sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Untung rugi meminang Sandiaga dan Mahfud sebagai cawapres

Jika betul keduanya dipinang Jokowi dan Prabowo sebagai cawapres, apa plus minus mereka?

Purnama Ayu Rizky
Purnama Ayu Rizky Kamis, 09 Agst 2018 16:22 WIB
Untung rugi meminang Sandiaga dan Mahfud sebagai cawapres

Bola liar bakal cawapres Jokowi dan Prabowo Subianto yang menggelinding ke berbagai arah, perlahan berhenti. Ini tampak dari sinyalemen yang diberikan beberapa tokoh anggota koalisi keduanya. Sekjen parpol koalisi Jokowi, seperti Romahurmuziy, Kadir Karding, dan Arsul Sani sempat berceloteh ikhwal inisial “M” kandidat pendamping Jokowi. Dalam sepuluh nama rekomendasi koalisi, ada empat nama dengan inisial “M”, yakni Mahfud MD, Moeldoko, Ma’ruf Amin, serta Muhaimin Iskandar.

Namun, sejak kemarin beredar kabar, Mahfud MD jadi sosok yang digadang-gadang sebagai cawapres Jokowi di Pilpres mendatang. Apalagi, ia baru saja mengajukan permohonan Surat Keterangan Tidak Pernah Sebagai Terpidana di Pengadilan Negeri (PN) Sleman, Rabu (8/8). Surat bernomor 1030/SK/HK/08/2018/PNSmn itu dibenarkan humas PN Sleman Ali Sobirin di Yogyakarta. Surat ini sendiri sedianya digunakan sebagai salah satu syarat mencalonkan diri sebagai pejabat negara.

Di kubu lawan, nama Sandiaga Uno juga menyeruak sebagai cawapres Prabowo. Ini terbaca usai politisi Gerindra itu dikabarkan memberikan mahar senilai Rp500 miliar pada PAN dan PKS agar mendukung pencalonannya sebagai bakal RI-2. Dalam cuitannya di Twitter, politisi Demokrat Andi Arief menjelaskan, “Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi Uno untuk meng-entertain PAN dan PKS.”

Dipinangnya Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo diperkuat dengan pendaftaran surat keterangan tidak pailit yang ia ajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Surat ini sendiri dibutuhkan sebagai syarat menjadi calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres).

"Sampai pukul 12.00 WIB yang sudah mengajukan keterangan tidak pailit adalah Jokowi, Prabowo, dan Sandiaga," kata humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Jamaludin Samosir pada Alinea, Kamis (9/8).

Meski belum final diumumkan oleh masing-masing koalisi, namun nama Mahfud MD dan Sandiaga Uno patut jadi perhatian. Pasalnya, keduanya punya kelebihan dan kekurangan, yang bisa menaikkan popularitas dan elektabilitas capres, atau di sisi lain justru malah membuat keterpilihan Jokowi dan Prabowo terjun bebas.

Rekam jejak

Mahfud MD bukan pemain lama di bidang politik dan hukum. Pria kelahiran Sampang, Madura pada 13 Mei 1957 ini diketahui pernah menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008 – 2011dan Hakim Konstitusi era 2008 – 2013. Mantan aktivis HMI ini pernah diangkat sebagai Menteri Pertahanan di Kabinet Persatuan Nasional.

Lalu saat Yusril Izha Mahendra diberhentikan sebagai Menteri Kehakiman dan HAM, posisi itu diberikan pada Mahfud. Mahfud juga diketahui pernah menjadi anggota Komisi III DPR RI periode 2004-2008. Terbaru, ia didapuk sebagai penasihat Partai Solidaritas Indonesia untuk menyeleksi calon kader pilihan.

