sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Berkaca pada sejarah, yang belum selesai di debat kedua

Revolusi Tak Kunjung Selesai (2017) bisa menjadi referensi paling komprehensif untuk menelisik lebih jauh tema debat kedua Pilpres 2019.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Senin, 18 Feb 2019 19:42 WIB
Berkaca pada sejarah, yang belum selesai di debat kedua

Ekosistem hutan

Potensi Indonesia lainnya adalah kekayaan ekosistem hutan. Pada 1869, naturalis, penjelajah, dan antropolog asal Britania Raya Alfred Russel Wallace pernah menjejakan kaki di Nusantara. Ia kagum dan terpana menyaksikan panorama keanekaragaman hayati.

Di hari pertama di Pulau Jawa, Wallace terpesona melihat burung luntur gunung (Harpactes reinwardti), yang punya bulu kuning dan hijau; burung sepah gunung (Percrocotus miniatus), yang sayapnya seperti nyala api ketika dikipas-kipaskan; dan kepondang (Analcipus sanguinolentus), yang berwarna agak hitam dan merah tua.

“Semua jenis burung tersebut hanya hidup di Jawa, dan sepertinya hanya terbatas di wilayah barat. Dalam waktu seminggu, saya memperoleh tidak kurang dari 24 jenis burung. Dalam dua minggu, jumlah tersebut meningkat sampai 40 jenis. Semua bukan fauna Jawa yang umum ditemui. Kupu-kupu yang besar dan indah juga banyak saya lihat di sini,” tulis Alferd Russel Wallace di catatannya, The Malay Archipelago dalam James R. Rush (ed.), Jawa Tempo Doeloe; 659 Tahun Bertemu Dunia Barat, 1330-1985 (2013). Wallace pun menyebut, Nusantara sebagai pulau tropis terbaik di dunia.

Sejumlah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Babinsa, dan kepolisian berupaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan dekat pemukiman warga, di kecamatan Dumai Barat, kota Dumai, Dumai, Riau, Selasa (12/2). (Antara Foto).

Pada 1997, Indonesia ditetapkan menjadi negara megabiodiversitas kedua setelah Brasil, dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Sepertiga spesies serangga dan reptil, seperempat spesies jamur dan amfibi, 15% spesies burung, dan 12% spesies mamalia di muka bumi, menghuni kepulauan Indonesia.

Meski begitu, menurut dosen Universitas Toulouse Prancis, Frederic Durand, angka-angka tersebut sesungguhnya diklaim untuk menyembunyikan ketidaktahuan kita terhadap jumlah detailnya.

“Dengan itu, maka hanya kurang dari 5% spesies tumbuhan dan hewan yang kiranya sudah ditemukan. Mengingat keanekaragaman hayati jauh lebih banyak terdapat di zona hutan tropis, maka ketidaktahuan kita akan kekayaan Indonesia kiranya jauh lebih besar,” tulis Durand dalam “Hutan dan Lingkungan Hidup; Menuju Kesadaran atas Batas-batas Eksploitasi” di buku Revolusi Tak Kunjung Selesai.

Sponsored

Durand melanjutkan, keanekaragaman hayati di Indonesia nyatanya bukan hanya ditemukan di kawasan hutan yang tergolong primer (perawan), tapi juga hutan yang termasuk sekunder.

Menurutnya, keanekaragaman hayati di hutan yang tergolong sekunder masih bisa ditemukan, asal aksi-aksi pembabatan hutan masih terkendali. Namun, jika pembabatan hutan sudah masuk skala industri, Durand mengatakan pesimis dengan usaha pelestarian keanekaragaman hayati.

Berita Lainnya
×
tekid