sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pandemi dan ambruknya klub-klub sepak bola Indonesia

Sejumlah klub sepak bola Liga 1 dan 2 memutuskan tak lagi memperpanjang kontrak pemain dan membubarkan tim selama pandemi.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Rabu, 17 Mar 2021 16:34 WIB
Pandemi dan ambruknya klub-klub sepak bola Indonesia

Langit cerah terlihat di kawasan Indomilk Arena, stadion resmi klub Persita Tangerang, Jalan Raya Legok, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (14/3) siang itu. Di depan pintu gerbang, sebuah bus berlogo Persita terparkir. Tak ada aktivitas di dalam stadion.  

"Kemarin (Sabtu), ada laga uji coba lawan Persija Jakarta. Hasilnya imbang," kata Ade, seorang petugas keamanan di Indomilk Arena, kepada Alinea.id.

Sejak dua pekan terakhir, Persita Tangerang mulai rutin menggelar latihan saban Senin hingga Jumat di Indomilk Arena. Manajemen klub akhirnya mengumpulkan tim setelah Piala Menpora dinyatakan bakal resmi bergulir pada 21 Maret mendatang.

Seperti klub-klub Liga 1 lainnya, Persita Tangerang termasuk salah satu klub yang merumahkan para pemainnya sepanjang 2020 lalu. 

"Mulai Februari (2021) udah mulai kejelasan (Piala Menpora), makanya kita ngumpul tim lagi," kata media officer Persita, Yetta Angelina saat dihubungi Alinea.id

Selama liga diliburkan karena pandemi, menurut Yetta, latihan bersama ditiadakan di Indomilk Arena. Namun demikian, manajemen Persita mewajibkan para pemain berlatih secara mandiri. 

"Jadi, selebihnya anak-anak banyak yang bisnis, fun football. Itu kegiatan mereka pribadilah. Kita enggak mungkin kontrol satu per satu," ujar Yetta tanpa merinci apakah para pemain tetap digaji saat liga tak berjalan. 

Dalam menghadapi Piala Menpora, Yetta mengatakan klubnya masih mengandalkan PT Indofood Sukses Makmur sebagai sponsor utama. Pada akhir Januari, Indofood membeli hak penggunaan nama hingga 2023. Markas klub berjuluk Pendekar Cisadane itu kini tercatat sebagai stadion pertama yang dikomersialisasi. 

Sponsored

Khusus untuk Piala Menpora, menurut Yetta, Persita mendapat tambahan sponsor dalam bentuk sokongan kaus pemain (jersey) dari DJ Sport, pabrikan asal Sragen, Jawa Tengah. "Itu (jersey Persita) hanya dipakai di Piala Menpora," imbuh Yetta. 

Pada Piala Menpora, Persita akan mengandalkan pemain-pemain lokal yang masih bertahan di klub tersebut, termasuk di antaranya pemain-pemain muda binaan dari Persita U-20. Menurut manajer Persita, I Nyoman Suryanthara, klubnya mengandalkan pemain lokal lantaran proses administrasi mendatangkan pemain asing tergolong rumit. 

"Jadi, pemain asing (nanti) kami fokuskan di Liga 1 saja. Sementara ini, kami prioritaskan untuk lokal yang bertahan dan pemain Persita Tangerang U-20," ujar Suryanthara.

Sebelumnya, empat pemain impor yang memperkuat skuat Persita musim lalu memilih hengkang ketika kompetisi vakum. Mereka ialah Tamirlan Kozubaev (bek), Mateo Bustos (gelandang serang), Eldar Hasanovic (gelandang), dan Yevhen Budnik (penyerang). 

Salah seorang pemain Persipura berfoto mengenakan masker menutupi mulut dan kepala. /Foto Instagram @persipurapapua1963

Didera krisis finansial

Kendati sempat terhenti setelah pandemi merebak Maret 2020 lalu, sejumlah perhelatan sepak bola di dunia dilanjutkan. Beberapa kompetisi sepak bola profesional seperti Liga Eropa, Liga Spanyol, dan Liga Prancis tetap bergulir hingga kini.