Sponsored
 

Sandi juga punya karier panjang sebelum memutuskan terjun ke dunia politik. Ia adalah korban PHK lantaran krisis moneter 1997. Alih-alih menyerah, ia justru menggandeng rekan SMA-nya Rosan Perkasa Roeslani mendirikan perusahaan penasihat keuangan PT Recapital Advisor. Selang setahun, ia mulai berinvestasi lewat PT Saratoga Investama Sedaya, bersama Edwin Soeryadjaya, putra pendiri Astra. Perusahaan ini berkembang lewat caranya mengakuisisi perusahaan yang punya masalah keuangan. Hingga 2009, ia sudah menangani 12 perusahaan, mulai BPTN hingga PT Astra Microtonics.

Rekam jejak yang baik di bidang bisnis mengantarkannya sebagai ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2005-2008. Ia juga menjabat Ketua Komite Tetap Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sejak 2004.

Sementara di bidang politik, pria yang dinobatkan Forbes sebagai peringkat ke-37 pria terkaya di Indonesia itu bergabung dengan Gerindra. Pada 2015 ia dipercaya sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, lalu 2017 terpilih sebagai Wagub DKI.

Popularitas dan sentimen pemberitaan

Dibanding Mahfud MD, Sandiaga Uno jauh lebih populer di media massa. Selama Januari ia diberitakan sebanyak 8.854 kali di media, sedang Mahfud diberitakan sebanyak 558 kali. Lalu, dalam dua bulan terakhir, Juli dan Agustus, Sandi diberitakan sebanyak 7.309 kali, sedang Mahfud sebanyak 3.828. Di Agustus, Sandi menyedot pemberitaan sebanyak 2.928 kali, dan Mahfud 1.277.

Untuk media daring, Sandi lebih populer diberitakan di Detik, Kompas, Tribun Jakarta, disusul Kumparan, dan Tempo. Sementara Mahfud diberitakan terbanyak oleh Tribun, Detik, Kumparan, Rakyat Merdeka, dan Republika.

Di media televisi, pemberitaan keduanya berbanding tipis. Sandiaga terbanyak diberitakan di Kompas, I News, dan SCTV. Sementara Mahfud di Kompas TV, Metro, dan Anteve. Untuk media cetak, pemberitaan Sandi dan Mahfud terpaut jauh. Sandi terbanyak diberitakan di Jawa Pos, disusul Warta Kota, dan Indopos. Untuk Mahfud, ia diberitakan terbanyak di Rakyat Merdeka, dan dua koran lokal: Harian Jogja serta Radar Bandung.

Dari volume pemberitaan, tampak jika Sandiaga lebih banyak menjadi objek berita. Ini lagi-lagi tak bisa dilepaskan dari posisi dia sekarang yang strategis di Jakarta. Dari judul berita yang beredar, Sandiaga memang selalu dikaitkan dengan posisinya di Jakarta. Sisanya berita seputar pencalonannya sebagai cawapres Prabowo dan hubungannya dengan Anies Baswedan. Mahfud diberitakan terbanyak dengan topik satu nama, capres cawapres koalisi Jokowi, dan segala hal terkait Pilpres 2019.

Sentimen pemberitaan pun hampir serupa. Sandiaga Uno terbaca positif 31,1%, negatif 22,22%, dan netral 46,46%. Sementara Mahfud MD, pemberitaan positif tentangnya terbaca sebanyak 28,71%, negatif 21,78%, netral 49,5%.

Beda urusan jika membicarakan mereka di media sosial. Seperti dugaan, Sandiaga Uno melejit sebagai buah bibir warganet dengan mengantongi unggahan Facebook sebanyak 692.352 kali dan Twitter 20.357 dalam sebulan terakhir ini. Sementara cuitan soal Mahfud di Facebook berjumlah 242.802 dan Twitter 2.272.

