonjak, terlebih dengan perilaku masyarakat yang sebagian sudah patuh, dan banyak sebagian yang lainnya abai dan tidak disiplin," lanjutnya. 

Seiring penambahan pasien positif Covid-19 telah membuat ruang perawatan kian bertambah. Kebutuhan ruang perawatan, terutama berupa ruang isolasi dan intensive care unit (ICU), meningkat.

Salah satu yang wilayah yang kondisinya mengkhawatirkan adalah Jakarta. Seiring jumlah pasien positif yang terus melonjak, 13 rumah sakit umum daerah (RSUD) di Ibu Kota saat ini difungsikan hanya menerima pasien Covid-19. 

Setelah menjadi RS Covid-19, 13 RSUD tersebut tidak lagi menangani pasien umum. Lonjakan kasus positif dalam beberapa pekan terakhir membuat bed occupancy rate atau angka keterisian rumah sakit di Jakarta sudah di atas 70% atau tidak lagi ideal.

Sponsored

Andi Khomeini yang juga pendiri Junior Doctors Network (JDN) ini menjelaskan, salah satu tujuan penetapan 13 RSUD khusus Covid-19 agar pelayanan bagi penyakit Covid-19 dan non-Covid dapat berjalan secara maksimal. Agar tujuan itu tercapai, kata dia, penangannya mesti dipisahkan.

"Supaya pelayanan untuk sakit yang lain di RS itu tetap berjalan. Persoalan yang harus diantisipasi juga karena Covid-19 ini penyakit yang tidak terlihat, karena itu tentu harus ada upaya membagi," ujar dia.

Dengan upaya tersebut, kata dia, pihak RS harus juga dapat secara selektif memilah dan memilih mana pasien yang boleh dan tidak boleh masuk RS Covid-19 dan non-Covid-19. 

"Nah sekarang tantangannya bagaimana? Misalkan banyak yang orang tanpa gejala atau OTG. Itu bagaimana cara memilah dan memilih orang atau pasien yang boleh dan tidak boleh masuk RS-RS itu," ujar dia. 

Selain itu, menurut Andi, yang menjadi tantangan dan mesti diselesaikan adalah nasib pasien-pasien non-Covid-19 yang masih dirawat di RS khusus Covid-19. 

"Yang perlu dan harus diingat adalah bagaimana pasien-pasien yang tidak sakit non-Covid. Seperti sakit gula dan sebagainya, yang ada di RS Covid-19 rujukan ini, dia kan harus ganti dokter dan sebagainya," ucap Andi. 

Andi berharap agar penetapan RS khusus Covid-19 ini juga tidak mengganggu pelayanan yang mesti diberikan kepada pasien-pasien lain. Terutama bagi pasien-pasien non-Covid-19, yang saat ini berada di RS khusus Covid-19.

Mereka, jelas Andi, mesti diperhatikan termasuk proses pemindahannya ke RS lain.

"Kita tidak cuma lawan Covid-19. Tapi juga banyak battle ground lain seperti penyakit diabetes, kanker dan sebagainya. Jadi, dengan SDM yang ada sekarang. Kita harus dapat atur baik-baik supaya semuanya bisa terlayani dengan maskimal," ucap dia.

Berita Lainnya
×
tekid