Demikian pula di level Asia Tenggara. Beberapa negara masih menggelar liga domestik meski sempat tertunda akibat pandemi. Sebut saja Liga Primer Singapura sudah digelar lagi sejak 17 Oktober 2020 atau Liga Filipina yang melanjutkan kompetisi pada 28 Oktober 2020.

Di Tanah Air, ketidakjelasan nasib Liga 1 berdampak buruk bagi sejumlah klub. Selain terpaksa memotong gaji pemain dan pelatih, manajemen sejumlah klub pun membubarkan tim. Persipura Jayapura bahkan memilih tidak ikut dalam ajang pramusim Piala Menpora setelah tim mereka dibubarkan pada 6 Januari 2021. 

"Kami putuskan Persipura hentikan seluruh aktifitas, situasi finansial semakin sulit bagi kami untuk terus membayar gaji pemain, pelatih dan seluruh ofisial," tulis akun Instagram resmi Persipura, @persipurapapua1963. 

Pembubaran tim dilakukan karena Bank Papua sebagai salah satu sponsor telah memastikan tidak mampu membayar sisa kontrak sebesar Rp5 miliar, terhitung sejak kompetisi terhenti pada Maret 2020. Kondisi itu juga menyebabkan Persipura gagal mengikuti Piala AFC 2021.

Sejauh ini, Persipura hanya disokong oleh PT. Freeport, Kuku Bima dan anggaran manajemen. Tak mampu lagi menutupi biaya operasional yang besar, manajemen tim berjuluk Mutiara Hitam membubarkan tim dan mempersilakan para pemainnya mencari klub baru.

Tak lama setelah keputusan itu, sejumlah pemain impor Persipura seperti Sylvano Comvalius (penyerang), Arthur Cunha (bek), dan Thiago Amaral (gelandang serang) langsung meninggalkan klub. 

"Kami sebenarnya sudah beberapa kali meminta kejelasan dan kepastian dari Bank Papua, tetapi baru hari ini mereka nyatakan tidak membayar. Seandainya sejak awal disampaikan mungkin kita akan mencari jalan lain sebagai solusi. Jadi, selama ini kita digantung-gantung terus untuk sesuatu yang ternyata tidak jelas," tulis @persipurapapua1963. 

Dalam unggahan lainnya di Instagram @persipurapapua1963, manajemen Persipura menyatakan timnya tidak ikut Piala Menpora bukan karena persoalan finansial semata. Menurut Persipura, mereka memutuskan absen dari kompetisi tersebut lantaran PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai organizing committee (OC) tidak profesional dalam menjalankan tugasnya. 

"Ini soal keputusan dan sikap mereka yang jauh dari rasa keadilan dan rasa saling menghargai. Mereka berlaku tidak adil pada kami, dan mereka tidak menghargai kami, mereka tau itu, tapi diam saja," tulis @persipurapapua1963 tanpa merinci lebih jauh konflik antara Persipura dan PT LIB. 

Selain Persipura, klub Liga 1 lainnya yang sempat membubarkan tim ialah Madura United. Tim berjuluk Laskar Sape Kerrab itu resmi bubar pada Desember 2020. Namun, manajemen tim kembali mengumpulkan para pemain menjelang keikutsertaan di Piala Menpora. 

"Kita bisa bermain bola saja sudah bagus. Selama FIFA dan AFC masih terus dengan agendanya, maka denyut sepak bola Indonesia tidak boleh berhenti," ujar Presiden Madura United Achsanul Qosasi kepada Alinea.id, Minggu (14/3). 

Achsanul mengatakan, ia tidak memasang target khusus untuk Madura United di Piala Menpora. Ia hanya berharap Piala Menpora bakal membuka jalan untuk digelarnya kembali Shopee Liga 1. "Semoga Piala Menpora ini lancar dan bergairah sehingga kompetisi resmi Liga 1 bisa terus berlanjut," ujar dia.

Klub lain yang juga membubarkan tim ialah Persebaya. Tim berjuluk Bajul Ijo itu meliburkan tim pada pengujung 2020. Sebagaimana Persipura dan Madura United, manajemen klub memutuskan membubarkan tim lantaran didera kesulitan finansial selama pandemi.