Kandidat kuat cawapres Jokowi, Mahfud MD./ Antarafoto

Yang menarik, berdasarkan peta pemberitaan, Sandiaga Uno hanya populer di sebagian Sumatera seperti Lampung, Sumatera Selatan, dan Belitung. Lalu area Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Sementara Mahfud banyak jadi buah bibir di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DIY. Mahfud juga unggul telak di Maluku Utara, Maluku, dan sebagian Kalimantan. Di Sulawesi, Mahfud juga lebih terkenal, kecuali wilayah Gorontalo.

Dua-duanya tak bisa dongkrak suara

Ditinjau dari untung dan rugi, kedua bakal cawapres ini dinilai pengamat, tak banyak membantu dongkrak elektabilitas. Mereka hanya menjadi pelengkap capres Jokowi dan Prabowo. Menurut Direktur Populi Center Usep S. Ahyar, meskipun nama Sandiaga tiba-tiba muncul di bursa pilpres 2019, tapi dia sebetulnya telah memegang peranan penting sebagai penyedia logistik di Gerinda. Menurut Ahyar, Prabowo itu sudah yakin maju karena memang ada jaminan modal dari Sandiaga.

Apalagi, seperti yang telah disinggung sebelumnya, Sandiaga memiliki kekayaan relatif besar. Majalah ekonomi Forbes memperhitungkan Sandiaga sebagai 50 besar orang terkaya di Indonesia, dengan kekayaan lebih dari US$600 juta pada 2011. Lalu pada 2017 kekayaannya, berdasarkan laporan Globe Asia, turun jadi US$500 juta, dan terus terjun jadi US$300 juta atau Rp4,3 triliun tahun ini.

Meski terus turun, namun kekayaan Sandi disebut-sebut melebihi dua anak Soeharto, Bambang dan Tutut.

"Ini tidak menduga bahwa Sandiaga muncul ke permukaan dan memegang peran penting. Di Gerindra, saya lihat Sandiaga memegang peran penting sebagai pemasok logistik," ujar Ahyar dilansir Tirto, Kamis (9/8).

Kendati tak akan menyumbang banyak suara, bisa membawa keuntungan tersendiri bagi Prabowo. Berasal dari partai yang sama, Sandiaga dinilai bisa membuat koalisi Prabowo kian solid.

Serupa, Mahfud juga disebut pengamat tak akan menyumbang banyak suara. Pengamat politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing berkeyakinan, Mahfud MD memang paling cocok mendampingi Jokowi. Dari sisi kemampuan, mantan dosen Hukum Universitas Islam Indonesia itu sudah tidak diragukan lagi.

"Kemampuan, intelektual, kapabilitas, kapasitas sudah tidak diragukan lagi terhadap sosok Mahfud MD," katanya kepada Alinea, Kamis (9/8).

Hanya saja elektabilitas Mahfud MD masih kurang menggembirakan. Lalu, dari sudut dari dukungan partai juga tidak ada.

"Saya terkejut jika yang dipilih berasal berinisial "M" karena menurut saya, tokoh yang elektabilitasnya lumayan bagus adalah Airlangga Hartanto," katanya.

Selain itu, Pengamat Politik Lingkar Madani Ray Rangkuti, mengatakan, akan sulit bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk menerima Mahfud MD. Terlebih Mahfud MD pernah menjadi tim pemenangan Prabowo Subianto pada 2014 silam. Jika benar Mahfud yang menjadi pilihan Jokowi, menurutnya, saat ini telah menjadi kekaburan dalam berpolitik. Memang diakuinya, Mahfud merupakan sosok yang mampu menjawab tantangan masa kini, namun belum tentu menjawab tantangan masa depan.

Senada, Hanta Yuda juga menyebut Mahfud sebagai cocok yang sesuai. Pasalnya, ia dinilai menjadi jalan tengah yang mampu menjembatani Jokowi dengan berbagai kelompok, termasuk kelompok Islam. Meskipun muncul kekhawatiran publik soal kadar ke-NU-an Mahfud. Namun, belakangan putri Gus Dur Yenny Wahid menyebut pada media, Mahfud adalah sosok NU tulen.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid