sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Elektabilitas pasangan Said-Andre unggul tipis

Kepuasan kinerja dan perpecahan di tubuh PDIP ditengarai jadi faktor meroketnya elektabilitas calon petahana.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Kamis, 21 Jun 2018 17:53 WIB
Elektabilitas pasangan Said-Andre unggul tipis

Hasil survei Sinergi Data Indonesia (SDI) menunjukkan, pasangan Said Assagaf dan Andre Rentanubun masih unggul dengan elektabilitas mencapai 35%. Sementara rivalnya, Herman-Vanath mengantongi 26,17 % suara, dan Murad-Barnabas yang hanya mencapai 25,33%.

Elektabilitas yang tinggi ini, menurut Direktur Eksekutif SDI Berkah Pattimura, karena Said Aseggaf memiliki popularitas relatif tinggi, dibanding lawan-lawannya. 

"Dari data yang kita himpun, Said Aseegaf popularitasnya mencapai 91,83% . Di bawahnya ada Herman Koedoebun dengan popularitas 79,17%, disusul Murad Ismail 77,00%," paparnya di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Kamis (21/6).

Kata Berkah, hal ini tak terlepas dari meningkatnya kepuasan masyarakat Maluku atas kinerja dan tata kelola pemerintahan yang dilakukan petahana saat menjabat sebagai wakil gubernur.

"Para pemilih yang puas dan sangat puas dengan tata kelola pemerintahan saat ini mencapai 77%, dan kepuasan akan kinerja itu 70,34 %. Kalau kita lihat kepuasan atas aspek pembangunan, juga menunjukan peningkatan, di pendidikan mencapai 82,16%, kesehatan 73%, yang paling rendah itu fasilitas umum 56,5%, tapi rata- rata menunjukkan kepuasan," jelasnya.

Popularitas yang terus meroket ini, menurut peneliti Populi Center Raffif Imawan juga tak bisa dilepaskan dari perpecahan di tubuh PDIP, yang notabene menjadi parpol dominan di Maluku. Suara PDIP sendiri terpecah ke dua pasangan, yakni Murad Ismail-Barnabas Orno dan Herman Koedoebun-Abdullah Vanath yang sama sama diusung partai banteng tersebut.

"Jadi saya melihat ada perpecahan antara DPP PDIP dengan DPW PDIP, Murad dan Barnabas diusung DPP PDIP dan Herman Koedoebun-Abdullah Vanath diusung DPW. Makanya, suaranya enggak solid, ada yang ke Murad Ismail, ada yang ke Herman. Bahkan ada pula yang ke Said Asegaf," paparnya.

Hal itu pun dibenarkan Berkah yang mengatakan, pemilih PDIP terpecah di Maluku, karena faktor politis, ideologis, dan sejarah. Pasalnya, dahulu masyarakat Maluku mayoritas adalah anggota Parkindo yang akhirnya pada masa Orde Baru bergabung ke PDIP.

Sponsored

"Sejarahnya bisa kita lihat, orang Maluku itu dahulu banyak orang Parkindo yang kemudian bergabung dengan PDIP. Jadi alasan ideologis juga menjadi salah satu faktor. Saat melihat calon dari agama Kristen muncul, ya secara ideologis, mereka memilih ke sana," paparnya.

Meskipun demikian, Berkah menyebut hasil ini bisa saja berubah pada hari pencoblosan, walaupun kemungkinannya amat kecil.

"Bisa saja berubah, kalau ada 'tsunami politik', ada serangakaian blunder yang dilakukan petahana, seperti pilkada DKI Jakarta," ungkapnya.

Data SDI ini dihimpun mengunakan metode multistage random sampling yang diambil pada kurun waktu 7-15 Juni 2018, melibatkan 800 responden. Hasil survei ini memiliki margin of error sebesar 3,5%.

Berita Lainnya
×
tekid