Kondisi serupa juga dialami klub-klub yang berlaga di Liga 2. Setidaknya ada tiga klub yang sudah membubarkan timnya, yakni Cilegon United, PSMS Medan, dan Persewar Waropen. Sriwijaya FC, Perserang, dan Persik Kediri menyatakan bakal bangkrut jika kompetisi resmi tak kunjung bergulir. 

Bek Persebaya Hansamu Yama menggiring bola di salah satu sesi latihan sebelum Liga 1 dihentikan karena pandemi Covid-19. /Foto Instagram @officialpersebaya

Momentum pembenahan klub 

Pengamat sepak bola Tommy Welly menyambut baik langkah Kemenpora dan PSSI menggelar Piala Menpora sebagai ajang pemanasan. Ia berharap kompetisi tersebut bisa berjalan lancar tanpa menimbulkan persoalan di bidang kesehatan. 

"Di di belahan dunia lain, sepak bola juga hidup dengan protokol kesehatan dan regulasi yang disesuaikan. Kan harusnya itu yang jalan dari kemarin-kemarin supaya industri enggak kolaps-kolaps banget, enggak runtuh-runtuh banget," kata Bung Towel, sapaan akrab Tommy, kepada Alinea.id, Selasa (16/4).

Menurut dia, pandemi Covid-19 berdampak buruk bagi kesehatan finansial klub di Tanah Air. Di masa normal saja, Tommy mengatakan, klub-klub yang berlaga hanya dibiayai Rp250 juta untuk sekali pertandingan. Angka itu masih jauh dari ideal untuk level liga kasta tertinggi di sebuah negara.

"Ini kan sesuatu yang miris, gitu lho, kalau kita bicara pure industri sepak bola profesional. Saya pernah menyebutkan, anggaplah ini (Piala Menpora) sebuah ajang sepak bola untuk periuk nasi dulu. Nafkah-nafkah pelaku sepak bola dulu. Jadi, Piala Menpora ini strategis untuk jangka panjang," jelas dia.

Menurut Bung Towel, sebuah klub profesional dari segi industri harus memenuhi lima pilar yakni aspek bisnis, broadcast, sponsor, merchandise, dan manajemen kub. Dalam situasi normal, kata dia, masih banyak klub di Indonesia yang memenuhi persyaratan tersebut. 

"Ketika aspek belum ideal, diterpa pula pandemi. Ya, memang situasi pasti menjadi sangat sulit. Bagaimana harus sehat? Industri harus jalan, operatornya harus profesional, harus cakap. Klubnya juga harus terus membenahi diri sebagai klub profesional," kata dia.

Infografik Alinea.id/Bagus Priyo

Pendapat serupa diutarakan pengamat sepak bola Maruf El Rumi. Menurut dia, terdapat tiga sumber pendanaan bagi klub sepak bola, yakni hak siar televisi, sponsor, serta penjualan tiket dan merchandise. Sayangnya, kebanyakan klub di Indonesia masih mengandalkan penjualan tiket untuk mengongkosi biaya operasional klub. 

"Kalau di Indonesia, pendapatan tertinggi dari ticketing, baru kemudian dari hak siar dan merchandise. Karena kita tahu kan suporter kita mayoritas lebih suka membeli jersey yang tidak aslilah. Itu juga menjadi kendala. Kedua, pengelolaan menjual brand juga masih tidak sehebat luar negeri," kata El Rumi kepada Alinea.id.

Ia sepakat kompetisi harus kembali dibuka supaya klub-klub sepak bola di Tanah Air bisa tetap hidup. Namun, ia mengingatkan agar para personel dan official klub mematuhi protokol kesehatan secara ketat supaya laga sepak bola tak malah melahirkan klaster-klaster baru Covid-19. 

"Eropa saja yang pemain-pemainnya sudah sangat profesional dan benar-benar menerapkan protokol (kesehatan), mereka juga terpapar (Covid-19). Kan lucu kalau, misalnya, olahraga yang seharusnya menyehatkan, tapi justru menjadi klaster baru," kata dia. 

Berita Lainnya
×
tekid