sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

DPR promosikan vaksin Nusantara, Epidemiolog UI: Pembohongan publik

DPR dinilai sudah melampaui batas dalam melakukan intervensi politik terhadap BPOM. 

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Rabu, 14 Apr 2021 11:05 WIB
DPR promosikan vaksin Nusantara, Epidemiolog UI: Pembohongan publik

Sejumlah anggota Komisi IX DPR RI akan disuntik vaksin Nusantara dalam uji klinis fase II di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (14/4).

Ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menganggap, itu pembohongan publik karena anggota DPR sudah divaksin Covid-19. 

Dia menilai, sejak awal eks Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto memang sudah mengumbar pembohongan publik dengan menyatakan vaksin Nusantara sebagai karya anak bangsa. 

Padahal, bahan baku berupa antigen virus untuk vaksin Nusantara berbasis sel dendritik impor dari Amerika Serikat. "Indonesia belum dapat memproduksinya," ucapnya saat dihubungi Alinea.id, Rabu (14/4).

Selain itu, saat uji klinis tahap I vaksin Nusantara di RUSP dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah peneliti Indonesia hanya menonton. Proses uji klinis tahap I dikerjakan sekitar 12 peneliti dari AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat.

"Pada waktu hiring, walaupun orang Amerika ngaco, dia tidak melaporkan dengan baik. Peneliti Indonesia dari Balitbangkes, RSPAD, dan RUSP dr Kariadi tidak bisa menjawab, tidak bisa menceritakan bagaimana, kenapa begini, kenapa begitu, mereka hanya menjadi penonton sebenarnya," ungkap dia.

Pandu mempertanyakan, pertanggungjawaban Terawan membuat vaksin Nusantara dengan menggandeng banyak peneliti asing. Sebab, dibiayai Kementerian Kesehatan (Kemenkes). "Pertanggungjawabannya saja bagaimana? Itu kan skandal," tutur Pandu.

Dia juga menilai, DPR sudah melampaui batas melakukan intervensi politik terhadap Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Sponsored

"BPOM adalah lembaga independen. Saya sebagai rakyat perlu mempertanyakan wakil rakyat, kenapa kok sampai seperti itu," tagas Pandu.

Sebelumnya, ahli epidemiologi dan biostatistik UI, Pandu Riono menilai, prosedur vaksin Nusantara rumit, kompleks, dan beban biayanya mahal. Ia curiga Vaksin Nusantara masih berkaitan dengan terapi plasma konvalesen.

"Mengapa bikin vaksinasi yang tidak jelas (dengan vaksin Nusantara)," ucapnya kepada Alinea.id, Jumat (19/2).

Berita Lainnya
×
tekid